awal

23 6 9
                                    

-Untuk pertemuan pertama apa selalu singkat? Singkat atau tidaknya, percuma. Sadarnya tak di awal-


Langit di Bandung tetap sama, mendung.
Padahal masih pagi, tapi ya gue terbiasa dengan itu

Langit+hidup gue mendung = complete
...

Laki laki yg dalam masa pubernya sedang menatap tajam ke arah cermin yg ada di lemari bajunya, dia melamun memikirkan sesuatu.

"Kenapa kalian meninggalkanku sendiri, terlalu cepat! Aku belum siap dengan semua ini!" tangisnya tak dapat tertahan lagi, dia menangis sejadi-jadinya ntah kenapa teringat kembali pada kejadian yg menyakitkan itu.

Dari luar kamar Zara, adiknya mendengar kakaknya itu.
Berusaha secepat mungkin ia menuju ke arah kamar kakaknya

betapa terkejutnya ia melihat kakaknya, Reza berusaha mencelakai dirinya sendiri dengan pecahan kaca yg sudah ia pecahkan dari cermin di lemari bajunya.

"Kakak! Jangan bodoh kak! Kenapa kakak ngelakuin ini" tanya Zara sambil berusaha menyingkirkan serpihan kaca yg dipegang oleh kakaknya

"Kenapa Zar, kenapa? Kenapa mama dan papa meninggalkan kita secepat ini!" Ia melihat adiknya dengan air mata yg terus mengalir

"Sudah kak, ini semua atas seizinNya" tanpa sadar Zara juga sudah meneteskan air matanya

sesaat Reki terdiam dan melihat kedalam mata adiknya itu
"Zar, kamu tau kan kakak sayang sama mama papa jadi biarin kakak menyusul mereka ya, kasian mereka berdua tanpa kita"

Plakkk... satu tamparan tepat mengenai pipi kanan Reki

ntah apa yg merasuki tubuhnya sehingga dia berani menampar kakaknya sendiri

"Sadar kak sadar, kakak boleh bersedih tapi jangan larut dalam kesedihan. Masih ada aku kak! Kakak ga sendiri! Kalo gini sama saja membuat mama sama papa sedih kak! Sadar lha kak sadar!"
Zara menarik kerah baju Reki

"Kalo tidak, kamu ikut juga sama kakak. Kita pergi bersama la..."
belum sempat ia melanjutkan ucapannya
Zara kedua kalinya menampar kakaknya.

Reki hanya terdiam dan Zara tak tau harus berkata apa lagi untuk menyadarkan kakaknya. Ia hanya bisa menangis, melepaskan tangannya dari kerah baju kakaknya.
Reki segera memeluk adiknya mencoba menghentikan tangisnya
"Maafkan kakak Zar" ucapnya lirih
tapi tetap Zara masih menangis dalam pelukan kakaknya

...

Gue ga punya tujuan hidup rasanya malas ngelakuin apapun, hidup gue ga berwarna kayak kata kopi go*od d*ay.

Gumam Reki Pranata Nangin sambil membuka matanya setengah melihat ke arah jam yg sudah menunjukan pukul 7.00 pagi.

Dia tak peduli dan enggan untuk berdiri, baginya waktu segitu masih kurang. Ingin bersantai sejenak lagi.

Tapi satu hal yang membuat dia harus semangat, adiknya ya karena adiknya. Dia tak ingin membuat adiknya bersedih karena kelakuannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang