We Are Losers

927 94 12
                                    

Suara tangisan dapat terdengar jelas malam itu. Mereka tidak kuat, mereka menyesal, dan mereka tidak sudi dengan semua ini. Sekarang hanya ada jubahnya yang tergeletak di sana. Semuanya sudah berakhir. Dia sudah tidak ada. Koro-sensei sudah tiada.

Malam berganti pagi, dan para murid tertidur pulas diatas buku kenang-kenangan mereka. Buku tahunan mereka, buku kenangan mereka bersama Koro-sensei.

Manami Okuda, si murid kacamata itu mengusap wajahnya dengan pelan. Dia melihat sekeliling. Teman-temannya masih tertidur. Dengan hati-hati gadis berkacamata itu membawa dirinya keluar kelas. Untuk apa? Dirinya sendiri juga tidak tau jawabannya. Rasanya dia hanya ingin keluar dan melihat langit biru yang terang. Langkahnya terhenti. Jubahnya... Masih tergeletak disana.

Apa harus dipindahkan? Gadis itu bertanya dalam pikirannya.

.
.
.
.
.
.

Akabane Karma terbangun saat mendengar suara tidak enak di telinganya. Dengan kasar, dia mengangkat kepalanya hanya untuk melihat seorang Terasaka yang sedang mendengkur dengan kencangnya.

Sial! Pikirnya sambil berdecak kesal.

Kepalanya mulai memutar, mengarahkan matanya keseluruhan isi kelas dan menemukan bahwa kursi di depan kirinya kosong. Ya, kursi itu adalah kursi si gadis berkacamata kelas E, Manami Okuda.

Kemana dia??

.
.
.
.
.
.

"Sayonara. Koro-sensei." Manami mengusap air matanya.

Jubah senseinya sudah terkubur didalam tanah sekarang. Ya, gadis berkacamata itu memutuskan untuk menguburnya. Keberadaannya adalah sesuatu yang besar bagi kehidupan Manami. Karenanya dia bisa menjadi seseorang yang lebih baik.

Manami menghembuskan nafasnya. Ya, dia ikhlas sekarang. Setelah sesi menangis dengan teman sekelasnya mereka semua akhirnya mengikhlaskan kepergian sensei. "Kenapa harus berpegangan pada masa lalu ketika masih ada masa depan yang menunggu kita?" Itu yang Karasuma-sensei katakan semalam.

"Hey!"

Manami tersentak ketika mendengar suara kencang dibelakangnya. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya dari kuburan Koro-sensei ke asal suara.

"K-karma-kun? A-apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya masih sedikit kaget.

Walaupun Karma sering meminta Manami untuk membuatkan clorofom dan racun untuk rencana nakalnya, Karma dan Manami tidak begitu dekat diluar topik itu. Karma selalu berkumpul dengan kawan-kawannya, dan Manami selalu menyendiri di ruang lab atau berkumpul dengan teman-temannya saat waktu istirahat.

"Terasaka terlalu keras mendengkur. Hal itu membuat ku jengkel dan terbangun. Kamu sendiri... Kenapa sudah bangun?" Tanya pemuda bersurai merah itu.

"Aku...." Manami berhenti berbicara ketika ia melirik kuburan Koro-sensei di belakangnya.

Karma yang mengerti gerak-gerik Manami hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan mendekatinya.

"Koro-sensei...." Gumamnya sambil melihat bunga aster yang Manami tanam diatasnya.

"Dia sudah tiada... Kau tau? Semalam aku terus menanyakan kepada diriku sendiri bahwa, apa semua ini adil?" Tanya Manami lirih membuat Karma menatapnya.

We Are LosersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang