1| Meet

2.4K 156 4
                                    

"Not the power to remember, but its very opposite, the power to forget, is a necessary condition for our existence." ―Sholem Asch.

🍑🐰🍑🐰

"Karena ini hari pertama sekolah maka kalian bapak bebaskan. Tapi untuk besok dan seterusnya tidak ada lagi yang namanya ampun jika kalian terlambat lagi, mengerti?!" teriak seorang pria paruh baya dengan suara yang lantang dan tegas sambil berjalan mondar-mandir dihadapan barisan para siswanya yang hanya menunduk diam tak tahan lagi untuk lebih lama mendengarkan siraman rohani dari sang guru piket.

"Sekarang kalian boleh bubar dan masuk ke kelas kalian masing-masing. Kelas sudah dimulai sejak 20 menit yang lalu jadi jangan berkeliaran kemana-mana." ujar sang guru piket sambil berlalu pergi meninggalkan para siswanya yang sudah mulai membubarkan diri.

"Dasar guru licik! Aku tahu dia pasti sengaja menahan sampai kelas dimulai. Tamatlah aku hari karena terlambat di pelajaran Pak Lee." Wanita berponi tipis yang baru terbebas dari sang guru piket terus memijakan kakinya dengan kasar seirama dengan omelannya sepanjang ia menaiki tangga menuju lantai dua di mana kelasnya berada. Ia tampak kesal karena kesalahannya sendiri yang terlambat sekaligus resah harus masuk ke kelasnya sendiri.

"Duh, bagaimana ini? Masuk tidak, ya? Ini kan baru hari pertama masuk sekolah jadi seharusnya Pak Lee bisa memaklumi."

Wanita itu menggigit bibirnya bimbang, semakin ia mendekati kelasnya perasaannya semakin tidak karuan.

"Tapi bagaimana kalau aku malah dimarahi dan dihukum?"

Wanita itu menjadi semakin ragu saat mengingat ketegasan dan ketepatan waktu yang selalu dijunjung tinggi oleh Pak Lee. Apalagi tahun ini Pak Lee yang menjadi wali kelasnya membuatnya harus berpikir matang-matang sebelum mengambil keputusan yang akan membuat namanya semaik buruk di kalangan guru-guru. Pak Lee dan bahkan hampir semua guru sudah hafal dengan kebiasaan malasnya yang selalu datang terlambat, semangat belajar yang rendah serta berbagai alasan yang ia karang untuk tidak mengikuti pelajaran setahun belakang ini.

"Sejak dulu memang Pak Lee tidak pernah tanggung-tanggung jika memberiku hukuman. Uh, matilah aku!"

Wanita itu bergidik ngeri saat mengingat hukuman yang pernah diberikan oleh Pak Lee padanya karena kemalasannya selama ini, tapi anehnya entah mengapa ia sendiri tak pernah merasa jera dengan itu semua.

"Tapi tak ada salahnya aku coba saja sekali ini, siapa tahu Pak Lee masih berbaik hati di awal semester."

Wanita itu menarik napas panjang unutk menyipakan mentalnya sembari merapikan seragam sekolahnya, jas, dasi dan nametag yang bertuliskan Kim Ji Soo dibenarkannya lagi agar tepat berada di tempatnya. Dengan gerakan lambat wanita bernama Jisoo itu mengarahkan tangannya untuk menggeser pintu kelas dan menguatkan mentalnya untuk menghadapi Pak Lee namun belum juga jemarinya sampai untuk menggenggam pegangan pintu dengan cepat ia kembali menarik tangannya sambil menggeleng.

"Sial, aku takut sekali. Aku semakin tidak berani pada Pak Lee karena ia wali kelasku saat ini!" ujar Jisoo sambil menggigit jari telunjuknya bimbang.

"Apa lebih baik aku tidak usah masuk saja, hanya sekali bolos seharusnya tidak apa-apa 'kan," angguk Jisoo dengan yakin yang akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengikuti pelajaran Pak Lee pagi itu.

Dalam hitungan detik saja pikirannya sudah berubah lagi, naluri Jisoo mengatakan bahwa ia tak seharusnya mengambil resiko di awal semester ini, apalagi ia sekarang sudah kelas 3.

Membolos di pelajaran pertama tak akan terlalu berpengaruh pikir Jisoo karena ia bisa masuk di pelajaran selanjutnya. Untuk sementara mungkin ia akan berada di gedung ekskul atau UKS untuk menghindari guru pengawas.

CRYPTIC ❝JINYOUNG JISOO❞ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang