Selalu ada kemungkinan kamu kembali padaku. Dan aku menyesal karena selalu mengabaikan kemungkinan itu.
(Gerbong Ketujuh, 11)●●●●●●●●●●●
Tak seperti biasanya pagi terasa begitu sunyi. Meskipun beberapa jalanan mulai dipenuhi oleh berbagai orang, keadaan kota ini seakan tak mengenal suara. Sunyi.
Seorang gadis yang tengah berdiri berdecak kesal. Masih jelas diingatannya akan sesosok pria berjas hitam yang ia tonton di layar kaca tadi malam. Dengan bangganya ia mengatakan bahwa pagi ini akan cerah. Tapi lihat sekarang? Bahkan sang mentari tertutupi gumpalan awan hitam.
"Dasar sok tahu!" ujarnya kesal.
Hingga beberapa saat kemudian hujan mulai turun dan membasahi gadis itu. Hujan semakin deras menghantam bumi. Namun tak sedikitpun membuat gadis berseragam SMA Garuda ini untuk berteduh.
Ia menengadahkan kepalanya seraya menutup kedua matanya dan tersenyum. Menikmati rinai hujan yang jatuh menghantam wajahnya.
Hingga akhirnya ia tak merasa hantaman rinai hujan itu dan gadis itu mulai membuka kedua matanya. Hal pertama yang ia lihat saat kedua matanya terbuka adalah kedua bola mata hazel. Posisinya yang hanya berjarak beberapa centi bahkan ujung hidung mereka sedikit bersentuhan membuat gadis itu terkejut dan jatuh di atas trotoar yang sudah basah akibat air hujan.
Tak merasa bersalah, lelaki itu hanya tersenyum jahil sehingga menampakkan lesung pipi di kedua pipinya. Benar-benar manis.
"Ngapain lo hujan-hujanan?" ujar lelaki itu yang kini sudah berjongkok di sebelah gadis itu.
"Fazila?" ucap lelaki itu setelah melirik nametag yang tersemat di baju putih gadis itu.
Fazila menatap sengit lelaki aneh yang tak ia kenalnya itu. "Gara-gara lo, nih!"
"Lah, lo jatuh sendiri. Kenapa marahin gue?" sahut lelaki itu yang kini tengah tertawa. Setelah ia menghentikan tawanya, ia mengulurkan tangannya. "Kenalin. Gue Afkar."
Tak menjawab ataupun menyambut uluran tangan itu, melainkan Fazila hanya termenung. Merasa ada yang familiar di diri lelaki di depannya ini.
"Hey, Fazila! Kok lo bengong, sih?" ujar Afkar yang seketika membuyarkan lamunan Fazila.
"Sorry, gue harus pulang. Ditunggu bunda di rumah."
Tanpa mengucapkan apapun lagi, Fazila berlari dan menghindari Afkar yang masih tetap pada posisinya.
Setelah dirasa ia sudah berlari jauh dari Afkar, langkah kaki Fazila terhenti. Ia merogoh saku rok abu-abunya dan meraih selembar foto yang ia selalu bawa kemanapun. Foto itu sedikit lusuh sehingga Fazila melaminatingnya.
Fazila tersenyum saat ia mengamati foto itu. "Dia bukan kamu, kan?"
*****
Fazila melangkahkan kakinya di lorong sekolah yang masih terlihat sepi. Padahal bel masuk sekolah tinggal beberapa menit lagi. Mungkin banyak siswa yang masih terlena akan suasana sejuk pagi ini akibat diguyur hujan semalaman hingga subuh tadi sehingga enggan untuk meninggalkan kasurnya .
Fazila melangkahkan kakinya sembari bersenandung kecil. Ia mengenakan headset yang memutarkan lagu kesukaannya. Kedua matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Senyumnya terlihat merekah sesekali kala beberapa anak terlihat menyapanya.
Fazila Friska Alexandria, seorang gadis dari kelas XII IPA 1 yang juga seorang kapten tim Baseball putri di sekolahnya merupakan anak yang ceria dan supel. Kepribadiannya yang ramah membuatnya banyak disenangi oleh orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Words [OneShoot Stories]
Short Story"Selalu ada kemungkinan kamu kembali padaku. Dan aku menyesal karena selalu mengabaikan kemungkinan itu." Copyright©2017 by Deka.