Sudah hampir satu tahun kami menikah, perempuan aneh bin luar biasa inilah yang menjadi pelabuhan cinta terakhirku. Perempuan yang membuatku menyerah untuk segalanya.
Dia sih tidak terlalu cantik atau seksi, tapi dimataku dia itu paket lengkap dan sempurna. Apapun yang dia bicarakan adalah drama, drama, drama dan drama. Ya dia sangat menyukai drama, bahkan seluruh channel TV dirumah kebanyakan adalah channel yang menayangkan drama. Meski sering membuatku jengkel namun tak sedetikpun Aku dapat memalingkan mata darinya.
Oh ya Aku baru saja menerima hadiah luar biasa dari nya, hadiah impian para lelaki, ya dia tengah mengandung anakku, dan Aku akan menjadi seorang ayah sebentar lagi, wohooo.
Tapi sumpah saja dia menjadi gila 10kali lipat, emosinya kadang tak menentu, menjadi lebih sensitiv. Aku paham mungkin memang kodrat perempuan menjadi seperti ini saat hamil.Aku menjadi extra protektiv dengannya, Aku membuat banyak sekali peraturan untuknya agar dia lebih banyak waktu beristirahat cukup di rumah. Dia sempat kesal denganku, tapi dia bukanlah kepala batu dengan satu kecupan dibibirnya ia pun menurut.
Suatu hari....
"Oppa ..?"
"Eo ?"
"Aku .."
"Ada apa katakan saja, Kau mau makan sesuatu biar aku yang keluar membelinya " sambil kuusap lembut kepalanya.
"Aiseukeurim"
"Ya, mana bisa Kau makan Es Krim lagi, semalam bahkan kau sudah menghabiskan semuanya, andwae" aku menolaknya.
"Ahh,,, jebal" dia memohon dengan wajah yang tidak terlalu cute tapi tetap menggemaskan menurutku.
"Andwae, hari ini jadwal makanan nya adalah Sup Brokoli, Aku akan memasak untukmu, jangan menolak yaa" Aku beranjak dari dudukku dan menuju dapur.Sesekali kulihat dia tengah asyik dengan ponselnya, yah mungkin dia sedang berbelanja online, meski sudah sering tertipu Ia tak pernah kapok belanja secara online.
Dia menyukai apapun yang ku masak, Dia juga lumayan dalam memasak tapi sejak hamil dia menjadi anti setiap kali melihat dapur, jadilah aku yang mengambil alih semua tugas didapur.
Resep Sup Brokoli ini ku dapat dari ibuku, rasanya tidak seenak buatan ibuku tapi istriku mengatakan buatanku baik-baik saja dan layak dimakan. Setelah sup siap tak lupa ku siapkan pula beberapa buah-buahan asam yang biasanya dikonsumsi ibu hamil. Aku menatanya secantik mungkin agar dia mendapat selera makan dan melupakan es krim nya.
Tapi saat Aku mengantarkan sup untuknya, apa yang kulihat membuatku sangat terkejut dan kesal. Sementara dia hanya tersenyum kecil.
Ku lihat sudah 3 bungkus es krim yang sudah ia habiskan."Neo micheosseo??"
"Mianhae, tapi aku memang sangat ingin ini"
Aku menarik es krim ke empat dari tangannya yang siap ia lahap lagi.
"Oppa " dia merengek.
"Jeyoon-ah bisakah sekali ini saja menuruti peraturanku??" Nada bicaraku meninggi, dia sampai kaget melihatnya, Aku tak bermaksud memarahinya tapi sepertinya nada bicaraku sudah membuatnya takut, sorot matanya tampak berkaca-kaca.
Kemudian dia tersenyum."Oppa, mianhaeyo Aku hanya ingin itu tadi, oh baiklah aku akan makan sup nya ya " tapi dia beranjak dari duduknya dan menjauh dariku.
Aku tak mengikutinya, jujur aku masih kesal tapi aku sangat menyesal dengan cara bicaraku tadi, ah sudahlah dia sudah dewasa juga.
Kuperhatikan dia dari jauh, dia makan dengan sangat baik bahkan semuanya habis ia lahap. Aku lupa setelahnya karena aku tertidur dan lupa jika istriku masih makan.
Aku mencium harum bau masakan, siapa yang memasak?? Aku beranjak dari tidurku dan melihat sekelilingku.
"Jeyoon-ah!" Aku memanggilnya.
Dia hanya menampakkan muka saja dari balik dapur dan tak berkata sedikitpun.
"Apa yang sedang kau lakukan ?"
"Ya Neo, kembalilah tidur" dia malah menatapku dengan seram dan mengacungkan spatula yang sedang ia pegang.
Aku kaget juga takut, jangan-jangan istriku dirasuki sesuatu, aishh apa yang kupikirkan.
"Ah ye, terserah kau sajalah, aku mau tidur lagi" dia tak lagi menghiraukanku dan kembali ke dapur. Apa dia lapar lagi. Ahh aku baru ingat dia harus berbagi makanan dengan bayi kecil diperutnya.Aku memang tak betul-betul tidur, sembari berjaga-jaga untuknya. Tapi tetap saja rasa kantuk membuatku terlelap lagi. Aku tak ingat berapa lama aku tertidur, aku terbangun saat tangan lembutnya menggoyang-goyangkan lenganku.
"Oppa, bangun " dia sudah didepan mataku.
Aku bangun dan menjumpainya dengan tampilan segar, aku yakin dia baru saja mandi.
"Ppalli meoggo" matanya yang bulat semakin membuatku gemas.
"Ya, Kau tadi sedang apasih, sampai aku tal boleh melihat mu didapur?"
"Aku lapar lagi" dia tersenyum aku pun tertawa karena tebakanku benar bahwa dia lapar lagi.
Aku menggenggam tangan lembutnya dan menatapnya.
"Chagiya... maaf ya jika aku tadi marah padamu, aku hanya..." Dia malah tertunduk dan terisak.
"Ya ya ya aku bahkan belum selesai bicara"
Tangisnya makin menjadi.
Aku bingung jika sudah begini, dia cengeng tapi tangisnya kali ini membuatku merasa bersalah.
Aku langsung menariknya dalam pelukku. Isaknya makin keras.
"O.o.o.oppa, mianhae"
"Gwaenchanha, aku yang meminta maaf padamu karena sudah berteriak padamu, seharusnya aku tak begitu tadi"
"Oppa, maaf jika kau kesal denganku, aku sering membuatmu marah"
"Tidak tidak begitu sayang, aku hanya ingin kau memakan makanan yang sehat dan baik untuk bayi kita " sambil kuraba perutnya yang kini mulai membesar.
"Aku sudah makan dengan baik oppa, tapi tolong perhatikan dirimu lagi kau bahkan sering lupa makan, lihat pipimu mulai tipis" dia menyentuh lembut wajahku.
"Iya aku sering lupa makan, karena aku ingin fokua merawatmu, aku tidak ingin kau makan sembarangan apalagi sampai sakit, siapa yang akan susah??"
Dia membenamkan kepalanya ke dekapanku, aku mengecup lembut kepala perempuan yang tingginya tidak sampai 160 cm ini.
"Oppa, aku sudah memasak sesuatu untuk kita makan, aku harap rasanya masih layak untuk dimakan, ayo kita makan" dia melepaskan pelukanku, tapi aku menahannya."Tunggu sebentar!"
"Eoh?? Wae ?"
"Sepertinya ada yang aneh dengan wajahmu "
"Jinjja, eodieyo?" Dia sambil meraba-raba wajahnya.
"Ya Oppa, katakan ada apa dengan wajahku, dimana anehnya !"
"Disini " dengan spontan aku menyerang bibirnya, tetaplah begini cinta ku, aku begitu menyayangimu, jangan terlalu jauh dariku.
Dia pun membalas kecupanku dengan lembut dan kini tangannya berpindah ke leherku.
Dengan gemas aku menggigit bibir bawahnya yang tipis itu, dia mengerang sakit mungkin tapi dia menikmati detik demi detiknya.Perempuan ku, perempuan yang aku cintai, perempuan yang membuatku rela mati demi dia, terimakasih Tuhan, lindungilah kami selalu.