part 1

94 14 12
                                    

Kenalkan namaku Sisil, lebih lengkapnya Hermione Pathrysiela Hadiwidjaya. Kebanyakan teman-teman memanggilku "her", tak sedikit pula yang memberikan imbuhan kata-kata menyebalkan ketika mereka memanggilku "her". Bahkan teman sekelasku   mengubah namaku  menjadi"Hercules" yang kurasa  tidak ada kecocokan sama sekali denganku, apalagi bukankah hero yang satu ini keturunan dewa.  Sungguh  mengada-ada mereka semua. Meskipun seperti itu aku lebih suka mereka memanggilku dengan sebutan "Her" yang diambil dari nama depanku, daripada "path " yang kemudian akan terdengar seperti aplikasi /situs jejaring sosial dibandingkan sebuah nama gadis 15 tahun.

 
         Kurasa keduanya tersebut masih keren daripada nama panggilan yang diberikan oleh nenekku. Eyang Mega ibu dari seorang CEO Hadiwidjaya yang tak lain papaku itu, eyang sangat tergila gila dengan gelar kebangsawanan yang telah mendarah daging dalam silsilah keluargaku. Eyang memanggilku dengan sebutan " puput", aku juga tak pernah mengerti darimana asal nama itu dalam rentetan nama panjangku.  Papa bilang nama itu hanya untuk identitas dalam sebuah keluarga kami yang masih melestarikan budaya kebangsawanan. Untung saja orangtuaku tidak menuliskan nama yang identik dengan kebangsawanan dalam dokumen terpenting dalam hidupku, Akta kelahiran dengan nama panjang yang menyiratkan aura kental akan keluarga bangsawan. Ew, sangat menggelikan bukan ?! Setelah kupikir-pikir selera orang -orang sangat patut untuk dipertanyakan perihal pemilihan nama panggilan untukku itu.

     Aku anak ketiga dari 4 bersaudara. Adrianno Matthew Hadiwidjaya adalah kakakku yang pertama. Dia mahasiswa desain bangunan semester 4 salah satu universitas favorit di Yogyakarta. Bang Rian adalah saudaraku yang menyayangi semua anggota keluarganya tanpa terkecuali. Dia adalah Makhluk yang paling lurus jalan hidupnya diantara kami berempat.  Bisa dibilang ia adalah manusia jelmaan dewa yang Tuhan kirimkan untuk kedua orangtuaku, membawa kebahagiaan dalam keluargaku.

       Semua orang telah memuji semua yang ada pada diri kakakku itu. Mulai dari wajah yang tampan, otak yang cemerlang, dan bakat yang mumpuni, kurasa tiada cela untuk menjatuhkan nama kakakku apabila di golongkan menjadi keluarga bangsawan. Berbeda 180 derajat dengan aku dan kedua sauaraku, yang notabene anak urakan yang sama sekali tak mencerminkan seseorang dari keturunan bangsawan.

     Galen Stevano Hadiwidjaya adalah kakakku yang kedua masih kelas XI SMA. Bang Galen lebih terlihat sebagai saudara kembarku dibanding kakakku. Karena kami hanya terpaut satu tahun saja. Dia adalah saudara sekaligus musuh bebuyutanku, bagaimana tidak?  Kerap kali kami berdua berada di rumah akan terjadi kekacauan yang sangat fatal. Seringkali mama tak kuasa mengurusi kami berdua sehingga pada akhirnya rentetan hukuman selalu kami terima. Benar-benar menyebalkan bukan?!.

        Chlorinta Adelyne Hadiwidjaya adalah adik perempuanku. Si bungsu ini terkadang bisa menjadi partner yang baik ketika aku berseteru dengan bang Galen. Tapi bisa juga berubah menjadi seorang lawan yang mematikan dan patut untuk aku pertimbangkan. Dia adalah gadis yang tergila-gila dengan dunia maya. Bagaimana tidak, semua akun sosial media tak satupun yang tidak ia punyai. Entahlah apa yang terjadi pada adikku itu, Smartphone telah memengaruhi setiap detik waktunya. Bermonolog didepan benda berlayar tipis itu sudah menjadi kesehariannya. Terkadang aku juga tak mengerti mengapa teman-temanku bisa lebih tahu dulu apa yang terjadi dengan adikku daripada aku yang notabene serumah dengan Adel, hanya dengan postingan akun sosial media adikku itu.

Yang paling menyebalkan dari itu, dia selalu saja mengejekku dengan memanfaatkan statusku yang masih jomblo. Apalagi kalau bukan,  karena dia yang baru duduk 2 SMP saja sudah punya beberapa orang pacar. Catat beberapa orang!. Adel adalah makhluk tercentil yang paling aku hindari di rumah ini. Apalagi jika aku telah membawa teman cowok ke rumah untuk melaksanakan tugas kelompok. Adel si makhluk kecentilan itu selalu saja mencari alasan agar bisa cari perhatian dengan teman-temanku. Dan anehnya beberapa temanku itu sempat menjalin hubungan dengan anak ingusan yang tak lain adalah adik perempuanku.

Tak bisa diragukan lagi kemampuan saudaraku itu untuk bisa menggaet jajaran cowok- cowok keren dan tampan di sekolahnya. Dia memiliki wajah lebih cantik dibandingkan diriku, karena setiap hari minggu ia selalu pergi bersama mama untuk memanjakan tubuhnya di dokter kecantikan. Lain halnya diriku yang tak pernah sekalipun menyentuh barang-barang yang enggan ditinggalkan oleh seorang perempuan umumnya. Aku tergolong gadis yang anti make- up, bukan berarti aku nggak pernah pake make-up. Aku hanya pakai parfum saja untuk bedak sih bisa dihitung aku menggunakannya. This is my style.

Sebenarnya mama juga selalu memarahiku, setiap kali aku tak menggunakan alat rias yang ia belikan untukku. Ia juga pernah mendiamkanku beberapa hari, karena aku tak mencoba bedak  keluaran terbaru yang ia belikan saat pergi ke Paris beberapa waktu lalu. Dan solusinya aku memberikan benda itu kepada Adel, karena kupikir benda itu akan segera kadaluarsa apabila tak terpakai olehku, jadi apa salahnya aku berikan itu pada orang yang lebih membutuhkan. Adel menjadi terkesan sebagai anak tak mampu yang aku beri santunan, wkwkwk. Toh, dia juga tak keberatan dengan hal itu, dan mama akhirnya mengalah dengan keputusanku.

🐞🐞🐞TO BE CONTINUE 🐞🐞🐞
 
Holaa.. teman -temankyu aku datang dengan cerita baru.😆 ini karya keduaku.😊
Akhirnya bisa publish sekarang.  Semoga nggak membuat kalian kecewa karena cerita bang Arfha masih aku gantung 😂.
Happy reading guys
Kutunggu vote and commentsnyoo😊yang banyak ya, sedekahlah banyak banyak agar kau masuk syurga (apaan sih) 😃.
 
Matur suwun 😘

Salam,
Herculez(us) yang lagi kangen doi 🙊

PEMILIK HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang