Companion to Death

1.1K 42 1
                                    

Matahari terbit dari sebelah timur menyongsong jendela kamarku yg masih terbuat dari lapisan kayu antik,dan menyinari wajahku sehingga aku terbangun. Kicauan burung dan suara embun semakin menambah kental suasana pagi.

Jam dering ku berbunyi menandai bahwa aku harus pergi ke tempat dimana aku harus tuju. Tempat dimana biasanya aku mencari ilmu. Orang bilang itu sekolah tapi ku bilang itu bukan sebuah sekolah melainkan sebuah gubuk kecil di tepi sungai hutan. Tempat itu agak jauh dari tempat tinggal ku. Sehingga pagi pagi buta aku harus sudah berangkat.

Tepat dibawah pohon yang rindang seorang laki – laki menunggu ku dengan sorotan cahaya matahari yang membuat dirinya semakin sempurna. Seorang laki – laki tua yang berkisaran 100 tahun dan entah mengapa laki – laki itu masih bisa hidup dengan sehat sampai sekarang dan masih bisa mengajariku selama 15 tahun lebih,dan membuatku selalu bingung jika berhadapan dengannya.

Hari ini ia mengajariku tentang kata “terlambat”.Kata menarik yang membuatku muak mendengarnya dan paling pahit untuk diingat karena belum lama ini berkisaran 1 tahun silam adalah masa dimana aku memakai kata “terlambat” untuk kepribadian ku sendiri...

...............

Flashback (on)

2 tahun yang lalu

“Shin Hyeee ahhhh......kemari!! ada makanan kesukaan muuu!! Cepat turun! Seharusnya gadis tidak seperti itu!”

“Sebentar lagii!!” Lagi – lagi suara ibu ku yang menggangu  ia selalu marah padaku kalau aku tidak berperilaku seperti gadis – gadis umumnya yang selalu bangun pagi dan menjaga kecantikannya.

Memang di meja sudah disiapkan berbagai macam makanan. Salah satunya udang tanpa kulit yang sangat kusukai.

“Kenapa kau baru masak udang ini  baru sekarangg?? Aku sudah sangat lama menunggunya dari Desember lalu”

“Kau tau kan kebutuhan kita semakin banyak dan ekonomi kita menurun karena saham ayah mu tahun ini menurun?”

Aku langsung termenung mendengar kata – kata yang teruncap dari mulutnya. Seharusnya aku tidak mengatakan ini kepadanya.

“Shinn Hye!!!! Park Shin Hye!!!” tok tok tok

“Sepertinya itu Jae Hyun mu.. cepat buka kan pintu”

“Tidak ibu aku tidak ingin mengajak Ahn Jae Hyun masuk dulu kami akan langsung pergi” jawab ku tanpa basa basi dan langsung keluar menemui Jae Hyun.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ SKIP _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

“Shin Hye cepat masuk mobil. Kita akan terlambat!”

“Iyaa baiklah”

“Setelah konfersi pers kau mau makan? Sudah 9 bulan kita tidak pernah bertemu lagi” 9 bulan yang lalu Jae Hyun dan ayahnya pergi ke Brazil mengurus rumah mereka yang baru. Jadi tidak lama lagi kemungkinan ia dan ayahnya akan pindah ke Brazil.

“Baiklahh..”

“Ah dasarr anak pintar” sambil menepuk nepuk kepala ku dan bagian itu yang ku suka. “Mana aegyeo mu?? Tunjukann” Dan mencubit pipiku bagian paling ku benci.

“Heii! Mau mu apa?? Pegang kemudimu”

“Ohh..maaf”

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ SKIP _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Jelang konfersi pers berlangsung Jae Hyun selalu membisikan lelucon – lelucon kecil kepadaku agar tidak terlalu tenggang menjalani konfersi pers. Aku selalu senang tiap di dekatnya ia selalu saja membuatku merasa terhibur entah apa yang baru saja ia katakan tapi memang aku selalu nyaman dan bangga di dekat sahabat ku yang satu ini.

A Late AnsweredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang