Can You Look At Me Again?
-o0o-
SEHUN POV
Lagi-lagi langkah kakiku membawaku ke tempat ini. Tempat di mana biasanya aku bertemu dengannya. Bertemu dengan namja cantik itu. Bidadari yang tersesat di dunia yang semu ini. Luhan, hanya dengan menyebutkan namanya saja sudah berhasil membuat dadaku bergetar. Dia, namja cantik yang aku cintai sejak satu tahun yang lalu. Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Saat itu, dia mengobati luka memar di wajahku saat aku berkelahi dengan beberapa sunbae-ku. Dia, sosok yang begitu hangat, penuh kasih sayang.
Tanpa sadar aku melengkungkan kedua ujung bibirku saat mataku menangkap sosoknya yang sedang memeriksa seorang bocah kecil.
"Baekhyunie, buka mulutmu!"
Samar-samar pendengaranku menangkap suara lembutnya. Ia begitu hangat, jadi tak heran bocah bernama Baekhyun itu menuruti perintahnya.
Dia, adalah seorang dokter. Dan tak perlu di ragukan lagi. Dengan sifat ke'ibuan yang ia miliki, ia dapat dengan mudahnya menangani pasien-pasiennya yang kebanyakan adalah bocah-bocah kecil. Ya, dia memang dokter spesialis anak. Mungkin hanya aku yang masih mendatanginya saat terluka. Bukan karna aku masih anak-anak! Tentu bukan itu alasannya. Alasannya adalah, aku ingin melihat wajahnya setiap hari. Seperti saat ini, aku bahkan menggenggam pecahan kaca yang tak sengaja ku temukan saat datang kemari. Bodoh bukan? Tapi aku tak perduli, yang terpenting bagiku adalah bisa bertemu dengannya.
"Eh? Sehunie?
Suaranya yang lembut menyapa indera pendengaranku. Membuat hatiku merasa hangat.
"Sehunie, kenapa ka- OMO!" ku dengar ia memekik keras.
Membangunkanku dari dunia fantasy yang sempat aku buat.
Dapat ku rasakan tangannya yang halus menyentuh tanganku dengan perlahan.
"Sakitkah?" tanyanya dengan nada cemas.
Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya.
"Ck, kau ini. Jja! lukamu harus segera di obati agar tidak infeksi," katanya sambil menarik tangan kiriku-yang tidak terluka.
Ia membawaku memasuki ruang kerjanya. Tempat di mana biasanya ia mengobati lukaku. Biasanya? Ya. Tentu saja ini bukan pertama kalinya aku melukai diriku sendiri seperti ini.
"Apa sakit?" tanyanya cemas.
Tangannya yang halus menyentuh permukaan lukaku dengan kapas yang sudah ia basahi dengan obat merah.
"Uwmm," aku hanya bergumam lirih.
Rasanya sangat menyenangkan saat ia merawatku seperti ini. Melihat wajahnya yang terlihat begitu was-was saat mengobatiku, membuat aliran darahku seakan berhenti. Rasanya seperti ada aliran listrik yang menjalar di tubuhku saat ia meniup-niup luka di tanganku dengan telaten.
"Apa lagi yang kau lakukan eoh? Kenapa bisa terluka seperti ini?" tanyanya sambil membereskan alat-alat yang ia gunakan untuk membersihkan lukaku tadi.
"Aku tidak sengaja menjatuhkan gelas saat aku minum tadi," dustaku.
Ya, tentu saja aku berdusta. Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya'kan? Tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku sangaja melukai diriku sendiri agar dia mau mengobati lukaku.
"Kau ini, kenapa ceroboh sekali?" katanya sambil menatapku cemas.
Tatapan itu, tatapan yang membuatku bertahan. Tetap mengejarnya walaupun ia sudah memiliki seorang kekasih. Tatapan matanya itu, seolah mengatakan kalau dia begitu perduli padaku. Tatapan mata yang menyihirku. Tatapan mata yang berhasil membuatku tersesat dalam lembah bernama cinta ini.