PROLOG

55 12 3
                                    

Di sore hari terlihat seorang gadis masih mengenakan seragam SMA sedang duduk di sebuah halte bus.

Gadis itu terlihat sedang menangis sambil sesekali menghapus bulir air matanya yang mengalir membentuk sungai kecil di pipi nya.

Hujan menjadi saksi atas kepiluan hati yang dirasakannya seorang diri. Tangan mungilnya menggenggam sebuah name tag yang bertuliskan Savira Senjaya.

Sungguh ia kecewa, bagaimana bisa ia dituduh melakukan kesalahan yang bahkan sama sekali tidak ia lakukan? Pernahkah kau merasakan hal yang sama?

Savira, gadis miskin yang sudah banyak melalui masalah-masalah. Ia lelah, tidak pernah merasakan kebahagiaan sampai ia berfikiran untuk mengakhiri hidup yang tidak berguna ini. Ia merenung, menangis, meraung, meminta takdir yang lebih baik dalam batin.

Sembab matanya, sampai memerah seluruh wajah mulus nan cantiknya, lelah. Sekian lama ia menangisi nasibnya, gadis itu bangkit dari tempat duduknya berniat menembus tirai hujan meninggalkan halte bus yang menjadi saksi bisu atas kesedihannya menuju rumah mungil yang tidak pernah diiisi kebahagiaan keluarga seperti yang diidam-idamkan seluruh anak seusianya.

Disisi lain, terlihat seorang pemuda yang sedang mabuk mengendarai mobilnya dengan kecepatan luar biasa, mengingat jalanan sepi karna hujan ia tidak mengindahkan peraturan berkendara.

Saat sedang mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata, ia tidak menyadari kehadiran seorang gadis yang berjalan menunduk dengan langkah gontai.

Tanpa babibu mobil pemuda itu menabrak tubuh mungil gadis tersebut hingga terpental beberapa meter dari tempat menyebrangnya, membentur pinggiran trotoar. Pengemudi mobil tersebut enggan menyelamatkan gadis tersebut dan lebih memilih meninggalkan tempat maut dari gadis itu.

Malang. Savira yang sudah digenangi banyak darah karna kepala yang terbentur trotoar hanya pasrah ,meratapi nasib yang sudah diujung tanduk.

Ia merasa inilah akhir dari kehidupannya, rintik hujan menemani akhir hidupnya, samar-samar ia melihat bayangan pemuda mengangkat tubuhnya dan mengusap matanya sampai cahaya menutupi indra penglihatannya.

Pemuda yang menolong gadis tersebut adalah utusan untuk menjemput nyawa Savira, sempat ia membaca kehidupan menyedihkan gadis tersebut sampai ia berfikir untuk menegoisasi kehidupan kedua untuk Savira.

Kehidupan yang lebih layak, mengingat usia yang masih sangat muda dan sia-sia jika ia menginggalkan dunia ini tanpa kebahagiaan yang ia dapatkan. Ia mengusap kening penuh luka itu dan membaca mantra untuk membangunkan roh dari tubuh tak berdaya tersebut.

Setelah membangunkan roh yang ada pada tubuh Savira, ia pun menggendongnya menuju ke suatu tempat.

"Savira, Kau akan menjalani kehidupan kedua".

********

Ini cerita pertama author, jadi kalau ceritanya rada aneh harap maklum ya ^^

Next?
Vote kalau udah 20 bakal langsung next..

AdellaHumedi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

94 Day's [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang