FANFICTION (special recusting for #ipay )
~hyeong~One shoot
Apa kau pernah merasakan apa yang kurasakan saat ini,
Kepedihan yang ku alami oleh karan keEgoisan semata,
Saat ku kira hidup ku berakhir dan itu semua karnanya,Rasa benci membuat ku murka dan aku benci dengan sikap nya apa lagi keberadaan nya bagi ku dia hanyalah sampah yang harusnya ku buang jauh sampah yang tidak berarti sedikit pun, sampah yang membuat ayah dan ibuku pergi meninggalkan ku untuk selamanya!
~heyong~ mianhae,
Pagi ini sama seperti pagi sebelum nya ketika seorang pria tampan tengah sibuk merapikan semua aneka masakan yang telah susah payah dia buatnya,
Senyum selalu mengembang di bibir tipisnya meski kehidupan nya teramat pahit tapi dia tetap tersenyum demi sang adik yang di kasihinya"Ah,, donghae-ka sudah bangun? Kemarilah hyung sudah membuatkan mu sarapan!"
Donghae sang adik yang nampak terlihat berantakan berjalan sempoyongan mendekati sang kaka yang dianggap nya adalah sebuah kesalahan dan hanya sekelas sampah yang tak berarti,
Dia duduk tepat di bangku paporit nya lalu kedua tangan nya muali di gerakan seolah hendak meraih sendok dan memakan makanan buatan sang kaka,
Leeteuk sang kaka mulai tersenyum bahagia pasalnya sudah hampir delapan belas tahun hubungan nya dengan sang adik berjalan buruk tanpa ada titik terang yang membuat nya dapat tersenyum bersama seperti saat kedua orang tua mereka masih ada,
Leeteuk hanyalah seorang anak angkat namun bagi nya keluarganya sangatlah berarti melebihi keluarga manapun di dunia ini
"Donghae-ya makan yang banyak hyeong aka~"
Prang~
Donghae menarik paksa taplak meja yang membuat semua masakan hancur tidak karuan wajah leeteuk nampak terlihat kecewa namun senyum tetap di tunjukan nya seolah semua baik baik saja,
"Diam kau berengsek! Kau fikir aku akan memakan semua sampah ini hah, sial kau fikir kau itu siapa! Kau hanya sampah bagi ku, kau adalah penybab kedua orang tuaku pergi, jangan pernah muncul di hadapan ku berengsek, sampah seperti mu harus nya musnah dari muka bumi ini!"
Kesal donghae seraya menunjuk bahkan mencekik leher sang kaka namun tidak nampak sedikit pun kebencian di wajah nya, leeteuk terus berusaha tersenyum dan malah meminta maaf pada sang adik yang begitu membencinya,
"Maaf kan aku donghae!"
Donghae yang kesal melihat senyum leeteuk malah meraih mangkuk kaca yang tergeletak di dekat kakinya dan melemparnya tepat di kening sang kaka,
Prang~
Darah mengalir di kening naas itu namun tidak ada sedikit pun rasa iba dari hati sang adik
Donghae malah pergi meninggalkan leeteuk yang tengah terluka karnanya"Hikss,,begitu besarkah rasa bencimu padaku donghae-ya!"
Leeteuk meneteskan airmatanya seraya merapihkan potongan potongan beling dari mangkuk mangkuk yang hancur berantakan, semua hidangan yang susah payah dibuat nya kini hanya sisa sampah seperti layaknya leeteuk dimata donghae
Rasa sayang nya begitu besar terhadap sang adik meski donghae menatap nya jijik namul leeteuk terus tersenyum
Bahkan dari siang sampai malam leeteuk bekerja keras banting tulang untuk mencukupi hidup nya bersama sang adik tidak ada kata lelah dalam dirinya asal kebutuhan donghae tercukupi,
Leeteuk bahkan rela semua punggung nya terluka dan berdarah karna pekerjaan nya sebagai seorang kuli panggul di pasar,
Setelah siang hari leeteuk bekerja di proyek bangunan dan kembali mengangkat benda benda yang berat tidak ada satupun keluhan yang terlontar di bibirnya dia selalu bersemangat dan yakin semua akan baik baik saja seperti ini pun tidak apa apa asal donghae dapat hidup dengan berkecukupan,
"Leeteuk ssi! Kenapa kau bekerja keras untuk adik seperti dia? Donghae bahkan tidak pernah menghargai mu!"
Kang in teman sekaligus sahabat leeteuk merasa iba akan penderitaan yang di alami nya,
Namun leeteuk hanya tersenyum tanpa menjawab sedikitpun pertanyaan nya,
"Arghh,, pelan pelan kangin!"
Saat ini kangin tengah mengobati luka lebam di dahi leeteuk juga luka luka lain di punggung nya yang didapat leeteuk dari pekerjaan nya,
"Ada pekerjaan yang lebih layak dari sekedar menjadi kuli panggul leeteuk ssi, di kantor ku masih membutuhkan kariawan cerdas seperti mu! Aku bisa merekomendasikan mu kalau kau mau!"
Leeteuk tersenyum kembali teman nya yang satu ini memang selalu melakukan yang terbaik untuk nya!
"Tidak perlu kangin ssi bekerja di kantor memerlukan waktu seharian, aku bisa bisa tidak memiliki waktu untuk mengurus makan dn kebutuhan adik ku, meski pekerjaan sebagai kuli panggul sangat berat gajihnya juga lumayan karna aku dapat melakukan nya dengan cepat dan uang ku bisa bertambah banyak!"
Kangin menyudahi acara mengoles kirm di pundak leeteuk kepalanya nampak tertunduk seolah tengah menutupi linangan air mata dari sang sahabat di hadapan nya,
"Wae kangnim ssi?"
Leeteuk bertanya dengan sabar menunggu jawaban dari kangin yang hanya terus tertunduk dengan sedikit isakan,
"Kenapa kau begitu bodoh, aku terluka melihat perlakuan donghae terhadap mu namun kenapa kau malah tersenyu seperti itu!"
Leeteuk mengelus lembut pundak sahabat nya itu dan terrsenyum membalas rasa cemasnya,
"Karna bagi ku donghae adalah alasan ku untuk bertahan hidup, bagiku tidak ada perlakuan nya yang melukai hati atau fisik ku, rasa cintaku lebih besar dari pada rasa sakit mana pun, kangin ssi kau juga seorang kaka bukan kau pasti mengerti maksud ku!"
Kangin menangis semakin menjadi kala dia sadari bahwa dia bukan seorang kaka yang hebat seperti leeteuk
"Kau adalah orang yang special di dunia ini sama seperti namamu, kau harus nya bahagia bukan menderita seperti ini!"
Leeteuk segera menggelengkan kepalanya tanda penolakan akan ucapan yang terlontar dari bibir kangin,
"Dimana penderitaan yang kau maksud kangin ssi, aku punya pekerjaah aku juga punya rumah dan adik yang tampan lalu aku punya sahabat yang akan menangis dikala aku terluka seperti ini, lalu dimana sisi penderitaan yang kau maksud?"
Kangin memeluk leeteuk penuh haru akan kata kata bijak nya sungguh hati sahabat nya ini sangat suci tanpa ada cacat sedikit pun dan dia selalu bersyukur dalam hidup yang bagi kangin sangat menyiksa itu,
Esokan harinya seperti biasa leeteuk tengah bekerja di proyek pembangunan gedung sebagai kuli panggul leeteuk tengah memanggul semen berukuran besar di punggung nya nampak jelas tubuh letih nya di paksa bekerja keringat bercucuran namun tidak ada sedikit pun keluhan seperti biasa.
Namun tanpa sengaja leedonghae adik angkat sang kuli bangunan itu tengah melewati proyek itu dan
Brug~
Donghae menyaksikan tubuh sang kaka limbung dn jatuh membuat karung semen yang di panggul nya hancur berantakan,
"Yakk apa kau bodoh!"
Plak~
Sang mandor memukul kepala leeteuk dengan keras karna dia telah menghancurkan semen milik perusahaaan nya,
"Apa kau tau semen itu sangat mahal eoh! "
Plak~
Lagi dan lagi mandor itu memukul kepala leeteuk terus menerus leeteuk hanya dapat tertunduk dan sesekali meminta maaf pada sang mandor,
"Aisssh,,kau mau ku pecat eoh!"
"Maaf kan saya tolong jangan pecat saya !"
Donghae nampak kesal kedua tangan nya mengepal seolah hendak memukul seseorang dengan brutal
"Sial sampah itu rasanya ingin ku musnahkan saja dia!"
Gerutu donghae seraya berjalan kembali bersama teman teman nya,
Tidak ada yang special di hidup donghae kegiatan nya hanya makan tidur dan berkumpul bersama teman temannya menghabiskan uang yang susah payah di cari oleh sangkaka, seperti sekarang ini donghae tengah bersenang senang di dalam bar dengan minum minuman keras juga para wanita cantik,
Bruk~
Donghae membanting pintu rumahnya kasar membuat leeteuk yang sudah lama menunggu kepulangan nya terkejut dengan tubuh mabuk donghae,
"Donghae ya kau mabuk?"
Leeteuk berusaha membantu donghae bangkit dari lantai namun tangan nya di tepis jijik oleh nya seolah dia tidak ingin di sentuh oleh sang kaka,
"Berihikks kau sampah,cepat berikanhikkss aku minum!,,"
Dengan sabar leeteuk menuruti semua yang di ucapkan oleh donghae bahkan leeteuk membersihkan muntahan Yang berceceran di lantai,
"Donghae-ya maaf jika hyung tidak bisa membuat mu bahagia!"
Leeteuk mengusap surai sang adik yang tengah tertidur nyaman di kasur nya lalu mengecup puncak kepalanya singkat,
KAMU SEDANG MEMBACA
hyeong mianhae
Short Storyketika pengorbanan seorang kaka menjadi sebuah kebencian akankah ketulusan mengungkapkan kebenaran nya