Memang sangat disayangkan, lelaki tampan yang memiliki kharisma memikat itu harus memiliki nasib yang sangat buruk.
Dibenci keluarga, dikucilkan karena anak yang memberikan banyak kesialan, menjadi bahan olokan keadaan sekitar ia berjalan.
Lelaki itu berusaha kuat untuk berpikir positif, bahwa itu hanyalah sebuah kritikal yang membangun. Namun, semakin hari, semakin banyak dan semakin kasar kata-kata mereka yang memaki dirinya.
Jeon Jungkook, lelaki yang baru menginjakkan umurnya yang ke-15 tahun ini, meringkuk diatas ranjangnya dengan peluh keringat yang menutupi permukaan wajah tampannya itu.
Akhir-akhir ini, ia sering bermimpi buruk. Bermimpi buruk tentang kehidupan barunya ini.
Apalagi.. Saat ia pindah kerumah besar nan megah layak istana ini.
Rumah ayah tirinya, Kim Hyunsik.Ibunya, Nyonya Park, menikah lagi dengan Tuan Kim dengan alasan mempertahankan ekonomi, setelah ayah Jungkook tewas saat berkendara untuk membeli hadiah ulang tahunnya yang lalu. Dan selama ayah Jungkook, Tuan Jeon, meninggal, ibunya, Nyonya Park selalu dirundungi perasaan tidak puas hati sampai ia menggali emas dari keluarga Tuan Kim.
Untung saja Tuan Kim sedang menduda dan belum memiliki anak, jadi beban Tuan Kim tidak terlalu berat. Dan pekerjaannya yang lumayan terjamin walau hanya menjadi karyawan biasa disuatu perusahaan yang cukup besar.
Namun, kalau seperti ini, bukan lagi namanya mempertahankan ekonomi.
Melainkan, menjual Jungkook sebagai bahan pelampiasan amarah Tuan Kim saat ia mabuk.Jungkook sering dipukuli, entah memakai anggota tubuh Tuan Kim ataupun benda lainnya. Nyonya Park, ibunya itu tidak bergeming untuk membela Jungkook saat ia dipukuli oleh Tuan Kim, malah ia sesekali menyunggingkan senyumannya pada Jungkook yang tidak berdaya.
Mata Jungkook terbuka perlahan. Ia tolehkan kepalanya melihat kearah jam dinakas yang menunjukkan pukul dua dini hari.
Kalau jam segini, ayah tirinya baru saja pulang dari clubbing dan pulang dengan keadaan mabuk. Ia juga tidak bisa menghindar keluar, karena ia juga terkunci dari dalam sejak kemarin.
Ruangan bawah tanah dengan tidak ada penerangan serta tempatnya yang sempit, itulah gambaran dari kamar Jungkook.Benar insting dari Jungkook.
Saat ia mulai mendudukkan dirinya, pintu kamarnya berdecit, menandakan ada yang masuk kedalam ruangan sempit dan gelap ini, membuat Jungkook menyipitkan matanya karena bias cahaya yang masuk secara serempak.Sudah menjadi kebiasaan malamnya, bangun dengan keadaan kacau, dan Hyunsik akan menambahkan kekacauannya.
Seseorang yang membuka kamarnya itu berjalan mendekat kearah Jungkook dengan terseok.
Sekarang Jungkook bisa melihatnya, itu si Hyunsik.
Ia bangun dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara keras dan bersembunyi dibawah kolong kasurnya."Keluar kau, sialan!"
Teriakan tiba-tiba Hyunsik saat Jungkook baru saja menempati posisi sembunyinya."Aku tahu kau bersembunyi! Keluar kau atau aku akan melakukan hal yang sangat keji padamu, JUNGKOOK!"
Jungkook polos pun keluar. Ia tidak memperdulikan hal apa yang akan Hyunsik lakukan padanya.Ia hanya berharap, kalau ia tidak akan tersakiti lebih berat dari ini. Walau kenyataannya, Jungkook selalu mengeluarkan air matanya saat Hyunsik memukulinya.
"Kau tahu, sialan?" Jungkook kini berada didepan Hyunsik.
Hyunsik menyentuh telinga Jungkook dengan gerakan pelan namun terasa mematikan.