🎶We Don't Talk Anymore - Charlie Puth feat Selena Gomez
Daegu, South Korea
2009We don't talk anymore
Like we used to do~Kupejamkan mataku sejenak untuk menikmati lebih dalam lagu yang dibawakan Charlie Puth dan Selena Gomez tersebut melalui earphone. Entah mengapa lagu ini terasa menohokku. Aku tahu, tak seharusnya aku seperti ini hanya karena seorang pria yang bahkan pergi meninggalkanku tanpa kabar kepastian. Satu tahun tentunya cukup untukku mengakhiri hubungan tanpa kepastian ini secara sadar.
Kuamati suasana di depanku yang terasa cukup sepi. Heol ... lagi pula, siapa yang akan keluar pada larut malam dengan suhu yang begitu dingin seperti ini kecuali diriku? Bahkan, seekor jangkrik saja enggan mengeluarkan suaranya untuk sekedar menemaniku. Aku tersenyum kecut. Barangkali, aku memang ditakdirkan oleh Tuhan untuk hidup sendiri dengan kesepian yang selalu setia menemani.
Kualihkan pandanganku dari suasana sepi depan halte ini menuju layar ponselku. Pukul 11:11 PM. Manis sekali. Bahkan angka satu saja dapat berdampingan meski hanya sekejap, mengapa aku dengan dirinya tidak bisa? Oh, dan sejak kapan aku menjadi melankonis dan menjijikkan seperti ini?
Merapatkan mantel yang kukenakan dan bergegas untuk melangkahkan kaki untuk menuju rumah sederhanaku. Cukup sudah acara melankonisku yang terakhir di Daegu malam ini. Meski rasa sakit dan rindu masih setia menyelimuti jiwaku.
Di tengah kehampaan malam pilu
Kubisikkan sajak rindu dengan sendu
Berharap sang salju menyampaikannya padamu
Mengharapkan hadirmu diujung penantiankuMemimpikan warna pada kelabunya hidupku
Dengan perasaan sama yang tak memerlukan aksara
Untukmu, yang jauh di sana tak tergapai retina
• • •
Seoul, South Korea
2015Sejak kepindahanku ke Seoul 6 tahun yang lalu, dia-Yoon Gi benar-benar semakin tak kuketahui kabarnya. Dan memang aku tak lagi berniat untuk mencari tahu mengenai dirinya. Pertemuan terakhirku dengannya 7 tahun yang lalu sungguh membuatku begitu muak dengannya. Kini, hidupku benar-benar hanya lurus tertuju pada karier tanpa adanya bumbu percintaan.
Namun, semuanya tak lagi sama sejak kulihat dia yang datang dengan style barunya. Ia datang dengan rambut blonde. Aku tak mungkin salah lihat meski dia tampil berbeda. Itu memang benar-benar dia, Yoon Gi. Dan perasaan ini ternyata masih tetap sama, tetap dengan sensasi yang hampir membuatku meledak karena eksitasi.
Aku selama ini telah berhasil menipu diriku sendiri dengan memaki dan membencinya. Tanpa menyadari bahwa itu semua hanya bentuk dari pelampiasanku yang terlalu kesal karena ditinggalkan olehnya. Dan tentunya pelampiasan itu berpeluang lebih besar terjadi karena aku takut bahwa hatinya tak akan lagi menjadi milikku. Serta karena kelalaianku yang melupakan fakta bahwa benci dan cinta hanya terpisahkan oleh sekat, atau bahkan benang yang begitu tipis.
Ia berjalan dengan santai menuju ke arahku, kemudian duduk dengan elegannya pada kursi di hadapanku. Untuk sejenak, jantungku berhenti untuk berdetak. Kemudian, dalam sekejap, ia berdegup dengan begitu kencang. Tidak, aku tak boleh kehilangan kontrol hanya karena dikuasai oleh hatiku sendiri yang begitu egois ini. Aku kuasai ekspresi pada wajahku untuk menyesuaikan dengan ekspresinya.
"Sudah begitu lama, ya?" Ia memecah keheningan di antara kami dengan pertanyaan retoris itu, tak lupa dengan senyum manisnya.
Oh, bahkan senyum itu masih sama dengan yang dulu, masih tetap setia dengan rasa manisnya untuk dipandang. Untuk sesaat, aku kembali terjatuh dalam pesonanya yang seolah menghipnotisku. Jantungku berpacu dua kali lebih cepat dari tempo normalnya. Tanpa sadar, aku menatapnya cukup lama. Dan itu terjadi di luar kendaliku. Dia, hanya dia seorang yang mampu membuat jantung, bahkan tubuh ini bekerja di luar kendaliku.