Gadis Nakal

77.2K 356 3
                                    


Malam itu entah menjadi suatu kesialan atau keuntungan untuk Hendra. Hendra saat itu hanya sedang menarik taksi onlinenya, hingga ia harus bertemu dengan wanita itu. Wanita sialan yang sudah membuat hidupnya hancur.

"Malam mas"

"Ya Bu" Jawab Hendra sekenanya. Setelah melihat tujuan dari wanita itu, Hendra menjalankan mobilnya.

Pikiran Hendra sedang suntuk sekarang. Ia sudah ditinggali oleh istri dan anaknya setahun yang lalu. Karena perekonomian mereka yang tidak memungkinkan untuk bertahan hidup di kota, mereka pun menjalani kehidupan di desa. Setiap bulan Hendra akan mengirimi mereka uang, atau bahkan berkunjung, kalau ada rezeki lebih.

"Mas nya udah lama jadi supir taksi online ?" Tanya wanita itu.

"Iya Bu, setahunan lah"

"Jangan panggil Bu, panggil aja Putri. Saya masih 23 tahun tahu mas hahaha"

"Haha maap, habis pakaian nya seperti orang dewasa"

"Haha mas bias aja"

Hendra masih focus menyetir. Sudah biasa ia menanggapi pelanggan seperti ini, pikirnya. Putri melihat kea rah Hendra dan bertanya "Nama mas siapa ? Umurnya berapa mas ?"

"Nama saya Hendra mba. Saya 30 tahun"

"Oalaaah"

Dan keadaan mobil mulai hening. Hendra agak sedikit sebal, mengingat daerah yang dikunjungi wanita ini lumayan jauh. Sekitar 2 jam, belum lagi macetnya yang kira-kira bias sampai 3 jam.

"Mba, kenapa jauh-jauh amat sih perginya ?"

"Emang kenapa mas ?"

"Macet gini lama tau mba. Sayanya capek"

"Yah mas capek ya ? Atau ngga aku cancel aja deh, tapi mas tetep anterin saya ke kost-kostan saya. Nanti bayarnya gausah pake aplikasi" Hendra berfikir sejenak. Lebih baik daripada berjam-jam harus menahan pusing melihat macet yang sangat parah.

"Boleh deh mba" Putri pun memberikan alamat kost-kostan nya. Dalam perjalanan, keadaan kembali hening. Hingga,

"Mas nya capek ya ?"

"Ah, iya nih. Capek nyupir mulu, uangnya dikit"

"Saya kasih bonus deh hehe"

"Hah seriusan nih mba ? Wuihh asik dong hehe"

Hendra sedikit terkejut mendapati tangan pelanggan nya mendarat di bagian pundaknya. Tidak sampai disitu saja, tangan putri ternyata mulai bergerak. Memijat pundak Hendra.

"Mas nya kan capek, saya pijitin nih"

"Ah, gausah mba Ngga papa kok" Hendra mencoba menghindari tangan Putri, tapi Putri tetap memaksa. Hingga Hendra hanya diam menikmati pijatan Hendra.

"Mas nya tinggal sendiri ?"

"Iya mba. Istri sama anak ada di kampung"

"Ohh, berarti disini kesepian dong ?"

"Iya nih mba, sedih rasanya" Hendra mencoba mengingat hari-harinya yang kosong. Tidak ada yang memasakkan makanan untuknya. Tidak ada teman tidur dan yang pasti, Tidak ada tempat melampiaskan nafsu birahinya!

"Mas, saya mau loh jadi temen mas. Mas simpan saja nomor saya, nanti telfon saya kalo butuh teman"

"Mba nya baik amat sih"

"Abis mas nya ganteng sih" Putri mulai melemahkan pijatannya yang makin terasa nikmat.

"Alah, orang sayanya butek gini kok dibilang ganteng" Hendra bukannya sok merendah. Tapi memang benar, dia bukan tipikal supir di ftv yang sangat tampan dengan kulit mulusnya. Wajahnya benar-benar seperti pria kampung, kulitnya cokelat dan kasar.

[SHORT STORY] 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang