I'm Oke #AudisiOnlineTheWWG3

89 10 20
                                    

Tepat satu minggu dari sekarang, aku akan benar-benar menjemput apa yang dinamakan hari bahagia. Mungkin bagi sebagian orang ini terlalu terburu-buru, tapi tidak bagiku. Usiaku memang masih menginjak di angka dua puluh dua tahun. Tapi, percayalah, aku benar-benar sudah siap lahir maupun batin.

Setiap malam, kegiatan yang aku lakukan adalah bermain bersama pena dan catatan kecilku. Di sana aku selalu menuliskan apapun yang terlintas di kepalaku untuk kemudian aku jadikan sebagai ide mentah. Selain itu, tentu saja sebuah laptop berwarna silver selalu setia menemaniku sebagai modal utama dalam menulis sebuah naskah.

Malam semakin gelap, namun rasa kantuk ini belum kunjung datang. Perlahan ... aku mulai membuka kaca jendela kamar, bermaksud untuk mencoba menerawang ke atas langit. Seperti kaset lama yang kembali diputar--ketika kulihat banyak bintang yang berkelap-kelip--tiba-tiba ingatanku kembali pada kenangan lima tahun yang lalu. Aku masih ingat kalau dia sangat menyukai suasana seperti ini. Tenang bersama langit dan bintang. "Araghhtt ... kenapa aku kembali mengingatmu, Ren?!" kesalku pada diri sendiri. Aku acak-acak rambutku dengan frustasi.

"Kamu belum tidur, Dek? Masih ngetik?" Suara Kak Villa sontak menghentikan aktivitasku. Aku hanya mengangguk mengiyakannya. "Udah lah, Dek. Kamu nggak perlu nulis ini itu lagi. Nggak cape apa, tiap ngirim ke penerbit selalu di tolak mulu?" Bagaikan sebuah tamparan keras, pertanyaannya terdengar sangat tajam di telingaku. Tentu saja dadaku sesak saat mendengarnya. Kak Villa memang benar. Aku sudah sering di tolak oleh para penerbit saat mencoba mengirimkan beberapa naskah agar bisa di terbitkan. Tapi, apa aku harus menyerah begitu saja? Tentu saja tidak.

Rena adalah mantan pacarku di lima tahun yang lalu. Aku sangat mencintainya begitupun dengannya. Tapi, mungkin saat itu aku menjadi lelaki terbrengsek yang dengan teganya meninggalkan dia begitu saja. Kalau kalian yang berada di posisiku, kalian akan bagaimana? Memilih kebahagian orangtua dengan cara memutuskan pacarmu, atau melukai hati orangtua dengan cara tetap bersama pacarmu. Aku, Adit Prawijaya, lebih memilih untuk membahagiakan orangtuaku. Meskipun perih, dengan kelapangan dada kuterima nasihat dari Ayah dan Ibuku.

Kuhela napas dalam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Kak Villa. "Aku nggak ngerasa cape, Kak. Karena aku menyukai duniaku." Dengan bangganya aku mengucapkan kalimat itu. Tentu saja aku bangga, karena memang benar adanya bahwa aku memang suka dengan dunia menulis. Kak Villa tersenyum, meremehkan. Mungkin ia menganggap bahwa mimpiku hanyalah sebuah angan-angan. Tapi, tunggu saja, Kak. One day, insyaAllah di Gramedia akan ada deretan buku atas nama Rena Adyana Putri.

Kesalahan terbesarku selain memutuskannya secara sepihak adalah ... karena aku tidak berani untuk menjelaskan apapun kepadanya. Aku pergi dengan membawa beribu penyesalan. Penyesalan karena telah menyakitinya. Sekarang, tekadku sudah bulat. Aku akan menyelesaikan segalanya agar dirinya bisa hidup tenang tanpa sebuah teka-teki. Karena aku tahu, kini dia telah menjadi wanita yang kuat.

"Udah, sih, nggak usah ngotot begini. Di Indonesia udah banyak penulis kece dan terkenal. Kamu ... mau nyaingin mereka? Kalah start, Dek." Mendengar ucapan Kak Villa--yang lagi-lagi membuat dadaku terasa sesak--aku hanya bisa menghela napas dalam. Sebenarnya ingin sekali aku acak-acak rambutnya sambil berkata kasar. Tapi sebagai seorang adik yang baik hati, yang kulakukan hanya menyeretnya keluar dan langsung mengunci pintu kamar. Kak Villa sempat berteriak dan mengataiku kalau aku adik yang nggak sopan. Tapi, Hallo apa kabar dengan kamu, Kak? Yang seenak jidat meremehkan mimpiku?

Perlahan aku mulai mencari kontak Rena di benda berbentuk persegi panjang. Namun sayang, ketika aku mencoba untuk menghubunginya nomornya sudah tidak aktif. Langkah selanjutnya yang kuambil adalah dengan cara menghubungi sahabatnya--Sella. Senyumku mengembang saat ternyata nomor Sella masih aktif. "Hallo? Yoi, ini Adit. Alhamdulillah baik, nih. Kalo lo? Oh syukur, deh. Eh gue minta nomornya Rena boleh? Ya elah tenang aja kali, gue nggak bakal nyakitin dia kok. Haha oke thanks ya. Siap, kapan-kapan kita meet up."

I'm Oke (AudisiOnlineTheWWG3) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang