Mentari telah tiba, disambut kicauan burung-burung yang bernyanyi, angin berhembus menggugurkan daun-daun yang sudah tua, akan tetapi tidak dengan harapan gadis itu untuk sampai tepat waktu disekolahnya. Gadis itu adalah Dinda, murid sekolah yang kerjaannya tiap hari terlambat.
Dinda mengayuh sepedanya dengan kencang bagai valentino rossy yang sedanf melewati lawannya. Hingga akhirnya dinda tiba di depan gerbang sekolahnya. Karena keseringan terlambat, satpam sekolah pun sampai hafal pada dinda, dan membiarkan dinda memasuki sekolah.
"Cepat masuk sana, jam pertama sudah mau dimulai" ucap satpam sekolah kepada dinda.
"Terima kasih pak, kapan-kapan kita makan bakso bareng, oke?" Ucap dinda sembari mengedipkan sebelah matanya.
Dinda pun dengan cepat memarkirkan sepedanya dan lari masuk ke sekolah menuju kelasnya.
Tiba-tiba waktu terhenti, saat dinda melihat dia, sang penghuni hati dinda. Senyum bahagia terlukis di wajah dinda saat melihat sang pujaan hati lepas bersama teman-temannya yang sedang bermain basket. Ingin sekali dinda menjadi pemyebab kebahagiaan yang terpancar di wajah pangerannya. Namun semua itu hanya mimpi untuk dinda.
Tiba-tiba dinda terbangun dari lamunanya, sebuah bola besat menabrak tubuhnya. Dinda jatuh tersungkur ke tanah. Dinda mengambil bola yang menabraknya tadi, memegangnya dengan erat dan ingin melemparnya ke arah orang-orang yang tengah bermain basket di lapangan, namun niatnya ingin melempar bola berubah menjadi kebahagiaan yang tak terhingga, sang pujaan hati mendekatinya.
"Lo gak apa?" Tanya sang pujaan hati dinda.
"Gue.." ucap dinda menggantungkan kalimatnya.
"Maap ya, tadi gue gak sengaja" ucap sang pujaan hati dinda.
Dinda hanya terdiam sambil melihat lekat ciptaan tihan yang sempurna yang berada tepat di depannya. Dialah Rendy, kakak kelas yang sudah lama dinda sukai, bahkan sudah lama dinda kejar-kejar, namun tidak juga dinda dapatkan.
Rendy pun mengambil bola basket dati tangan dinda, sembari tersenyum rendy meninggalkan dinda yang masih terbengong melihat rendy. Melihat senyum rendy yang lembut bagaikan sutra, ingin rasanya dinda terbang ke angan-angan.
Jam istirahat telah tiba. Seperti biasa, saat istirahat seperti ini, dinda akan pergi ke kantin bersama rinda, namun hari ini berbeda karena rinda tidak masuk sekolah. Dengan terpaksa, dinda pergi ke kantin sendiri tanpa ada orang di dekatnya.
Saat dikantin, dinda seperti orang yang tidak punya tujuan hidup karena tidak ada teman untuk bicara. Secara mengejutkan kehampaan yang dinda rasakan berubah menjadi kegugupan. Rendy mendekatinya.
"Hai.. lo yang tadi pagi kena bola itu kan?" Tanya rendy sembari tersenyum manis.
"Iya kak" ucap dinda gugup.
"Mana temen lo? Biasanya kan lo yang paling berisik di kantin, kok sekarang lo diem?" Tanya rendy lagi sembari tertawa.
"Kok kakak tau?" Ucap dinda malu-malu.
"Iya lah dek, lo kan dinda arista dari kelas XI ipa 3 kan?" Ucap rendy sembari duduk di kursi kantin bersama dinda.
Betapa terkejutnya dinda ternyata pujaan hatinya mengetahui namanya, bahkan kelasnya.
"Kok kaget dek.." ucap rendy tertawa melihat ekspresi dinda.
"Gue tau soalnya lo itu sering terlambat, gak cuma gue aja, satu sekolah juga tau lo itu anaknya paling sering terlambat" ucap rendy tertawa.
Dinda sangat malu mendengar itu, tetapi dinda juga senang, karena karena keterlambatannya rendy jadi mengenalnya.
***