dein Name, Rivaille Ackerman(1)

798 66 1
                                    

A/n

O em geh :v
Oke, jadi aku tuh nggak sengaja 'berpapasan' dengan fanart Ereri Kimi no Na Wa AU di gugle dan langsung mikir, 'whAT IN THE FUCKING HECK!? DIS IS BEAUTY!! I CANT BELIEVE IT I ASDFGHJKLASFHWHVAUQQNAGWQQQJQHAHAAAAAAAAAAAA'

Dan ide ini muncul :v

Karena 'Your Name' dan 'Kimi no Na Wa' itu dah mainstream dan kebanyakan dari kita 'dah tau itu bhs apaan dan artinya apa(terimakasih ke Mitsuha dan Taki lulz), ku mencari terjemahanya di gugle :v

Awalnya ku bingung mao terjemahin ke bhs apaan, tapi aku langsung kepikiran "siE SIND DAS ESSEN UND WIR SIND DIE JEAGER!!!"<--(bhsJerman) daaaan… jadilah judulnya ini :v

"dein Name" itu bhs Jermannya "Namamu".

Oh iya disini Eren anakku sayang itu seme ;) dan marganya w ganti jadi "Kruger" :v kan reinkarnasi, setidaknya beda dikit kan ye :v

Ah, udah ah bacotnya.

Selamat Dinikmati~

Chapter 1
Namamu, Rivaille Ackerman

Dua mata milik seorang pemuda bertubuh tinggi melebar karena terkejut. Detak jantungnya berdetak lebih cepat bersamaan dengan suara dengungan memenuhi indra pendengarannya. Dunianya seolah melambat ketika dirinya melihat sosok pria berpostur pendek yang selama ini ia cari.

Ditengah-tengah ramainya Stasiun Kota Shiganshina, kedua lelaki itu berdiri bersebrangan. Yang satu tengah menahan air mata karena haru dan yang satu lagi tengah sibuk bermain dengan ponsel pintar miliknya.

Eren Kruger, pemuda tampan dengan surai cokelat berantakan dan manik zamrud itu berusaha menahan haru ketika ia melihat orang yang ia cari hampir selama 10 tahun. Eren memberanikan diri lalu menepuk pelan pundak pria pendek di hadapannya itu.

Dua manik silver kebiruan menatapnya sinis.

Bukannya takut, Eren justru merasa dirinya seperti tenggelam kedalam dua manik yang dianggapnya indah itu. Hatinya seolah meleleh karena tatapan dingin pria yang lebih pendek 10 centi dari dirinya tersebut.

"Apa?" Pria itu bertanya dengan nada yang terkesan sinis dan tidak sopan. Logat Perancis miliknya begitu kental, hampir membuat Eren tidak mengerti dengan apa yang ia tanyakan.

Bagaimanapun juga, Eren menganggap suara pria itu hot dan menggoda iman.

Dengan tergagap-gagap, Eren menjawab, "u-uhm… a-apakah kau mengingatku?" Tanya Eren, tanpa sadar mengeluarkan logat Jerman yang tak kalah kental dari logat Perancis pria bersurai hitam kelam itu.

Levi Ackerman adalah pria berusia 30 tahunan dengan tinggi 160cm, surai hitam kelam dengan model undercut, dan mata tajam yang dapat menusuk jiwa. Tubuh pria itu ditutupi oleh kemeja hitam dan jaket kulit berwarna cokelat gelap sedangkan kakinya oleh celana jeans biru tua. Syal putih bersih mengitari lehernya, menghangatkan kulit pucat yang kedinginan itu.

"Aku tak mengerti maksudmu, bocah," Levi menjawab dengan ekspresi wajah yang menunjukkan betapa bingung dan terganggunya ia saat itu. "Mungkin kau salah orang." Ketus Levi lalu kembali berkutat dengan ponselnya. Membuat Eren menatap sedih wajah pria bermanik kelabu itu.

"A-anu,"

"Nani, kuso gaki?" Sahut Levi, semakin kesal dengan keberadaan pemuda jangkung disebelahnya itu.

Eren sempat membuka mulutnya, hanya untuk menutupnya kembali karena ragu. Kedua pupil Eren menatap lekat dua manik kelabu yang seolah menembus manik zamrudnya dan kini tengah membaca isi hati Eren. Pikiran Eren berkecambuk luar biasa.

Sisi warasnya mengusulkan dirinya untuk meminta maaf, segera lari sejauh mungkin dari tempat itu, dan menganggap dirinya tak pernah berpapasan dengan Levi. Sedangkan sisi tidak warasnya--ralat, sisi nekatnya memaksanya untuk memeluk Levi. Disana. Disaat itu juga. Di depan muka umum.

Eren memilih untuk tidak mendengarkan ke keduanya.

Levi mendecak kesal saat menyadari bahwa pemuda kurus itu tidak akan pergi dalam waktu dekat. Jadi ia membuka mulut, berniat untuk mengusir pemuda bersafir zamrud itu, namun terhenti ketika kedua manik kelam kelabunya menangkap penampilan bocah Jerman itu lebih detail.

Tubuh tinggi kurus berbalutkan kaos oblong berwarna cream yang tertutupi oleh jaket cokelat muda, celana panjang trainning hijau tua, sepatu olahraga hitam(yang sepertinya sudah memudar warnanya), dan syal merah menghiasi lehernya. Levi meringis atas pakaian Eren yang terkesan begitu gembel. Pria itu mengangkat pandangannya dan menangkap kedua mata hijau kebiruan milik Eren. Mata yang begitu murni dan jujur, semua perasaan pemuda itu bisa dilihat dengan jelas oleh Levi.

Levi ingin menatap mata itu untuk selamanya.

Mata itu seperti menarik keluar perasaan janggal dari lubuk hati Levi. Perasaan hangat menyelubungi hatinya ketika ia menatap bola mata intens milik Eren. Ia merasa seolah Eren adalah orang yang sangat ia kenal, namun Levi yakin tidak pernah bertemu pemuda yang menjadi lawan bicaranya saat itu.

Rasa familiar membasuh jiwa raga Levi seperti tsunami, membuat pikirannya berantakan dan tak jelas. Dimana ia pernah bertemu bocah tengik itu? Apakah mereka bahkan pernah bertemu? Berpapasan di lorong sekolah? Atau di warung makan langganan Levi? Siapa namanya?

"Oi,"

"Ha'i?"

"Kau orang Jerman, kan?" Levi bertanya seraya mematikan ponselnya dan memfokuskan tatapannya kepada pemuda tampan dihadapannya itu.

Dengan sedikit ragu, Eren menjawab, "Ha'i. Saya asli orang Jerman tapi pindah ke Jepang karena beasiswa sekolah."

"Dein Name?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Levi bersamaan dengan logat Perancisnya nan kental, membuat Eren, sekali lagi, hampir tak mengerti apa yang diucapkan pria menyeramkan namun tampan itu.

"A-ah, Eren Kruger." Eren mengulurkan tangannya. Levi mengamati tangan Eren yang lebih besar darinya sebelum menggenggamnya.

"Rivaille Ackerman."

End of chapter 1
______________________

"You don't know how love works, do you, brat?"

830 kata

dein Name [Ereri]Where stories live. Discover now