pendekar bodoh (bag2) tamat
Pek Mo-ko tertawa ketika melihat tokouw ini, oleh karena ia dapat mengenal
wanita pendeta yang bermata satu dan beroman buruk ini.
"Biauw Suthai, kebetulan sekali aku sedang gembira! Mari kau maju sekalian
untuk menerima binasa!" Sambil berkata begini Pek Mo-ko lalu mencabut keluar
pedangnya yang luar biasa itu dan menyerang dengan penuh semangat, Biauw Suthai
menangkis dan Si Nelayan Cengeng yang mendengar nama Biauw Suthai, lalu berkata,
"Suthai, jangan kuatir, aku membantumu membasmi iblis ini," lalu kakek
nelayan yang gagah ini maju pula dengan tangan kosong melawan pedang Pek Mo-ko.
Ia mengeluarkan pukulan-pukulan keras dan lihai dan biarpun bertangan kosong,
namun kakek yang lihai ini tidak kurang berbahayanya. Dikeroyok dua Pek Mo-ko
menjadi sibuk juga dan terdesak. Pengeroyoknya bukanlah orang-orang biasa dan
adalah tokoh-tokoh tingkat tinggi, maka tidak heran apabila Pek Mo-ko kehilangan
kegarangannya menghadapi mereka ini.
Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat bayangan hitam dan tahu-tahu Hek Mo-ko
telah menyerbu ke tengah pertempuran, membantu Pek Mo-ko. Ilmu silat kedua iblis
ini memang merupakan kepandaian pasangan dan apabila kedua iblis ini telah maju
berbareng, maka kelihaian mereka menjadi berlipat-ganda. Sebentar saja Biauw
Suthai dan Nelayan Cengeng terdesak hebat oleh kedua pedang Hek Mo-ko dan Pek
Mo-ko yang luar biasa.
Pek I Toanio ketika melihat gurunya berada dalam bahaya, tidak mau tinggal
dan maju membantu. Namun apa artinya bantuan Pek I Toanio yang tingkatnya masih
kalah jauh? Tetap saja sepasang iblis itu mendesak hebat sambil tertawa-tawa.
Kwee An menjadi sibuk sekali. Berkali-kali ia berteriak mencegah Hek Pek
Mo-ko, akan tetapi suaranya tidak dihiraukan oleh kedua iblis yang sedang
bergembira itu, seperti biasa kalau mereka berkelahi dan dapat mendesak serta
mempermainkan lawan! Kwee An tak dapat membiarkan kedua iblis itu membunuh tiga
orang ini, maka terpaksa ia lalu mencabut pedang dan menyerbu membantu Biauw
Suthai dan kawan-kawannya. Pertempuran makin hebat, akan tetapi ketika Hek Mo-ko
melihat "anaknya" maju membantu lawan, menjadi ragu-ragu dan tiba-tiba ia
berteriak,
"Tahan dan mundur semua!" Suaranya menggeledek dan berpengaruh sekali
hingga semua orang menahan senjata masing-masing.
"Siauw-mo (Setan Cilik), mengapa kau membantu musuh?" tanya Hek Mo-ko
sambil memandang Kwee An dengan heran tapi suaranya penuh nada mencinta.
"Maaf, Ayah. Mereka ini adalah kawan-kawan baikku, bahkan Kong Hwat
Locianpwe ini masih dapat disebut guruku sendiri. Tidak boleh Ayah dan
KAMU SEDANG MEMBACA
serial pendekar sakti - Kho Ping Hoo
Randomdiambil dari situs http://kangzusi.com