#31 - SANTET (PART 5)

1.3K 81 5
                                    

" ada apa kang ?" Bapak saya keluar rumah dan menanyakan apa yang terjadi, takut kalau-kalau gunung tangkuban perahu meletus.

"ga tahu, mungkin ada maling sapi lagi." Jawab orang yang lewat kepada bapak.

Bapak yang masih remaja waktu itu bersama kakek saya ikut keluar untuk pergi ke balai desa, walaupun nenek menyuruh bapak untuk diam saja dirumah karena khawatir terjadi apa-apa. Tapi bapak saya persis seperti saya sekarang mempunyai rasa penasaran yang amat tinggi, atau mungkin waktu itu usianya yang masih remaja jadi rasa ingin tahunya sangat besar terhadap sesuatu.

Bapak saya datang ke bale desa bersama beberapa warga pria lainnya, disana sudah ada pak lurah dan suami teh Maryah. Beberapa warga yang belum tahu duduk perkaranya mulai berargumen macem-macem mulai dari ada yang kemalingan, ada yang meninggal sampe bilang ada teroris masuk kampung. Sampai akhirnya pak lurah menceritakan semuanya

Rumah pak lurah berdampingan dengan balai desa, biasanya yang membunyikan kentongan adalah warga yang ronda dengan seijin pak lurah. Tapi anehnya koq suara kentongan itu tiba-tiba sampai membangunkannya. Begitu pak lurah mengecek keluar rumah katanya dia melihat kang Solihin suaminya teh Maryah sedang memukul kentongan sambil menangis.

Kentongan kandung dipukul dan warga sudah terlanjur panik, maka kang Solihin yang masih terisak menjelaskan kepada kami semua kenapa dia bisa sampai memukul kentongan desa.

"saya sedang tidur lelap, tiba-tiba saya dibangunkan istri. Katanya dia minta dianter buat buang air besar, setelah itu saya mengantarnya ke sungai." Ucap kang Solihin masih dalam keadaan terisak-isak.

Sekedar info pas jaman bapak saya dulu jarang warga yang mempunyai WC didalam rumah, hanya orang-orang kaya tertentu saja yang punya. segala aktivitas seperti mencuci, mandi dan buang air semua dilakukan di sungai, yang letaknya terpisah dari pemukiman. Sungainya cukup besar, ada batu-batu besar yang menjulang, tapi kalau musim hujan tiba batu-batu itu terendam karena air meluap. Dan juga dihulu ada air terjun yang cukup tinggi, sehingga dari hilir kita bisa mendengar suara gemuruh air terjun, kalau pada siang hari indah dan banyak anak-anak yang berenang disana, tapi kalau malam hari ga ada yang berani kecuali orang kebelet saja, begitu menurut bapak.

"saya suruh dia untuk jongkok dibatu pinggir saja, karena saya khawatir air sungai sedang meluap karena tadi sore hujan. Tapi dia menolak, takutnya ada orang lewat katanya, saya kira sekarang masih jam 8. Maka saya mengijinkannya saja ketika dia mau maju ke batu yang berada di tengah sungai." Kang Solihin melanjutkan ceritanya.

Gila pikir saya, kang solihin tidak sadar bahwa ini hampir jam satu malam. para warga mulai berpendapat macam-macam tanpa mendengar penjelasan kang Solihin sampai selesai, bahkan ada yang bertanya kepada kang Solihin apa istrinya hanyut disungai.

"saya tak bisa memastikan waktunya, tapi saya rasa cukup lama, koq istri saya belum selesai-selesai. Saat saya menyorotkan lampu senter kearahnya dia memang masih terlihat jongkok diatas batu, saya panggil-panggil agar cepat-cepat, karena saya tidak kuat menahan kantuk. Tapi dia tetap tidak merespon." Seperti tidak kuat kang solihin kembali menangis sejadi-jadinya.

"lah koq nangis, gimana istrimu solihin ?" warga yang tidak sabar mulai merasa kesal karena kang solohin malah nangis dan bukan menyelesaikan ceritanya.

Maka pak lurah turun tangan, karena sebelumnya kang solihin sudah menceritakan kejadian ini kepadanya. Menurut pak lurah teh Maryah tidak menengok saat dipanggil, kang Solihin memutuskan untuk mengambil batu kecil, lalu dilemparkanlah batu itu ke tubuh teh maryah, awalnya dia takut kalau teh Maryah ketiduran. Tapi tidak begitu lama teh maryah menengok kearah kang Solihin.

Namun ada yang aneh dengan istrinya kang solihin, saat menengok dia melihat muka seram bukan main, matanya melotot sempurna, wajahnya pucat pasi, rambutnya tergerai menutupi sebelah wajahnya dengan senyum misterius. Kang solihin langsung tersentak kaget dan juga takut tentunya. Bahkan yang lebih mengerikan lagi menurut kang Solihin istirnya itu tertawa ngikik.

RandomCreepypasta [RanCreep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang