Bagian 1

56 1 0
                                    


Hari itu, adalah hari terberat bagi Arriva. Tidak diterimanya di sekolah menengah atas yang sangat ia damba-dambakan. Ya mungkin, karena dia tidak terlalu bekerja keras dalam menjunjung tinggi ilmunya. Mata nya yang sembab karena tangisan luka. Disepanjang malam dia merintih menyesali. Dan terpaksa dia harus sekolah di tempat yang sama sekali dia tidak inginkan. Namun, ya apa daya nya. Mungkin, ini sebuah takdir Tuhan. Yang bisa saja di rubah namun sesuai saja dengan keinginan ibunya.

#Arriva

Pada saat shubuh, ibu nya datang ke kamar. Dia membangunkan Arriva yang masih tertidur pulas setelah lama dia menangis.

"Mungkin ini yang terbaik sayang". Kata Mamah. Tak ada balasan dari Arriva. Hanya dia kembali menjatuhkan air matanya.

"Kalo nde sekolah disitu, ya bagus juga kan uang yang harusnya cuman dipake buat bayar sekali ke sekolah bisa buat beli apapun yang nde mau". Nde adalah nama panggilan sayang dari keluarganya.

"Iya mah nde ngerti, mah hari ini harus ke sekolah katanya buat daftar ulang"

"Oh iya nde, sekarang ambil wudhu dan sholat shubuh"

#Autor

Arriva sudah mulai lapang dada dan menerima yang seharusnya terjadi. Setelah selesai, Riva langsung mandi dan mulai bersiap untuk pergi ke sekolah kedua pilihannya. Disana sudah ada Rama. Temannya yang juga sama tidak diterima di sekolah yang dia inginkan. Dia tersenyum ke arahku seraya senyum pembawa semangat agar aku bisa tegar. Banyak juga teman-temanku yang lain.

Aku duduk di kelas C. awalnya. Pada masa orientasi siswa. Aku berkenalan dengan salah satu siswa dia bernama Yuli. Namun, perkenalan kami hanya sebentar karena langsung di bagi kelas lagi. Aku masuk kelas 10 MIPA 5. What?! MIPA ?. Jujur, aku tidak suka menghitung. Aku lebih suka teori dan membaca adalah hoby. Iya, hoby sampingan jika music sudah bosan didengar.

#Author

Dia adalah Arriva Jingga As-syifa. Panggil saja dia Riva. Cewek konyol, aneh dan nyebelin. Jangan pernah ngakuin dia pinter. Dia itu, orangnya malesan. Hoby dia adalah bernyanyi dan menari. Darah seni seperti sudah mengalir dalam dirinya. Tidak salah lagi pelajaran favoritenya adalah seni budaya. Dia paling tidak suka berhitung. Dia lebih suka materi dan teori. Bukan hitungan, angka dan rumus.

Masalah perasaan, dia sering menjadi korban. Korban selingkuh, penikmat harapan palsu, makan hati, bahkan dia masih selalu terngiang-ngiang masa lalu. Yang masih mengahantui pikirannya.

DIA ADALAH SENJAKUWhere stories live. Discover now