tone of flakes

1 0 0
                                    

Sebagian hati ku tersimpan di balik kain hitam dan kain putih ku sudah luntur dengan warna merah yang telah mereka tuang di dalam diriku, tak sempat ku lindungi kain putih ku.

•••••••••••••••••
Pagi pun tiba

Sorotan cahaya yang kian memanas di balik tirai, ku balik semua yang ada di sekitar ku. Ku pandang semua yang ada di kamar putih nan hancur ini, ku biarkan ini semua terjadi. Satu per satu ku melangkah dan ku geser semua anggur keras di atas lantai, malam yang ku lalui semua sudah terbiasa.

Ingin ku pecah kan semua anggur kosong yang ada di lantai ini,

Krekk.....

Ku buka tirai kamar ku dan ku hanya melawan sang cahaya dan memejam kan semua indra penglihatan ku.

"Kau lebih bahaya dari yang ku bayangkan sun...." tersenyum ku dengan masam.

Kuturuni anak tangga yang menurut ku hanya membuang waktu, namun apa daya perut ku yang lebih berkuasa di banding dengan ego ku.

"Pagi mas??" sapa pembantu ku.
"Hemm" jawab ku
Dialah yang selalu menyediakn semua isi di lemari es ku dan meja makan ku.

"Nasi goreng telor setengah matang mas, sudah siap" tawarnya, aku hanya diam dan melahap yang sudah ada,
"Kamar mau di beresin gak mas?" tanyanya lagi dan aku hanya mengangguk, sudah biasa ia melihat kamar ku yang penuh dengan botol anggur.

Ku bergegas mandi dan berangkat sekolah, yah aku tak peduli dengan jam di mana pun, karena tak akan ada yg berubah, pembelajaran di sekolah pun sudah mulai.
ku kendarai mobil hitam ku dengan santai, kulirik anak berseragam yang sama dengan ku lari dengan sangat cepat mungkin dia terlambat.

Ku pinggirkan mobil ku dan ku tawari ia tumpangan, itung-itung amal.

"Naik" ku suruh, dan dia hanya tersenyum,
"Gak usah bentar lagi sampe, duluan aja" katanya, sudah ku laju mobilku dan ku tinggal ia.

Sampai ku di depan gerbang dan satpam pun hanya menggeleng tak henti dan ia berceramah panjang lebar dan aku hanya bersandar di dinding pagar,

Ku lihat anak yg ku tawarkan tadi sudah tiba dan terengah-engah pas dengan ceramah satpam di mulai lagi dari awal. Dia hanya diam dan mengangguk saja, dan sambil pintu di buka satpam memberi nasihat pada anak di samping ku, dari namanya sudah jelas dia wanita Zeelga yiruma.

Sampailah kami di tengah lapangan yang amat sangat luas, berdiri sendiri menopang merah putih itulah tiang bendera, yap kami harus berdiri menghadap sang saka dan memberi hormat seperti sekolah yang lainnya, kami harus setia menunggu sampai jam istirahat usai.

Kring.....kring....kring.....

"Akhirnya..." ku lirik dan yang sedang bersuara ini, kuraih tas ku dan meninggalkan lapangan itu menuju kelas.

"kino di cariin bu tat noh di Bk gih pegi!!" teriaknya saat ku daratkan tasku
"Thanks" dia mengagngguk, dan ku menuju ruang bu tat, dia guru Bk alias guru yang selalu ikut campur, yang selalu gila urusan orang.

Tok tok
"Permisi..." ku buka sedikit
"kino sini masuk ibu mau ngomong"
Ku menghela napas yang dalam, ku tau pasti karena ku telat pagi ini
"kino kamu telat lagi, abis ini mau bolos kan??" nah kan bener, eh tau aja nih orang, tersenyum kecil di wajah ku.

"Dari pada bolos mending kamu bantu ibu ya sebagai hukuman" halah guru bawel,

"Nah ini kamu sebar ke semua kelas 12 ya, sebelum di sebar kamu isi duluan ibu mau tau kamu lepas dari sini mau jadi apa, ya saya tau orang tua kamu kaya cuma kamu harus punya tujuan hidup juga, dan pacar juga, kamu ada pacar gak?, pasti gak kan! Nah makanya kamu harus punya tujuan ya. Dah isi cepet"
Ini guru berisik amat, elah gue juga gak mau kali punya cewek ribet amat, nah tau apa lu guru. Akhirnya ku isi semua namun ada hal yang gua gak suka dari sini,

Hobi:
Cita-cita:
Universitas pilihan:
Dll

Bodo ah ini buat apan sih

Hobi: diem
Cita-cita: yang penting bahagia
Universitas pilihan: mana aja
Dll

Ku serahkan formulirku
"Ini bu," awas ngoceh gua tinggal pokonya,

"Mana, ya ampun kamu ngisi apa ini kin... Kamu niat gak----"

Ku tinggal dan ku bawa selembaran dan ku berikan perkelas terserah tuh guru ngomel apa,

"Ini isi semua kasih temen-temen lo"
Dan ku berikan semua

"Kalo udah kasih siapa" gue lupa kasih siapa,

"Taro aja di meja bu tat"

Ku tinggalkan kelas dan pergi ke kantin...

Kring.....kring......kring

Shit baru mau makan, ku labas saja ke kantin, namun ada saja yang menghalangi

"Jam sudah masuk mau kemana kamu??"

"Laper pak" ku melaju dengan santai namun guru satu ini selalu saja ada cara kerah ku di tarik sampai ku terbawa olehnya ke depan kelasku yang sudah ada guru bahasa,

"Belajar sana ujian bentar lagi, bu anaknya awas ilang mau kabur ini urusin." kampret lu ya ah kan,

"Nah kino kamu ini buat ulah aja udah sana masuk" ku daratkan tubuh ku di atas kursi dan tidur entah lah apa yang guru itu sampaikan aku tak paham pasalnya dia mengajar seperti mendongeng saja,

Kring....kring... Kring bel pulang,

~Rumah~

Ku buka pintu rumah dan ku melihat sesuatu yang tak akan pernah kulupakan ya mereka bertengkar, entah lah aku tak peduli, dan ku lanjutkan menuju kamarku dan kututup pintu ku dengan keras dan mereka semua berhenti. Setelah itu aku tak tak tau apa yang terjadi.

Selama 5 bulan ku jalani hari ku seperti ini, terkadang sampai lebih gila dari biasanya, ya ini kehidupan ku, ujian hampir tiba namun tetap saja isi otak ku tak berubah.

H-3  simulasi ujian

Sebelum ujian nasional di mulai ku baca buku yg di berikan oleh guru ku, semua murid di berikan, namun buku yang di berikan kepada ku hanya ku gunakan sebagai alas makan ku saja, karena menurut ku itu tak guna. Selagi kantong mu penuh tak terhingga maka semua bisa di atasi.

Hidup ini sudah terbiasa dengan uang...........
~Kino Adyatara~

Part of toneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang