1[Thank You]

42 6 5
                                    

~Happy Reading~

Ceritaku bermulai saat hujan datang mengobati rindunya pada bumi

Andai hujan mau menunggu, semua ini tidak akan pernah terjadi

Hujan yang membawaku membuka lembaran baru

Menapaki langkah kaki yang sebenarnya masih ragu

“Sekarang jam berapa, Va?”

Spontan kedua bola mata Deva tertuju pada jam berwarna merah hati yang melingkat di tangan kirinya, “Jam setengah 3, Rin.”

“Lo yakin mau nunggu Om Rian disini?”

Deva mengangguk dan mencoba meyakinkan Ririn bahwa ia akan baik-baik saja.

“Masih setengah jam loh, Va. Apalagi mendung gini, gue anter aja ya!” bujuk Ririn.

Dan untuk kesekian kalinya Deva menolak ajakan Ririn untuk pulang bersama dengan beralasan arah rumah yang berbeda.

“Kalo gitu gue ikutan nunggu sampe lo dijemput aja deh.”

Dengan gemas Deva mencubit pipi sahabat karibnya itu, “Gak usah, Rin. Dah balik sana!”

“Aduhh duh, sakit.” geram Ririn, “Tapi lo gimana?”

“Gak papa kok, Rin. Paling enggak kalo nanti hujan kan aku dijemput Abi pake mobil kalo kamu kan naik motor kalo hujan bahaya loh.”

Ririn menyipitkan matanya, “Bahaya? Hujan air mah apa bahayanya?”

“Situ kan alergi air.” Jawab Deva dengan tersenyum.

“Alergi air? Gimana sih, Dev? Gak ngerti deh.”

Deva kembali tersenyum, “Lah kan kamu emang alergi air, buktinya jarang mandi.” tawanya pun pecah.

Ririn hanya merespon keusilan Deva dengan menekuk wajahnya.

Menyadari hal itu, Deva Deva menyatukan kedua tangannya “Maaf ya, cuma bercanda.”

“Iya-iya.” jawab Ririn masih dengan nada kesal.

Deva mengotak-atik benda elektronik kecil yang ada tangannya.

“Beneran nih gak papa kalo gue tinggal?”

“Iya, ini Abi juga udah sms katanya udah dijalan.”

Ririn mengangguk mengerti dan beberapa saat kemudian motornya melesat meninggalkan Deva di gerbang depan sekolah.

Sebenarnya bukan hanya Deva yang sedang menunggu disana, masih banyak anak lain yang sedang menunggu jemputan dari orang tua mereka sembari berharap hujan tidak segera turun.

Satu per satu motor-motor sampai mobil-mobil datang.

Tiba-tiba handphone yang dipegang Deva beregetar pertanda masuknya sebuah pesan.

Abiyan (Abi Rian)
Deva, maaf ya sepertinya Abi jemputnya agak telat soalnya baru kejebak macet.

Adeva
Iya, Bi. Abi hati-hati ya:)

Abiyan (Abi Rian)
Iya, nanti kalo ujan kamu ke halte aja ya Dev biar gak basah. Takutnya malah sakit.

Adeva
Siap Komandan

Dan akhirnya tetes demi tetes hujan pun turu. Ya, hujan enggan menunggu, hujan terlalu rindu pada bumi.

Dengan bergegas Deva berlari menuju halte depan sekolah.

“Itu kan...” ucap Deva dengan nada menggantung saat melihat seorang lelaki tengah duduk di bangku halte sendirian.

Dengan susah payah Deva menelan ludahnya, “Gimana bisa aku kesana?” dirinya mulai bermonolog.

Langkahnya terhenti, hujan mulai mengguyur dan membasahi seragam putih abu-abu yang tengah ia kenakan.

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang