~Happy Reading~
Hal yang tak terduga dapat terjadi kapan saja dan dimana saja
Tidak perlu cemas, resah, ataupun bingung akan hal itu
Kita hanya perlu bersiap siaga untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi
Bahkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun.
Dengan bergegas Deva berlari menuju halte depan sekolah.
“Itu kan...” ucap Deva dengan nada menggantung saat melihat seorang lelaki tengah duduk di bangku halte sendirian.
Dengan susah payah Deva menelan ludahnya, “Gimana bisa aku kesana?” dirinya mulai bermonolog.
Langkahnya terhenti, hujan mulai mengguyur dan membasahi seragam putih abu-abu yang tengah ia kenakan.
Namun baginya air-air yang jatuh dari langit itu bukanlah sebuah masalah yang besar, tak jauh di depannya ada masalah besar akan ia hadapi jika dia tetap melangkahkan kakinya menuju halte.
Pandangannya tertunduk karena bingung. Ia memilih berdiam dibawah hujan.
Tanpa ia sadari lelaki yangn tengah duduk di bangku halte itu sedang mengamatinya.
“Kenapa cewek itu malah diem disitu, bukannya tadi mau kesini?” lelaki itu bermonolog.
Tak berselang lama Deva merasakan hal yang aneh, ia tidak lagi merasakan air hujan menetes, “Apa hujannya udah berhenti?”batinnya.
Sontak ia menengadahkan kepalanya dan ia pun terkejut melihat sebuah payung telah ada untuk melindunginya dari hujan yang cukup deras.
“Kenapa gak jadi ke halte?” tanya seseorang yang berdiri di belakang Deva.
Dengan perlahan Deva menoleh ke belakang dan langsung menundukkan pandangannya setelah mengetahui siapa pemilik suara itu.
“Ini mimpi ya, masak sih Mas Dewa mayungin aku?” batinnya tak percaya.
“Kok diem?”
Bukannya menjawab Deva justru melangkah pergi berniat meninggalkan lelaki itu menuju halte.
Lelaki yang coba Deva hindari itu mengikuti Deva ke halte. Deva membuat jarak yang cukup jauh dengan lelaki yang ia kenal dengan nama Dewa itu.
Bersin memecah keheningan yang ada, lelaki itu kembali mengamati Deva yang sedari tadi bersin-bersin. Ia pun berjalan mendekat, setiap langkahnya menambah kencang detak jantung Deva.
“Ambil!” ucapnya sembari menyodorkan sebuah sapu tangan.
Deva hanya memberi reaksi yang sama sejak tadi yakni diam seperti patung.
Dewa pun mengangguk dan menyodorkannya lebih dekat guna meyakinkan Deva untuk mengambil sapu tangan itu.
“Makasih.” ucap Deva masih dengan menunduk, memandang lantai halte yang dingin.
Layaknya sudah mengetahui bahwa Deva tidak nyaman berada terlalu dekat dengan seorang laki-laki, Dewa pun kembali ke sisi sebelah kanan halte setelah Deva mengambil sapu tangan itu.
Lampu mobil membelah jalanan yang masih diguyur hujan.
“Va, ayo!” ucap seorang lelaki setelah membuka kaca mobil.
Deva bergegas masuk ke dalam mobil.
“Lama ya?”
Deva menggeleng dan tersenyum, “Gak papa kok, Bi.”
Sebelum benar-benar pergi Deva sempat melihat ke arah halte dan mendapati Dewa yang sedang tersenyum ke arahnya.
Dan entah mengapa tanpa sadar Deva membalas senyum itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You
RomanceDeva begitulah nama panggilan yang acap kali disematkan pada siswi bernama Adeva Myisha, seorang gadis berjilbab panjang yang kini tengah duduk dibangku kelas 2 SMA. Nama unik yang berikan oleh Abi dan Ummi dengan pengharapan agar putri tunggalnya i...