kehidupan gue

37 3 0
                                    

Suasana kantin yang ramai oleh seluruh siswa-siswi yang berlalu lalang ketika jam istirahat tiba memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

"Sumpah yaa De, bakso mamang Supri memang da best banget. Gue kalo udah tamat gak bakalan ngelupain cita rasa bakso tercinta ini. Ahh kenyanggg. "

Reina menunjukan ekspresi lebaynya sambil mengelus perut ratanya. Maklum gadis ini mau makan seberapa banyak pun tetap akan kurus. Dea sampai heran dengan sohib nya ini.

"Gila lu. Lebay banget sampe mikir nya jauh banget,Micin nihh micinn. Gimana mau lulus kalo lu makan yang beginian Rein. Ckck. " tunjuk Dea ke arah 2 mangkok bakso yang sudah kosong dibabas Reina.

"Yeee lu sok-sok an banget sih, biasanya juga makan micin. Gini ya De, yang namanya micin itu gak bisa lepas dari kehidupan seseorang. Termasuk gue, lu juga. Dan satu lagi nih btw, micin gak nentuin masa depan seseorang. Nih ya gue kasih tau De, masa depan seseorang itu ditentuin sama dirinya sendiri. Bukan ama micin. Kalo masa depan orang itu suram ya salahin diri dia dong,orang-orang zaman now selalu nyalahin micin tersayang gue,padahal dia kagak salah. Kegagalan itu jangan dipandang dari satu sisi tapi liat sisi yang lain juga." ucapan panjang lebar yang dikeluarkan Reina membuat gadis itu bangga bahwa ia berhasil membuat Dea diam. Haha rasanya Reina ingin tertawa saat ini, mengingat kata-kata yang barusan ia keluarkan dari mulutnya. Ia tidak menyangka kalau ia bisa bijak seperti itu.

"Muhehehe De iler lo keluar tu. Gimana keren kan kata-kata gue,wkwk lo aja ampe kicep. "
Reina tersenyum bangga sambil menurun-naikan alis nya.

"Iyain deh. Panjang ntar." Dea menghela nafas
Panjang ketika harus berdebat dengan orang yang memang sudah menjadi pecandu micin itu, ya walaupun ia akui kalau ucapan Reina itu ada benarnya juga, benar di bagian Ia juga biasanya makan micin. Dea akui kalau ia juga biasa makan micin, tapi ya gitu gak selebay tu anak. Yaudah lah ya biarkan Reina dan kehidupannya, toh kalau itu membuat dia bahagia Dea mendukungnya.

****

"Deaaaa lo pokoknya HARUS dan kudu ikut gue sekarang. Harus pokoknya. "
Reina menarik dengan cepat lengan Dea,untungnya wanita itu sudah membereskan peralatan belajarnya.

"Ih lo apaan sih Rei, ngapain coba maksa banget. Sakit nih. "

"Ih maaf sahabat tercuyung gue. Gue traktir ice cream pelangi deh, asal lo mau temenin gue yayaya. " Dengan sengaja ia memberikan muka memelasnya di depan Dea, berharap gadis itu iba kepadanya.

"Hhh iya iya. Emang nya lo mau ngapain sih? Akbar lagi?"

"Hehe kok lo tau. Pinter banget sih sahabat gue. Yuk ah. "

Dea hanya mengerucutkan bibirnya ketika lengannya ditarik oleh Reina.
Bukannya dia tidak suka diajak Reina pergi seperti ini, tetapi ia tidak suka ketika ia menemani Reina menemui ah bukan menemui, tetapi mengikuti seseorang yang sangat dicintai Reina namun sayangnya ia tak mencintai Reina. Itu. Itu yang dibenci Dea, ia harus melihat sahabatnya berjuang untuk seseorang yang bahkan tidak pernah memperhatikan dia.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang