Day 10

538 53 2
                                    

"Halo, kakek,"
"Ruby? Sudah lama sekali aku tidak mendengar suaramu. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah memecahkan sesuatu?"
"Belum ada, aku masih terbawa alunan mereka,"
"Alunan?"
"Lupakan, kakek, aku mau tanya, apa keluarga kita bisa melakukan sihir?"
"Kau bicara apa Ruby, mana mungkin kita bisa melakukan sihir,"

Sudah kuduga. Tapi kenapa Grey bersikeras mengatakan kalau kakek tahu tentang ritual itu? Coba aku tanyakan langsung saja.

"Kakek, apa kau tahu bagaimana cara melakukan ritual pemanggilan roh?"
"...apa?" suara kakek terdengar bingung. Antara tak mendengar atau memang disengaja.
"Ego autem Spiritus mihi ut patronus et dabo meae,"
"....." Cukup lama kakek terdiam setelah kubacakan inkantasinya. Aku penasaran dengan reaksinya tapi sepertinya ia akan tetap tutup mulut. Namun, setelah berselang sekitar enam menit, beliau pun menjawab dengan suara sedikit tegas.
"Bagaimana kau tahu kalimat itu, siapa yang memberitahumu?" kakek tambah penasaran. Aku bingung bagaimana harus menjelaskannya.
"Seorang vampire memintaku untuk menghafal kalimat itu dan membacakannya seratus kali dan ia bilang kakek tahu bahan untuk ritualnya,"
"Siapa si vampire itu?" pertanyaan kakek mulai mendalam membuat suasana menjadi tegang walau hanya lewat telepon. Aku tidak mungkin menyebut nama Grey di saat seperti ini.
"Aku tidak tahu, tapi dia datang secara tiba-tiba,"
"Untuk apa?" Model pertanyaan yang sama lagi.
"Entah lah, kupikir ini masalah serius, karna ia meminta tolong, bukan memaksaku, dan itu pun dengan wajah serius,"

Aku tebak kakek akan menolak memberitahu bahannya karena ini menyangkut keselamatanku. Grey benar, kakek tahu bahannya, tapi demi aku, kakek tidak memberitahu. Ia tahu betul konsekuensi yang didapat kalau melakukan ritual itu. Kalau roh itu mendapat kesakitan, kau juga akan merasakannya. Jadi, kalau roh itu mati, kau juga mati. Ritual itu memaksamu melakukan kontrak darah dengan roh sehingga kalian akan selalu mendapat nasib yang sama. Itu kata Grey sebelum ia menghilang. Apapun itu resikonya sangat besar, kecuali kalau aku mendapat roh yang sangat kuat, kemungkinan besar aku akan selamat. Intinya, antara beruntung dan tidak beruntung.

"Kakek?" Sekian lama aku menunggu jawaban kakek selama aku masih melamun memikirkan apa yang akan dijawab kakek.
"Siapkan kaldron yang lumayan besar, untuk bahannya mawar hitam, bulu burung merpati, sayap kelelawar, abu yang baru dipanaskan,  cangkang siput, dan tiga koin emas milik mayat yang baru dikubur. Campurkan semua itu di dalam kaldron dan untuk sentuhan terakhir, tiga tetes darahmu, aduk dan tunggu sekitar satu jam. Kalau cairannya sudah siap, buat lingkaran sihir di atas tanah yang sepi dari apapun, lalu kamu minum cairan tadi, langsung bacakan inkantasinya. Kalau dunia roh menjawabmu, lingkaran sihir akan menyala dan roh itu akan muncul di depanmu." C-cukup jawaban yang sangat panjang. Tapi tak kusangka kakek akan memberitahuku. Padahal tadi katanya tidak bisa melakukan sihir.
"Aku memang tidak bisa melakukan sihir tapi nenekmu bisa,"
"Eh? Nenek bisa? Kakek pasti bercanda,"
"Kalau aku bercanda, mana mungkin aku tahu bahan-bahan itu, semua bahannya adalah milik nenekmu. Tadi kakek tidak menjawab karena kakek mencari buku resep sihir milik mendiang nenekmu di tumpukan buku."
"Wow," aku tidak bisa berkata-kata lagi. Ini pertama kalinya aku mendengar dari kakek kalau nenek adalah seorang penyihir. Mungkin?
"Ini kesempatan yang bagus untukmu mengetahui tentang seluk beluk kasus yang kau tangani. Jadi, kakek tidak ada alasan untuk menghentikanmu. Oh iya, kau tak perlu membacanya sampai seratus kali, cukup sepuluh kali saja. Inkantasi yang diberikan vampire itu adalah semacam lagu pujian. Semakin banyak pujian yang kau berikan pada roh, mereka akan dengan senang hati bahkan yang terkuat pun, menjadi pelindungmu, tapi tidak baik juga terlalu banyak,"
"Baiklah,"
"Apa kau sudah tahu resikonya?"
"Sudah," Grey yang memberitahu.
"Baguslah, tapi hati-hati, pilihan yang kau pilih adalah penentu masa depanmu. Jadi pikirkan baik-baik."
"Aku mengerti,"
Ya ampun, tak kusangka kakek akan menerimanya dengan baik. Kupikir dia akan melawan perkataanku, ternyata tidak. Benar-benar aneh dan mengejutkan sekali. Segera aku menuju villa Nathan dan menemui Grey. Di waktu yang tepat, Grey sedang berada di depan mansion bersama beberapa penunggang kuda?  Untuk apa mereka kemari?

Midnight RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang