MPLS

357 29 7
                                    

MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH

Tepat Senin pagi ini Dyva bersiap-siap menuju sekolah lengkap dengan seragam baru dan nametag kardus yang semalam dia buat,

"Neng Dyva bekalnya jangan lupa dibawa" teriak seorang wanita berbadan gemuk dengan serbet di bahunya.

"Iya udah Dyva bawa kok, Dyva pamit yah mbo" teriak Dyva dari teras rumah.

Mbo adalah ibu kedua bagi Dyva, sejak kecil Dyva lebih banyak menghabiskan waktu bersama Mbo dibandingkan ibunya sendiri, tadinya Mbo adalah pengasuh kakak ketiganya Dyva yaitu Diana.

Setelah 30 menit perjalanan dari rumah dengan mobil, Dyva pun sampai di tujuannya, saat itu sekolah tidak terlalu ramai, karena khusus kelas sebelas dan duabelas masih dalam masa libur sekolah.

Tepat pukul 08.35 semua murid baru dikumpulkan di aula oleh para panitia yaitu kakak kelas Dyva yang berorganisasi di OSIS/MPK sekolah,

"Gila Dyv damagenya kakak yang itu bukan main" bisik Azatha yang sudah sedari pagi berkicau di samping Dyva,

"Hutss diam entar kita dimarahin"

Setelah proses pengenalan kurikulum dan mata pelajaran sekolah semua murid diizinkan untuk istirahat dan berkeliling sekolah.

Untuk ukuran sekolah Negeri Indonesia, bangunan sekolah ini cukuplah besar dengan 4 lantai sekolah, dilengkapi dengan beberapa fasilitas mamadai, seperti ruang komputer, ruang praktek biologi, ruang praktek kimia, ruang fotografi, aula pertemuan acara-acara sekolah, ruang osis/mpk, ruang musik, lift khusus guru dan siswa berkempentingan, lapangan sekolah yang cukup besar dan beberapa hal lainnya.

Dyva dan Azatha kemudian turun ke lantai satu menuju kantin untuk sarapan siang disana, kantinnya cukup luas sehingga tidak menimbulkan perdesakan antar murid.

Saat itu semua murid sibuk dengan cerita dan makanannya masing-masing, tidak lama seorang panitia perempuan dari mpls sekolah tersebut duduk di depan meja makan Dyva dan Azatha, panitia itu merupakan anggota osis yang berarti adalah kakak kelas dari Dyva dan Azatha,

"Hai gimana selama di aula tadi, cape gak?" Tanya kakak panitia itu kepada Dyva dan Azatha

"Cape kak, mana kakaknya banyak yang marah-marah apalagi kakak yang cewe berkaca mata itu judes banget, cowonya semua nakutin pake ninggiin suara padahal sudah pake mic terus itu ka..." Azatha berhenti bicara karena dia baru sadar Dyva dari tadi sudah menatap matanya pertanda agar berhenti bicara,

"Hahaha gak kok itu kakaknya sebenernya baik, cuma sok galak aja, karena di briefing udah di suruh gitu, entar habis mpls kalian bakal tau kok gimana aslinya kami, asli kami itu gak galak, walau emang ada yang beberapa aslinya jutek, but it's okay"

"Ohh iya kak semua anak osis/mpk punya almamater kayak gitu?" Tanya Azatha tanpa malu menunjuk almamater wanita di depannya,

"Aduh maaf yah kak teman aku emang rada gak sopan" Dyva menurunkan telunjuk Azatha yang mengarah ke almamater panitia tersebut

"Hahaha santai aja kok sama kakak, iya semua anak osis/mpk punya almamater gini, ini juga merupakan salah satu kebanggaan kita di sekolah, karena setiap ada event atau hal lainnya yang akan turun tangan pasti anak-anak dari osis/mpknya, kakak harap kalian bakal daftar osis yah" ucap panitia tersebut sambil menatap mata Dyva sekilas

Tidak lama setelah itu beberapa panitia lainnya datang dan ikut duduk di sekitaran meja yang ditempati Dyva dan Azatha, saat itu ada panitia perempuan berkacamata jutek yang Azatha beritau sebelumnya

"Rel ngapain duduk sendiri bareng dekel?" Tanya perempuan jutek tersebut kepada panitia yang sebelumnya bersama Dyva dan Azatha, Dyva bisa melihat nama panitia yang duduk bersama dia dan Azatha sebelumnya dari nametag yang tertara di almamaternya yaitu Aurel Sindia, sedangkan panitia yang jutek itu namanya Clarita Putri

"Yah gakpapa. Agam makannya di meja sini aja" Aurel sedikit berteriak kepada beberapa panitia cowo yang masih mencari tempat duduk di seberang meja

"Dek kalian ingat kan dia siapa, dia ketua MPK di sekolah ini, sebenarnya dia gak galak kok, kan Gam?" Goda Aurel kepada Agam yang sudah duduk disampingnya,

Sementara Azatha dan Dyva hanya diam dan saling berbicara dengan mata satu sama lain , tanpa sengaja Dyva melihat Agam yang sedang memperhatikan dia,

" Kayaknya aku pernah liat kamu" ucap Agam

"Maaf?" Tanya Dyva bingung, dia juga merasa dia pernah bertemu Agam sebelumnya tapi entah di mana.

"Gam jangan lupa pulangnya aku ikut kamu yah", potong Clarita dengan memegang pundak Agam.

Setelah acara makan siang yang menegangkan tersebut Azatha tidak henti-hentinya mengungkapkan rasa ketertarikannya pada salah satu panitia yang berada di kantin sebelumnya,

"Gila kok gue kayak dagdigdug serr yah pas ngeliat dia Dyv, di almamater namanya Steven, sumpah ganteng banget Dyv, kak Agam juga ganteng banget sumpah, kakak yang lainnya juga ganteng oh my god"

"Kak Aurel cantik banget gak sih? Mana dia baik banget, kayak cocok tadi di samping kak Agam" potong Dyva di tengah kekaguman Azatha

"Elahhh emangnya kak Agam sama kak Aurel ada anu? Liat gak tadi kak Clarita megang-megang pundak kak Agam, idihhh males banget gue liatnya. Tapi yah Dyv beberapa kali kak Agam nyuri pandangan ke lo tau gk sih, dari awal kita masuk aula gitu" ucap Azatha menggebu-gebu

"Gaklah, ku tau Tha mata lu minus, jangan mengarang cerita"


...............

Tepat pukul 15.30 Dyva berada di lobby sekolah menunggu kakak pertamanya yaitu Exal untuk menjemputnya, sebenarnya ini belum waktunya untuk pulang sekolah

"Kamu yakin gakpapa? Mau aku panggilin temen kamu yang tadi sama kamu di kantin?" ,Tanya Agam kepada Dyva

"Gak, gakpapa kok kak, kakak bisa kembali aja, maaf yah malah ngerepotin kakak" ucap Dyva dengan rasa bersalah

"Iya gakpapa, aku temenin aja sampai jemputan kamu dateng"

Dyva yakin itu adalah hari paling memalukan dan paling ingin dia lupakan sepanjang hidupnya, rasanya dia ingin mengubur dirinya saat itu juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAPUH REMUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang