3

28 1 1
                                    

Fika tersenyum kecil. Walaupun Reyna tau senyuman dari gadis itu paksaan agar membuat Reyna senang. Reyna kembali tersenyum dan mengajak sahabatnya itu kembali pulang.  Selama perjalanan mereka hanya ditemani kesunyian. Sebenarnya banyak hal yang harus reyna tanyakan tentang kejadian kemarin, tapi ia tak cukup berani karena sahabatnya benar benar hancur hari ini.
Sampai dirumah hanya terimakasih yang diberika gadis itu ke Reyna. Karena ia tidak tau ucapan apa lagi selain itu. 
Gadis itu memasuki rumahnya dengan menunduk.  Ia mengharapkan sesuatu dari keadaan rumah ini sekarang.  Ia menghela nafas berat karena Gadis itu tak tau lagu apa yang dilakukan setelah ini.  Ia termasuk gadia mungil dengan segala kepolosannya dan segala kebaikannya.  Sebenarnya ia berusaha menjadi bintang yang bersinar terang untuk orang lain. Tapi sesuatu telah mengubahnya menjadi bintang yang meredup tanpa cahaya.

Gadis itu memasuki kamarnya yang hanya ditemani keheningan dan kesunyian yang membuatnya sangat mudah mengingat kembali kejadian yang buruk.
Ia menghela nafas berat menatap sekeliling kamarnya.  Ia tidak tau harus melakukan apa. Ia mencoba memasuki Ruangan yang ia rindukan setelah sekian lamanya tidak ada penghuninya.  Ia mencoba ruangan tersebut.  Terlihat sosok wanita yang sekarang sedang tertidur dengan wajah tenangnya. Gadis itu tersenyjm walaupun senyum itu menunjukkan kesedihan.  Ia mencoba duduk di samping wanita itu yang nerupakan mamahnya

"maafin Fika mah.. Membuat mamah khawatir.. Mamah tau nggak kalo Fika rindu sekali sama mamah..  Mamah besok jangan pergi lagi ya?.. Fika ingin menikmati waktu dengan mamah.  Jadi mamah besok jangan pergi" lirih gadis itu mengusap lembut tangan mamahnya .walaupun cairan bening dari pelupuk matanya sudah meluncur bebas dari matanya menandakan gadis tersebut sangat rapuh akan takdirnya.  Walaupun begitu gadis itu senang malam ini.
Karena ia bisa melepas rindu dengan mamahnya malam ini.

"Walaupun Fika tau.. Mamah bekerja seperti ini karena buat masa depan Fika..  Tapi harta mamah lebih dari cukup untuk Fika.. Nanah harus istirahat dengan Fika.. Mamah harus ada waktu buat Fika" sambung gadis itu sambil mengusap pelan air matanya

"Aku kangen mamah.... " gadis itu menunduk melepas semua air matanya yang dari tadi tidak bisa ia tahan.. 

"maaf mah... Fika nggak setegar mamah.. Tapi Fika yakin.. Fika bisa.. Good night mah.. Mimpi indah" Gadis itu tersenyum tipis dan mengecup pelan pipi wanita yang masih hanyut dalam tidurnya.  Gadis itu segera keluar dari kamar mamahnya itu.  Ia menutup pelan pintu tersebut agar wanita itu tidak terusik dari tidurnya
Gadis itu berhenti sebentar..  Ya ia menangis lagi dengan menghadap pintu dari ruangan yang selama ini ia harapkan ada pemiliknya ketika siang hari. 

"aku harap besok ketika aku bangun dari tidur. Ada mamah yang menyambutku" lirih gadis itu menahan hatinya yang sesak.  Ia ingin seperti anak yang lainnya bisa diperhatikan lebih dari seorang wanita yang telah melahirkannya.

################***############

Hangatnya sinar matahari yang menyelinap dari jendela membuat gadis itu membuka mata dari tidurnya.  Ia berharap semoga hari ini lebih baik dari hari hari sebelumnya.gadis itu melihat jarum jam yang menunjukkan angka 6 setidaknya ia bisa bersiap siap.
Setelah semua aktivitasnya selesai.. Ia berjalan kearah dapur sambil menggedong tas Ransek birunya.  Ia segera memposisikan dirinya kearah sarapan yang sudah disediak bibiknya. 

"Bik..mamah belum bangun? " tanya gadis tersebur dengan perasaan yang berharap.  Ya gadis itu emmang berharap pagi ini.  Ia berharap bisa sarapan bersama dengan mamahnya

"sudah non.. Nyonya pergi keluar negeri untuk mengerjakan projeknya selama satu bulan. Dan ia memang tidak sempat pamit ke non karena terburu buru"
tuturan wanita paruh baya itu membuat gadis tersebut merenung.  Tapi ia tetap tersenyum kepada wanita itu karena ia sudah perhatian kepada dirinya dari kecil hingga sekarang

"yaudah bik.. Fika berangkat" gadis itu berjalan tergontai keluar.  Ia memasuki mobil yang sudah ada pak Beni yang akan mengantarnya

Selama perjalanan mungkin hanya pedagang asongan, pelajar yang ditilang polisi, dan pengamen yang menjadi objek pandangan Fika pagi ini.. Ia memejamkan matany sebentar dan perlaga menghembuskan nafas dengan pelan

"non udah sampai" kata Pak Beni dengan lembut.  Gadis itu perlahan membuka matanta dan menatap sekeliling lingkungan yang ia tempati sekarang.  Sekolahannya

"iya pak terimakasih" gadis itu tersenyum ramah dan keluar dari mobil merapikan kembali semua penampilannya

     Gadis itu memejamkan matanya sebentar dan mengharapkan sesuatu yang baik dihatinya.  Ia memasuki gedung yang luas itu yang merupakan sekolah menengah atas yang sedang ia duduki sekarang. Ia bersyukur ia bisa menuntut pendidikannya sampi kelas sebelas di sekolah ini.  Seperti sekarang

"Fika.. " suara berat yang tidak asing lagi bagi gadis itu,  suara yang dapat menghentikkan langkah gadis itu.

***********************************
Hayoo suara siapa itu..  Kenapa Fika refleks berhenti mendengar suara itu?..
Penasaran?..  Tetep baca ya.. 
Jangan lupa vomment. Dan follow
Maaf kalau gaje dan kalo ada typo..
Heartbeat ❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang