Di suatu waktu dimana matahari tertidur nyenyak dalam lelapnya, mobil dan motor patrol malam berbaris dan benyanyi riang di aspal hitam seperti mengejar waktu ketinggalan pesta yang diundang penjahat besar yang setelah sekian lama hilang dan menelphone jendral untuk berbincang seperti kawan lama. Hingga mereka akhirnya rem diinjak disuatu rumah tua di daerah pinggiran kota Jakarta yang kotor dan ditinggalkan yang terlihat jelas dari tembok rumah ang menghijau akibat lumut, dan rumput yang sangat subur hingga menari sampai lutut lelaki dewasa. Setelah banyak hadirin yang menunggang mobil dan motor mereka di depan rumah, beberapa polisi pun turun dari kendaraan mereka dan berlutut dengan senjata diarahkan siap untuk mengepung rumah tersebut.
Sunyi pun mulai menguasai mimpi sang matahari, dan awan gelap mulai mendukung pesta yang akan dimulai. Kemudian pasukan penyusup mulai berjalan mengitari rumah lewat pintu depan dan jendela timur yang cukup muat dimasuki orang namun gelap akibat kaca film, dan komandan pun mulai belajar menghitung dari tiga untuk memulai pesta, namun pada hitungan ke satu dimana para penyusup ingin memulai pesta sendirian tiba tiba pintu depan terbuka dan muncullah seorang pemuda dengan rambut memutih memakai setelan jas untuk berpesta yang membuat pasukan polisi siap menyorak di dengan segala yang mereka miliki di selongsong peluru mereka saat pria itu mengeluarkan sorakannya. Namun dengan santainya pria itu berjalan ke depan rumah, sebelum ia diteriaki komandan untuk berhenti, dengan seenyumnya ia menunduk dan memberi hormat layaknya pembawa acara ,dan mulai membuka mulutnya
" Selamat malam hadirin yang kukasihi dan kurindukan, komandan dan polisi tentunya." katanya sambil tertawa sendiri seolah ia sedang melawak, " Malam ini saya akan memberi sebuah pertunjukan monolog yang hangat sampai darah kalian ingin menangis dari dahi kalian jika mau?" sambil menengok kekanan dan ke kiri memperlihatkan senyumnya yang menawan sampai bulu kuduk mereka berdiri semua. Emosi yang dimakan rasa takut, komandan mulai memberi isyarat dengan tangan yang diangkat member aba – aba.
Sebelum sempat menghempaskan tangannya yang kebawah dan membuat sarang lebah di tubuh lelaki, tiba – tiba ada helicopter dengan lampu sorotnya memperindah panggung pertunjukkan,
" Terima kasih" katanya sambil tersenyum puas dan memberi hormat dengan dua jari diatas keningnya lalu diletakkan kembali kesamping saku pinggang nya saat mata tajamnya mulai menatap mata komandan pasukan, dan membuatnya semakin tertekan hingga keringat mulai menetes dari keningnya,
" HENTIKAN!! Biarkan penjahat itu mengatakn nya sampai selesai lalu tangkap dia" kata suara dari megaphone helicopter,
" Tapi Jendral apa yang kita tunggu lagi kita ha-" sebelum Komandan pasukan menyelesaikan kalimatnya penjahat iu sudah menimpali nya dengan kata – kata
" Aku setuju denganmu kawan lamaku" katanya sambil tersenyum kea rah komandan pasukan dengan tatapan sinis dan mulai berceramah," Saya disini mewakili teman – teman saya untuk membagikan hasil dari kerja kelompok kami di rumah kepada kalian semua, jadi perhatikan baik – baik" sambil menengadahkan tangannya ke mereka semua dan mengadah ke langit hitam sesaat, lalu mulai berakting,
"Indonesia adalah negara yang sangat kucintai, dan kami hargai dimana Negara yang kami pijak ini ada di hati masyarakat Indonesia. Dimana keadilan dipeluknya dan yang miskin dibantunya dalam bilur – bilur lukanya mereka dibantu." katanya sambil tersenyum dengan wajah yang cerah lalu menggelap dan membuat pelangi di mulut tipisnya dengan otot yang menegang disekitar kening di depan rambut klimisnya yang tertata dengan pomade dan menutupi wajahnya dengan tangan yang memakai sarung tangan putih kemudian berkata, " Tapi ada dari kalian rakyat Indonesia yang seenaknya sendiri menghancurkan harapan pahlawan yang rela berkorban dengan perbuatan – perbuatan mereka yang mengepentingkan egonya dan untuk diri mereka sendiri tanpa takut akan keadilan yang munafik dan dapat dibeli dengan uang seperti barang yang dijual ibu - ibu di pasar dengan harga nego," lalu ia membuka tangannya dan terlihat pelangi di wajahnya sudah terbalik menjadi sebuah senyuman indah yang menghangatkan hadirin dan berkata, "maka kami lah yang akan menghukumnya" katanya seraya menggores leher dari kiri ke kanan dengan ibu jari, lalu ia menunduk dan memberi hormat layaknya konser yang teah usai.
Emosi semua orang berubah dari takut menjadi tenang karena seperti melihat seorang penyair yang mementaskan monologuenya hingga para polisi terlena dalam buaian sang penyair. Sementara lelaki itu kembali berdiri tegak dan berjalan diantara polisi yang masih tertegun hingga ia berada tepat berada di muka komandan pasukan yang tetap was – was melihatnya dengan matanya yang tajam dan pistol yang tetap diarahkan dikening sang penyair, hingga tiba – tiba sang penyair mengambil pistol komandan dengan cepat sebelum komandan sempat menyadarinya, dan menembak kepalanya polisi yang berada tepat di sebelah komandan hingga para polisi kembali terbangun dari mimpi buruk mereka dan menengadahkan senjata api mereka kembali ke arahnya dengan hati yang menjerit saat melihat wajahnya. Tiba – tiba senjata dilempar dari tangan lelaki itu ke belakang hingga mengenai salah satu helm milik polisi yang ada di belakangnya dan mengangkat kedua tangannya tinggi - tinggi ,
" Deal is a deal" katanya dengan aksen british yang kental, lalu komandan pun mengambil tangannya dengan borgol ditangan kirinya dan mengakhiri aksi lelaki itu dalam pertunjukkan malam itu. Namun senyum di mukanya tak kunjung luntur sejak tadi hingga akhirnya ia dibawa pergi dengan salah satu mobil polisi yang memasukkannya dengan kasar.
' Apa yang ia maksud dari kata kami tadi ya?'pikir komandan sambil termenung dengan wajahnya yang kecut dan asam memandang bulan purnama yang setia menerangi panggung pertunjukkan yang sepi, meski bagi semua orang dan komandan itu hanya lah sebuah mimpi buruk yang akan terlupakan di keesokan hari yang memiliki kesibukannnya sendiri.
YOU ARE READING
Let's PARTY!
ActionSekelompok orang yang sudah muak dengan kondisi negara Indonesia yang dikumpulkan secara sengaja oleh seseorang untuk menghancurkan kemunafikan dan membentuk negara ideal yang ingin mereka buat dengan tidak adanya kejahatan lagi di Indonesia.