Sekuens Lima (Point Begin)

36 7 3
                                    

'Tempat ini terang banget, dimana nih?'

Tae terus berjalan menyusuri ruang kosong yang saat ini mengurung dirinya, matanya berkaca-kaca. Di tebarnya pandangan ke sekeliling, Hanya cahaya, ia tidak dapat mengenali yang lainnya selain itu. Diputarnya badan ke segala arah. Lalu, matanya menyipit   'itu, pohon?' dikucek2 matanya. 'ga salah, itu pohon'. Dikejarnya pohon yang ga bergerak itu. Ga sampe sampe.. Ini sia-sia, 'gua udah matii...' tubuh tae terjatuh ke tanah. Dipukul2nya tanah dengan geram. Lalu berteriak keras sekali

'gua ga boleh matiiiiii'

Disesalinya, kejadian itu dengan derai air mata. Tae merasa sangat bersalah, 'anjing.. Kenapa sekarang?' ucapnya 'tololll, gua bego. Kenapa gua harus bikin acara itu.'

'satu kesempatan terakhir.. Beri gua hidup. Bakal gua lakukan yang terbaik untuk menebus semua ini' pintanya pada tanah.

Air mata ga kebendung. Tae nangis, (cengeng banget elah.g wkwkwk) air hangat mengucur deras dari pelupuk mata indah itu. (njir, mata indah. Haha).

Tiba-tiba angin berhembus kencang. Tae menyipit-nyipitkan mata karena debu. Cukup lama itu terjadi.

'satu kesempatan hidup dengan penuh penderitaan.' suara berat terdengar dari arah belakang Tae.

Tae terkejut, dicarinya sumber suara itu. Dan didapati seorang pria yang sepertinya dia kenali. Tapi tidak ingat siapa pria itu. Tae terus memandang pria itu, tapi tidak bergerak. Entah kenapa, badannya tidak dapat digerakkan. Mulutnya tidak dapat berkata-kata setelah melihat pria itu. Lama sekali Tae termenung.

Pria : 'satu kesempatan hidup dengan penuh penderitaan.' ucap pria itu kedua kali
'kau akan hidup menjadi DEWA CINTA, bantuan mu adalah kutukan bagi hidup yang kau jalani. Tapi pilihan, adalah kesalahan mutlak yang telah kau inginkan. Satu-satunya hal yang perlu kau tau Taehyung, pada akhirnya pilihan itulah yang akan menjadi penderitaan yang kau pilih sendiri.'

Tae : tapi.. (lidahnya kelu)

Tae tidak bergerak, lalu..

Mata Tae terbuka perlahan, sangat silau dan kabur. Kepalanya nyeri, rasanya seakan mau pecah. Oh, mungkin saja sudah pecah. Tae tidak yakin, tapi kepalanya berdenyut hebat, menyakitkan, membuatnya mau muntah.

Yang pertama dia lihat adalah Eunha, tertidur disamping kanan Tae. Tae mengerjapkan matanya, dia bisa melihat jimin diseberang ruangan sedang berbaring. Dagunya di plester tangannya patah, dia memakai baju pasien. Sama seperti Tae. Mata Tae tampak mencari-cari. Ruangan ini sangat sunyi.

Itu papa, mama. Dimana mereka? - benak tae

Kei yang tertidur disamping kiri Tae tiba2 menggenggam hangat tangan Tae, Tae tidak terkejut. Ia hanya menoleh.
Kei mengangguk, disertai mata berkaca-kaca.

Akan berat kalo lu tau kebenarannya sekarang bang - ucap dalam hati

Mata Tae melotot, dia yakin kei mengatakan sesuatu. Tapi kenapa bibirnya tidak bergerak.

Apa-apaan, dia bilang sesuatu. Anjir- tae
Itu isi pikiran kei? Anjir, apa ini? - lanjut tae

Arhhhgggghh, kepala tae teralalu sakit memikirkan itu. Akhirnya, memilih menutup mata. Mengistirahatkan badannya. Dan bersiap melihat reaksi keluarga nya esok pagi.

©
-salam author-





Nih, sekuens limanya.. Hehe
Maaf cuma Sedikit yah..
Gua bikin ini malem banget, lanjut besok apdetannya.
Enjoy it..

Variabel CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang