Jasni namaku. Aku tinggal di sebuah rumah yang mungkin menurut sebagian besar orang nyaman untuk ditinggali. Tapi menurutku tidak. Tidak bisa disebut nyaman. Jauh dari kata itu. Bahkan jika aku harus memilih, aku ingin segera menjauh dari tempat ini. Kalau saja, tidak banyak kenangan dirumah ini. Aku dan keluargaku sudah angkat kaki dari sini. Satu hal yang membuatku tidak nyaman.
Aku punya seorang tetangga, nggak seorang juga sih. Tapi aku lebih akrab dengan Jine, tetangga baruku. Kami selalu melakukan kegiatan diluar nalar manusia biasa. Atau banyak orang yang menyebut kami, kembaran abnormal. Memang, aku dan Jine juga mengakui hal itu. Padahal semua orang juga bisa melakukan hal itu. Tapi tidak semua orang bisa menggunakannya. Kami sebagian kecil orang, yang Tuhan beri kelebihan untuk melihat makhluk yang sudah berbeda alam dengan kita, sebagai manusia yang masih bernafas.
Pernah, aku dan Jine melakukan kegiatan ala-ala detektif, tapi waktu itu kami melakukannya di sebuah rumah kosong disekitar komplek perumahan yang kami tempati.
***
Flash Back on.Aku sedang melukis di taman belakang rumah. Tapi, dengan sengaknya seorang anak kecil berambut pirang terus saja memandangiku. Anak kecil itu ada di belakang rumahku. Dan kebetulan rumah itu kosong. Perempuan itu memang cantik. Tapi aneh, ia selalu duduk di kursi goyang yang disimpan di lantai dua rumah itu. Posisi rumah itu menghadap ke arah belakang rumahku, persis seperti barisan rumah berhantu. Ia juga menggerai rambutnya sebagian kedepan. Ala-ala Riana AGT.
Yang aku tahu, Gadis itu namanya Kinen. Dan dia anak dari pemilik rumah kosong itu. Kenapa aku tahu nama dia?
Jadi...
Tepat...
31 Desember 2016. Pas malam tahun baru. Karena aku dan Jine gak punya kegiatan dengan keluarga masing-masing untuk merayakan pergantian tahun. Ya, jadinya kami menelusuri rumah itu. Mencari tahu sosok gadis yang selalu duduk di kursi goyang tua itu.
Kami masuk lewat pintu belakang rumah itu. Dan baru saja aku dan Jine masuk, semerbak bau khas pemakaman menyeruak memenuhi indra penciuman. Nggak mungkin juga ada makam di dalam rumah. Hanya orang gak waras yang punya. Udara dingin yang menusuk pun menambah keseraman tempat ini. Memang dicampur dengan udara dingin malam hari. Tapi ini berbeda. Auranya beda.
Jine menaiki satu per satu tangga untuk menuju lantai dua. Tempat gadis itu berada. Dengan langkah cepat, aku mengekori Jine. Hitungan tangganya sangat banyak. Mungkin sekitar 50 tangga. Dan juga terbuat dari potongan kayu yang dibentuk kotak-kotak. Saat aku menginjakkan kaki pada tangga ke 19 tiba-tiba.
Kreeek... brukk...
Tangga itu roboh dan aku jatuh terdampar di sebuah ruang bawah tanah. Dan persis ku lihat Jine melihatku dengan wajah khawatir. Tapi aku tidak membiarkan Jine lebih khawatir padaku. Kusuruh dia terus berjalan ke lantai atas. Dan aku akan mengecek keadaan dibawah sini.
"Jine, kamu lanjutin aja jalannya. Biar aku memeriksa bagian bawah sini!"ucapku pada Jine. Aku mengucapkan itu dengan setengah berteriak karena jarak antara tempatku berada dengan tempat Jine cukup jauh.
"Iya, kamu hati-hati. Kalau ada situasi darurat, tiup aja terompet yang kamu bawa!"ucap Jine.
"Iya, kamu juga!"ucapku lagi.
Akhirnya kami berpisah untuk sementara. Aku menelusuri ruangan ini. Dan semakin ke dalam, aku mencium aroma menyengat yang bisa membuat nafsu makanku seketika hilang. Saking baunya. Disini juga banyak barang-barang antik seperti keris yang biasa dijadikan sebagai jimat. Aku iseng menghitung jumlah keris yang ada. Jumlahnya kurang lebih ada 10 keris berukuran besar yang hampir menyerupai samurai. Juga ada 15 keris berukuran kecil. Dan yang membuatku tertarik, dari sekian banyak keris yang tergantung. Ada satu keris yang menarik perhatianku. Keris itu dilumuri bercak darah yang kemungkinan sudah kering. Keris itu di letakkan di lantai karena ukurannya yang besar. Aku mengambil keris itu, namun terasa sangat berat. Seperti membawa beras sekarung dengan satu tangan. Aku terus saja melihat-lihat keris itu dengan seksama. Tiba-tiba sebuah tangan dingin menepuk bahuku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop It [END]
HorrorHaruskah aku mengikuti keinginan mereka. Mereka yang selalu mengganggu kehidupanku. Semenjak mereka ada, hidupku sedikit berubah. Banyak kejadian aneh yang terjadi. Tapi setelah aku membuat kesepakatan dengan mereka, aku jadi bisa lebih tenang. HEN...