Part 3

841 156 34
                                    

"Kemarin kau kemana? Aku ke dormmu kau tak ada, hp juga tak aktif," omel krist saat mereka berjalan di koridor kampus.

"Im date!" kerling Singto seraya mengulum senyumnya meski yang dia lalui kemarin sama sekali tak bisa disebut berkencan namun tak urung dia menggoda sahabatnya ini.

"Auuu sing, kau berkencan dan tak mengajakku?" Singto menoleh sesaat "Aku belum gila untuk mengajakmu saat aku berkencan, lagi pula sejak kapan ada orang berkencan tapi mengajak orang lain," dengusnya sambil mengacak rambut krist dengan kasar.

"Tapi kan aku bukan orang lain."

Singto hapal gelagat ini jadi dia hanya menggeleng mengejek "Tak usah berlagak melankolis, tidak mempan, lebih baik kau urusin gadismu Kit jangan menggangguku."

Pria manis itu menunduk, entah kenapa hatinya sedikit sakit dan dia memutuskan untuk diam, melanjutkan langkahnya dengan hening. Sing menoleh tak biasanya Krist tak membalas ucapannya, Krist yang diam adalah bentuk paling mengerikan dari sahabatnya ini.

"Kiit aku hanya bercanda."

Tak ada tanggapan samasekali, sampai mereka memasuki kelas, sesekali Singto mencuri pandang pada Krist, sesekali menyikut dan anak itu sok serius memperhatikan dosen mengajar mengacuhkan Singto yang sejak tadi mencoba menarik perhatiannya. Dia tidak mau di ganggu kan? maka Krist akan menurut. Dia sedang baik hati.

"Kau sedang datang bulan ya?" Krist mendelik sebal.

"Jangan diam, wajahmu tidak cocok diam begitu."

"Ai Sing kau mau apa sebenarnya? Aku hanya menurutimu untuk tak mengganggumu, tapi kenapa jadi kau yang berisik."

"Masalahnya diammu itu menggangguku."

"Aku bertanya salah, aku diam salah juga?" Krist menggeleng tak percaya. "Lebih baik kita pergi minum saja nanti malam, daripada aku jadi gila."

***
Sesuai janji mereka akan ke bar lagi malam ini, mencari rasa hangat lewat minuman. Krist berencana menginap dan menyuruh Singto menjemputnya ke rumah. Dia malas membawa kendaraan karena sudah berencana ingin mabuk malam ini.

"Apa kabar gadis incaranmu Kit?" Singto membuka suara diatas motornya, dia sengaja melambatkan laju motornya agar bisa berbincang dengan Krist.

Pemuda yang duduk di boncengannya itu mencondongkan tubuhnya kedepan, merapatkan dadanya ke punggung lebar pria yang baru saja bertanya padanya, kemudian mendekatkan bibirnya tepat di telinga Singto dan menjawab.

"Biasa saja, dia lama-lama tidak asyik. "

Singto meremang saat merasakan napas krist di telinganya, keputusan tidak menggunakan helm salah besar. Tidak baik untuk keselamatan nyawa dan jiwanya.

"Kapan kau mau berubah kit? Pertemuan pertama tertarik pertemuan kedua mengebu-gebu pertemuan ketiga mendingin pertemuan keempat hilang selera. Lihat aku sampai hapal siklusmu."

Krist memeluk perut pria yang mengoceh di hadapannya ini sambil tertawa "Kau memang yang paling mengerti aku Sing tak ada yang sepertimu." Dengan santai Krist mengecup pipi kiri Singto membuat pemuda itu sedikit kehilangan keseimbangan hingga motor mereka oleng. Beruntung Singto cepat-cepat menguasai diri.

"Kit kita di jalanan jangan main-main."

Krist tak mendengarkan omelan Singto, dia masih saja menjahili pria malang itu dengan menggigit-gigit daun telinganya membuat semua bulu yang ada di tubuh Singto meremang. Krist sedang tidak baik hati. Dia tidak menurut.

"Bergembiralah sobat," ujar Krist saat mereka telah menjejakkan kaki di Bar yang hingar bingar dengan dentum music yang menghentak sampai ke jantung "Sekarang  waktunya bersenang-senang, Kau mau pesan apa?"

Finding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang