Satu

68 5 6
                                    

I drove by all the places we used to hang out getting wasted.

Langit tampak cerah siang ini. Dihiasi awan-awan cirrus yang semakin menambah indahnya lukisan Tuhan, bagai pelukis yang lihai menorehkan pensil dan cat diatas kanvas.

Aku duduk didekat jendela, bukan di pojok tetapi dekat dengan pintu masuk sebuah kafe. Ya, kafe ini dulu sering menjadi tempat kami menghabiskan waktu berdua. Kami, aku dan dia.

Kenangan itu pun berputar di kepalaku seperti kaset rusak. Mengulang kembali tawanya yang seperti baru kemarin kudengar.

***
"Lo gak papa?" tanyaku pada gadis di depanku. Rambutnya dikuncir asal, kacamata bertengger di wajah manisnya itu, tinggi nya rata-rata gadis seusianya.

"Sakit pala gue" katanya sambil mengelus kepala bagian belakangnya yang tadi tak sengaja terkena lemparan bola basket dariku.
"Iya sorry gak sengaja. Lagian lo ngapain coba lari-lari di pinggir lapangan?, udah tau lapangan nya lagi dipake main basket" tanyaku sambil membantu nya berdiri.

Aku sudah tidak lagi ikut bermain basket. Sekarang aku sudah duduk di pinggir lapangan bersebelahan dengan gadis yang terkena bola ku tadi.

"Gue tadi mau ngejar kucing" kata gadis itu sambil menyodorkan minuman botol yang berada di dekatnya kepadaku.

"Kayak ga ada kerjaan aja lo ngejar-ngejar kucing" jawabku tanpa melirik ke gadis itu sambil menerima botol minuman itu dan meneguknya. Aku memang sangat haus karena kelelahan bermain basket tadi, apalagi siang ini matahari benar-benar seperti diatas kepala.

"Ya abis kucingnya ngambil makanan gue, kan gue laper" gadis itu menjawab perkataanku dengan kesal.

"Yaudah yok ke kantin" aku mengajaknya sambil menarik tangan kecil gadis itu.

**

Disinilah kami sekarang. Berangkat dari Dara yang kelaparan karna makanan nya dicuri kucing nakal itu, jadilah kami memesan dua piring siomay.

Ya, namanya Dara. Dara Ayunda. Dia sahabatku sejak setahun lalu kami masuk SMA. Kami menjadi dekat karena sejak hari pertama MOS kami menjadi partner- partner dikerjain kakak osis, partner disuruh minta tanda tangan kakak kelas, partner ngambilin coklat dan permen dari pinggang temen sekelompok MOS- dan akhirnya kami pun duduk sebangku.

Dara dan aku bukanlah siapa-siapa di sekolah ini. Dara Ayunda hanyalah seorang siswi kelas 11 mipa 1 dan kebetulan menjadi wakil ketua osis. Sedangkan aku, Bagas Kharisma hanyalah seorang siswa teman sebangku Dara sejak kelas 10 yang beruntungnya menjadi kapten basket di sekolah ini. Kami bukan murid terpintar, murid yang paling dibanggakan, murid teladan, atau incaran murid-murid lain untuk dijadikan pacar. Kami hanyalah murid biasa yang beruntungnya mendapatkan posisi itu disini.

"Lo beneran laper banget ya Dar?" tanyaku heran ketika Dara sudah menghabiskan siomay nya dan langsung menyedot habis es teh di depan nya itu, padahal siomay punyaku masih setengah.

"Kalo gue ngga laper, gue ga bakal mau lo ajakin ke kantin" katanya lalu kembali menghabiskan es teh nya yang tinggal setengah.

"Gue lagi banyak kerjaan Gas, mau buat proposal buat acara osis bulan depan, makanya tadi gue bawa bekel. Rencananya gue ga mau ke kantin, eh malah tu kucing sialan ngambil ayam goreng gue" Dara menjelaskan panjang lebar dan aku hanya mendengarkan sambil tersenyum geli melihat wajah kesal Dara.

"Kenapa ngga minta bantuan sama sekretaris osis aja?" tanyaku sambil menyuapkan siomay terakhirku.

"Menurut lo aja, si Kinar itu udah banyak banget kerjaannya, kasian gue kalo mau ngasih ni tugas proposal ke dia juga. Lagian dia lagi mau persiapan buat lomba padus" jawab Dara sambil menyodorkan es teh ku yang masih berada di dekatnya. Tak sengaja tangan kami bersentuhan. Suasana pun menjadi canggung seketika.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang