1.0

9 2 1
                                    

🔔🔔🔔

"Hei ! Apa kau gila !"

Teriaknya sembari belari kearah seorang gadis dan memeluk tubuh gadis itu yang kini sedang mencoba untuk bunuh diri dengan cara melompat dari atap.

"Hei ! Apa yang kau lakukan !"

Jawab gadis itu sembari memberontak ingin melepaskan pelukan dari lelaki yang tidak ia kenali. Yang kini sedang memeluknya dari belakang.

"Jika kau depresi atau apapun itu kau harusnya merenungkannya, mencari penyelesainya dan melupakannya. Sependek apa otakmu sampai melakukan percobaan bunuh diri."

"Siapa yang ingin bunuh diri hah !"teriak gadis itu.

"Tentu saja kau. Tidak mungkin aku." Ucapnya yang tak kalah nyaring.

"Aku tak akan bunuh diri."

"Kau akan bunuh diri ! Jelas-jelas kau mau menaiki pagar pembatas pasti untuk melompat dari atap."

"Kau salah paham."

"Aku tak salah paham. Kau tahu betul orang yang akan bunuh diri."

"Kau tahu apa tentang bunuh diri !"

"Kau tau banyak karena ayahku seorang polisi !"

"Lalu jika ayahmu polisi aku harus apa!"

"Kau jangan bunuh diri. Aku tidak ingin ayahku kececeran oleh kasus bunuh diri."

Gadis itu terdiam mendengar lelaki itu. Entah apa yang akan dilakukan setelah itu. Yang tahu tentang pikirannya hanya lah ia dan tuhan aja.

"Hah... tolong lepaskan pelukanmu. Aku akan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya. I swear." Keluh gadis itu yang lelah berdebat dengan lelaki yang masih teguh memeluknya.

"Really? "

"Yeah, i really sure."

Gadis itu mengangguk. Dengan perlahan lelaki itu melonggarkan pelukannya. Walaupun kini telah melepaskan pelukannya lelaki ini masih menggengam pergelangan tangan gadis itu.

"Lepaskan !"titah gadis itu sembari menatap lelaki di hadapannya.

"Tidak." Jawabnya dengan suara yang terdengar lembut 'mungkin'.

"Baiklah." Ucap gadis itu yang sudah lelah dengan berbagai argumen yang baru saja terjadi.

"Lalu?" Tanya lelaki di hadapannya dengan kepala aga sedikit memiring.

"Okay. Jadi, yang pertama aku tidak akan bunuh diri. Yang kedua aku tak memiliki masalah apapun. Ketiga aku tak sebodoh itu untuk melakukan bunuh diri. Keempat aku ingin membawa sepatuku yang baru saja terlepas dari kakiku. Kelima sepatu itu jatuh di tembok bawah pagar pembatas. Keenam kau datang dan tiba-tiba lalu memelukku dari belakang dan yang terakhir kau menuduhku untuk melakukan bunuh diri." Jelas gadis itu dengan panjang kali lebar bak persegi panjang.

"Hmm.. jadi?" Tanya lelaki itu yang perlahan meregangkan gengamannya.

"Kau salah paham padaku."

Lelaki itu tersenyum. Berbeda dengan gadis di hadapannya. Wajahnya wajah dan telinganya memerah. Dan terdengar helaan napasnya. Ia lelah dengan apa yang terjadi.

"Berhubung kau ada disini." Kata gadis itu yang kini menatapnya dengan tatapan sulit di mengerti.

"Kau miliki kaki yang panjang benar?" Ucapnya sembari menatap kaki lelaki di dan yang dihadapannya hanya mengangguk.

"Okay. Begini." Di tariknya lengan lelaki itu kearah pagar pembatas.

"Kau lihat itu?" Tanya gadis itu lagi dan lelaki itu mengangguk dan melihat kearah kaki gadis yang kini menggengam tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between 2.1 ColoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang