bukan cerita

100 13 6
                                    

Ini cuman memberi info aja

Mell Byunpcy
KPOPERS
Baiklah, ini postingan terakhir saya soal kpoper di tahun ini. Sebisanya saya tidak membahas ini lagi, karena saya bukan kpoper. Namun, beberapa hari ini ada hal yang membuat saya cukup sedih. Bukan, bukan karena semata idola kpopers yang meninggal. Saya sedih justru melihat remaja kpopers yang dibully habis-habisan oleh orang yang merasa lebih baik, barangkali, menurutnya.
Pertama; saya pernah begitu menyukai lagu last child, diari depresiku, saya pertama kali dengar di angkot padang sebelum band itu terkenal seperti sekarang. Meski kondisi saya tidak seburuk di lirik lagu itu. Sebagai anak yang ditinggal meninggal ibunya, saya memiliki banyak beban emosi yang saya tanggung sendiri. Beban itu membuat saya jadi pemberontak, pemarah (teman-teman seorganisasi saya tahu, bagaimana saya pemarah waktu tahun awal kuliah) dan saya tidak punya teman dekat seperti anak-anak lain. Lagu-lagu salah satu yang membuat saya merasa memiliki teman. Saya merasa punya semangat. Membunuh kesepian sendiri.
Barangkali, itu juga yang dirasakan sebagian anak-anak kpopers. Mereka merasa sepi dan tidak punya teman. Lalu, mereka menemukan dunia baru, dunia yang menghadirkan semangat mereka. Dunia yang membuat mereka percaya, bahwa cita-cita itu masih ada, harapan akan dibangun lagi. Dan, lagu-lagu serta karya-karya idola itu yang menjadi penyemangat mereka. Membawa mereka pada pengalaman baru, teman-teman baru. Sampai pada satu titik, idola itu meninggal dalam keadaan depresi berat. Mereka –para kpopers berkabung—mereka kehilangan.
Pada bagian sedih ini, ada sekolompok orang yang malah membullly. Sekolompok orang yang membanding-bandingkan dengan hal lain, yang sebenarnya tidak bisa dibandingkan. Sekolompok orang yang pengecut, menghina orang lain, menyakiti perasaan orang lain, dan menyedihkannya pakai bawa-bawa agama. Apakah mereka tidak sadar, agama tidak mengajarkan menyakiti hati orang lain? Saya kesal bagian ini. Karena, saya sering ditinggal mati oleh orang-orang yang saya sayangi, ibu saya, nenek saya, mereka meninggal saat saya masih muda sekali. Itulah salah satu yang membuat saya dulu merasa kesepian dan melarikan diri pada lagu-lagu. Dan, bagi saya tidak ada kematian yang layak ditertawakan oleh siapapun.
Kalaulah kamu mau menasihati mereka, teman-teman kpopers yang mungkin menurutmu berlebihan. Sampaikanlah dengan baik. Mereka adalah remaja-remaja cerdas. Bagaimana tidak, mereka bisa tahu kebudayaan luar yang mungkin tidak terjangkau olehmu. Jangan merasa lebih baik, lalu menyakiti orang lain dengan cara buruk. Apalagi akun-akun anonim yang cuma mencari sensasi. Duh, ini kelewatan sekali.
Remaja-remaja kpopers adalah anak-anak muda pencari jati diri. Nanti saat mereka sudah bertambah usia, setelah bertambah pemahaman, bisa jadi mereka tidak begitu fanatik lagi dengan kpop, mereka bisa jadi ikut pengajian, atau senang dengan ceramah-ceramah ustadz di youtube. Mereka tidak butuh bullyan, mereka butuh dihargai.
Mereka –para kpopers—adalah anak muda aset bangsa ini. Seperti yang lain. Mereka butuh proses tumbuh. Mereka butuh rangkulan. Mereka butuh diskusi dalam banyak hal. Mereka butuh teman-teman yang hangat. Mereka tidak butuh bullyan.
--boycandra
Ricky ricardo | Mellbyunpcy

For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang