3

5.9K 439 40
                                    

Hinata meninggalkan rumah sakit terburu-buru bahkan dirinya seolah tuli oleh pertanyaan anaknya yang kesulitan menyesuaikan langkah panjang Hinata.

Hatinya kacau, ia masih terintimidasi oleh pancaran mata kelam Sasuke. Mata sehitam jelaga yang mengacaukan ritme jantungnya, membuatnya bertalu keras seperti genderang peperangan. Perang? Ya perang pada dirinya sendiri. Masa lalu yang membekas, memberikan luka dan pukulan mental yang telak padanya.

Bertahun-tahun lalu ketika ia masih mengandung, perutnya yang masih rata telah terisi seorang makhluk hidup. Calon anaknya, yang berbagi jiwa dan raga dengannya; Uchiha Sasuke dengan kejam membawa wanita lain. Membawa serta calon kehidupan yang rupanya lebih dulu tumbuh di rahim wanita lain dari pada Hinata, istri sahnya!!

Betapa remuk hatinya, betapa remuk jiwanya. Semua benar-benar hancur tak bersisa. Seperti asteroid yang harus musnah menjadi debu angkasa.

Air mata Hinata jatuh tanpa dikomando. Membuat dirinya menjadi pusat perhatian mata-mata orang yang ingin tahu. Ada apa dengannya? Apa yang salah?

Sasuke Uchiha.
Seharusnya Hinata tak bertemu Sasuke, terlebih ketika Rei bersamanya. Bagaimana bila mantan suaminya itu mengenali Rei?

Hinata menggeleng keras, berusaha menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Terlalu banyak ketakutan, terlalu banyak hal yang mungkin dilakukan Sasuke bila tahu Rei adalah putranya.

Sasuke sudah membuangnya! Membuang Hinata dan calon anaknya yang bahkan belum sempat Hinata perkenalkan.

Jadi apa itu salah Sasuke?

Hinata menghentikan langkahnya tiba-tiba. Tangannya gemetar, lututnya melemah.

Hinata tidak pernah memberitahu Sasuke. Jadi apa ini adil? Kalau hari di mana semua itu berakhir, Hinata dengan mantap mengatakan bila ia mengandung putra Sasuke; apakah akan ada yang berubah? Apa mereka akan bersama? Sasuke akan memilihnya bukan?

Lalu satu garis senyum penuh amarah terpatri di wajah Hinata.

Sasuke mengkhianatinya. Sasuke bermain api, jadi sudah sepantasnya ia terbakar sekarang! Bahkan akan bagus bila Sasuke Uchiha menjadi abu.

Itu pun bila memang mantan suaminya itu bisa menyesal. Sasuke sudah memiliki apa yang dia mau. Istri dari keluarga setara dengannya juga penerus Uchiha. Tak ada yang perlu dicemaskan.

Menarik nafas panjang adalah hal pertama yang dilakukan Hinata ketika ia mulai sadar dari kepanikannya. Menepuk dadanya lembut, seperti mantra untuk membuat jantungnya berdetak normal lagi.

"Mama?"

Hinata menoleh, melihat Rei yang menatapnya penuh tanya, khawatir, dan sedih.

"Apakah ada yang salah?"

Hinata menggeleng, memberikan sebuah senyuman.

"Mama hanya panik, mama tidak yakin apa sudah mematikan kompor tadi."

Ya, dan Rei masih ada di sini. Bersamanya. Alasan terbesar Hinata untuk bangkit dari keterpurukannya dulu. Pusat dunianya di mana Hinata merasa ia sendiri tak berarti. Seperti seonggok sampah tak bernilai. Dan Rei menjadi cahayanya. Penuntun hidupnya.

⚜️⚜️⚜️

Sasuke masih memandang dingin pada Naruto, mengintimidasi lelaki itu untuk bicara.

"Kenapa kau menanyakan itu Sasuke?"

Sebuah pertanyaan lainnya, membuat Sasuke dongkol.

"Kau bertemu Hinata, Dobe!" Sasuke berteriak marah, tidak dapat menerima bahwa ternyata Naruto dan Hinata mungkin lebih sering bertemu tanpa sepengetahuannya.

The CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang