BAB 2

18 3 0
                                    

Adzan maghrib menggema bersahutan seiring senyuman mega merah mengembang di cakrawala. Aku melangkah menuju mushallah diseberang jalan tak jauh dari kediamanku. Entahlah, hari ini cukup ramai yang berjamaah dibanding biasanya. Mungkin ada tamu, begitu pikirku. Selepas shalat berjamaah usai, kusegerakan pulang khawatir Mujab sudah tiba di rumah. Aku berpesan supaya nanti dia mampir kerumah setelah menjemput Ega.
Baru dua langkah dari tangga mushallah, terdengar suara wanita
menghentikanku.

"Hey, buru-buru amat. Jangan ditinggal tamunya," sahut seorang wanita yang berjalan bersama temannya sambil menyincing mukenahnya. Aku balikkan badan, ternyata Mbak Diah. Salah satu vocalis dan juga seniorku. Aku
hanya menimpali dengan senyum.

Aku tak berani mengumbar guyonan kali ini,
mataku terpana melihat gadis yang berjalan di samping Mbak Diah. Memakai mukenah kuning dengan motif bunga, wajahnya mungil dengan senyumnya yang
simpul. Seraut wajah yang sudah tak asing lagi, bahkan menghiasi layar kaca. Mukenah kuning yang dikenakannya menambah cerah wajahnya yang memang terbungkus kulit yang kuning langsat.

"Dia singgah dirumahku tadi. Biar bersantap dulu, kalau mau ikut monggo." Kata Mbak Diah sambil melirik padaku. Aku hanya mengacungkan jempol, lidahku kelu kala hendak berkata.
Gadis disamping Mbak Diah berpamit dengan meninggalkan sebuah senyum manis yang membuat jempol kakiku mencium batu.

Selepas Isya' bersama dengan para sahabat yang lain, kami berkumpul di rumah Mbak Diah. Sengaja dia menjadikan rumahnya untuk agenda kali ini. Personil dari mulai pemusik, para vocalis, kameramen, tim make up sudah duduk manis. Kali ini bukan rapat besar yang membahas pemecahan suatu masalah yang menggumpal, namun pembukaan dan briving agenda pembuatan album yang keempat belas ini.
Gadis manis yang murah senyum tadi tetap bersama Mbak Diah, bergabung dengan sahabat - sahabat vocalis putri dan tim makeup. Kembali bibir ini bergetar ketika hendak mempersilahkan gadis manis itu untuk sedikit memperkenalkan jati
dirinya. Untunglah lidahku tidak terkilir. Namanya Ega Noviantikasari, nama yang tidak asing ditelinga lapisan masyarakat dari perkotaan hingga pelosok desa.
Gadis berwajah mungil nan manis kelahiran Kuningan. Jauh dari Sunda datang ke Kota Bunga ini untuk memenuhi undangan emas yang aku sampaikan dua bulan lalu.

"Terimakasih. Suatu kebanggaan besar bagi saya bisa bergabung bersama digrup musik Az-Zahirah ini. Kita sama-sama belajar, dan sayapun masih perlu banyak belajar. Mari saling berbagi dan mudah-mudahan pembuatan album ini bisa
sukses. Aamiin."
terang gadis manis yang wajahnya kelihatan bersinar. Kulitnya
yang kuning langsat tertimpa cahaya lampu ruang tamu, membuatnya siapapun yang memandangnya akan menaruh suka.

Si Kuning dari KuninganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang