Ketabahan Cinta

5.1K 288 7
                                    

Oleh: Anik Norafni

Setelah membaca tolong tinggalin ☆ agar penulisnya senang. Maaf jika masih banyak typo. Happy reading

~~~~~¤¤¤¤¤~~~~~

"Dim. Jika kamu sudah nggak sayang istrimu lagi, lepaskan dia dan ikhlaskan dia buat aku." Suara Damar memecah kesunyian.

"Maksud Abang apa.?!" Tanyanya bingung.

"Aku sudah tau semuanya Dim. Memang pernikahan kalian bukan atas dasar saling mencintai. Tapi apa kamu tidak merasakan dan melihat cinta dan ketulusan dari istrimu." Damar menasehati.

"Bahkan istrimu itu tidak pernah membuka aibmu kepada siapapun. Termasuk sama orangtua kita." Lanjutnya lagi.

"Iya Bang. Mungkin aku yang sudah keterlaluan selama ini."  Sesal Dimas.

"Aku akan meminta maaf dan mengajak Risma pulang Bang." Lanjut Dimas.

"Kamu minta maaf lagi terus kamu sakitin dia lagi!?." Suara Damar naik satu oktaf.

"Berjanjilah pada dirimu sendiri Dim, bahwa kamu tidak akan menyakiti Risma lagi!." Lanjut Damar yang masih emosi  dengan saudara angkatnya itu.

"Iya Bang. Aku janji." Suara Dimas serak.

"Jangan cuma janji Dim. Tapi harus kamu realisasikan. Mungkin ini kesempatanmu yang terakhir karena Risma masih mau memaafkanmu. Jika istrimu bukan dia mungkin sudah lama berakhir rumah tanggamu itu." Damar mengingatkan lagi.

***

Satu bulan berlalu dari dari pertemuan itu. Dimas sudah menjemput Risma untuk pulang ke asrama. Keadaan seperti biasanya mereka saling bicara seperlunya. Tidak ada canda tawa dan kemesraan. Risma menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri termasuk tugas utamanya, memenuhi hasrat biologis suaminya.

"Sudah pulang Mas." Suaranya setelah membukakan pintu buat suaminya.

"Sudah. Siapkan perlengkapan mandiku."

"Sudah Mas dikamar. Selesai mandi kita makan bareng ya Mas." Tetapi suaminya tidak menjawab malah meninggalkannya masuk ke kamar. Risma menutup pintu sambil tersenyum getir.

Risma dengan sabar menunggu suaminya selesai mandi untuk mengajaknya makan bersama. Walau tidak bisa dipungkiri kalau perutnya sudah perih menahan lapar.

Dimas berjalan melewati ruang makan
"Sudah selesai Mas. Ayo kita makan dulu." Ajakan Risma ke suaminya.

"Makan saja sendiri. Aku sudah makan dikantin." Jawab Dimas dengan ketus lalu meninggalkan Risma sendiri.

"Sabar Risma... sabar. Mungkin Mas Dimas baru kecapean banyak kegiatan." Suara hati Risma menguatkan dirinya sendiri.

Dan akhirnya malam itu Risma harus makan sendiri lagi. Makanan yang tersisa ia panasi untuk makan keesokan harinya. Begitulah, hampir setiap hari ia alami. Tetapi Risma tidak pernah menceritakan masalahnya kepada siapapun, kecuali di sepertiga malamnya.

"Ya Allah sampai kapan suamiku seperti ini. Rubahlah sikapnya supaya lebih lembut kepada hamba dan menerima hamba apa adanya amin..."

Setiap sepertiga malam itulah inti doanya setiap hari yang dipanjatkan Risma untuk sang suami.

***

"Risma!. Ambilkan sepatuku." Dimas menyuruhnya dengan berteriak.
"Iya Mas sebentar." Risma berlari sambil membawa sepatu suaminya keruang tamu.
"Lelet banget sih kalau disuruh!." Bentak Dimas.
"Maaf Mas." Hanya itu yang diucapkan Risma tiap kali suaminya membentak.
"Mas. Nanti aku mau kerumah Mama ya. Kasian Mama baru sakit nggak ada yang nemenin." Risma meminta ijin kesuaminya dengan hati-hati.

Ketabahan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang