PERTEMUAN

29 2 2
                                    


Seorang pria berambut pirang bersembunyi di balik sebuah pohon besar, jantungnya berdegup kencang & keringatnya bercucur deras.

"Sial! Aku harus lari atau membunuhnya," ujarnya dalam hati.

Ia pun mengintip sedikit dari balik sebuah pohon besar, "Dia sudah pergi kah?" pikirnya. Saat ia ingin melangkah keluar dari persembunyiannya, tiba-tiba terdengar langkah kaki berlari mendekat. Varis mengurungkan niatnya untuk keluar,ia kembali bersembunyi di balik pohon.

"Gawat! Ternyata ia masih mengejarku," gumam pemuda itu bernafas terengah-engah.

"Jika aku mati, aku harap namaku terukir di tubuhnya."

Ia kembali mengintip untuk melihat keadaan. Lalu terlihat seekor singa bertanduk, berekor kalajengking dan kedua sayapnya yang telah terkoyak mendekati danau untuk minum, terlihat juga di tubuhnya banyak luka sayatan pedang.

"Manticore sialan! Sampai kapan ia akan mengejarku," kata Varis dalam hati.

Ia berpikir untuk lari dari keadaan tidak menyenangkan ini. Kakinya melangkah perlahan menjauhi makhluk buas itu, perlahan ia mulai berjalan, (Sfx: kratak!). Gawat! Kakinya menginjak ranting kering. Varis memejamkan matanya berharap tidak terjadi apa-apa.

"Matilah aku!" pikirnya.

Saat ia membuka mata dan menoleh ke belakang, manticore itu tetap menundukkan kepalanya dan minum dengan tenang.

"Syukurlah..." kata Varis sambil mengelus dada dan menghembuskan nafas pelan.

"Ayo kaki! Jika kau tidak menurut maka bukan aku saja yang akan mati, tapi kau juga akan menjadi santapan malam dan berada dalam perutnya," kata Varis pelan berbincang menyalahkan kakinya sendiri, seolah kakinya bisa diajak bicara.

Ia melanjutkan langkahnya perlahan. Baru saja melangkah dua meter, ia melihat seekor ayam hutanberdiri di depannya, "Ssst..." sembari mendekatkan jari telunjuknya ke bibirnya. Ia menyuruh ayam hutan itu agar tidak berisik atau bersuara. Akan bagus jika ayam bisa mengerti bahasa manusia, tapi pada dasarnya mereka hanyalah hewan yang biasa berkokok.

"Pok, pok! Pok! Pok! Pok!" ayam hutan berkokok kecil memiringkan kepalanya, "Aduh! Ssst...! Kubilang ssst...!" Varis menyuruh kembali ayam itu untuk tidak bersuara. Ketika ia ingin memulai langkah baru, ayam itu berkokok keras.

"Pok! Pok! Petok! Pok!Pok!Pok!Pok!"

"Gawat!" gumamnya.

"Apa boleh buat!" teriaknya sambil menghunuskan pedang besar yang ia sarungkan di punggungya. Tanpa disadari, dirinya sudah terbaring di tanah menahan cengkraman manticore menggunakan pedangnya.

"Uh, kau monster bau!" ujarnya sambil menahan bau mulut manticore itu.

"Siaaal! Aku tidak tahan lagi!"

Manticore itu semakin mendorong pertahanan Varis dan hampir melahap wajah penuh peluh itu. Namun monster mengerikan itu ambruk seketika menindih tubuh Varis.

"Hah? Apa dia kelelahan?" pikirnya. Varis segera menyingkirkan tubuh makahluk itu dan lekas berdiri. Dilihatnya sebatang panah menancap dia belakang kepala manticore.

"Ini kan...," Varis terkejut dan bergegas melihat sekitar.

"Hah? Seorang elf?! Apa yang dilakukan elf di sekitar sini? Oh, tunggu..., ini kan hutan."

"Huh? Apa yang dilakukan Petualang sendirian di sini?" kata elf wanita itu berjalan mendekati Varis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monster NestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang