Penantian Yang Berakhir

1.1K 133 101
                                    

Don't forget to play your media. 👌

Piano ini rusak, Mika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Piano ini rusak, Mika. Dia tidak lagi bisa menyanyikan lagu mayor yang indah. Yang ada hanya lagu sedih untuk menemani jiwa-jiwa yang terluka.


Dia, Garashya, kata lain dari bahagia. Garashya Ravan Kirani atau biasa dikenal dengan nama Rashya. Tidak seperti namanya, Rashya bukan orang yang cukup beruntung. Rashya tidak selalu bahagia. Bahkan bisa dibilang sebaliknya. Rashya lahir tidak memiliki siapa-siapa.

Ketika umurnya baru dua bulan, Rashya ditemukan di depan pintu sebuah panti asuhan. Dengan surat di atas tubuhnya.

Namanya Garashya Ravan Kirani. Yang artinya dia adalah wanita bahagia yang memiliki jiwa yang cantik dan bersinar.

Begitu isi sepucuk surat di atas tubuhnya. Rashya menjadi anak kesayangan dari pemilik panti asuhan. Sampai akhirnya ketika Rashya berumur sepuluh tahun, pemilik panti asuhan itu meninggal dan digantikan oleh pemilik yang baru.

Hidup menyedihkan Rashya bermula di sana. Semua orang membenci Rashya hanya karena iri dengan perhatian pengunjung panti yang selalu kagum dengan talenta Rashya bermain piano. Semua teman-temannya selalu mem-bully Rashya hanya karena alasan sepele.

Hingga suatu hari, Rashya memutuskan untuk berhenti bermain piano. Rashya kecil yang periang sudah hilang. Lebur sebelum dunia mengenalnya lebih dalam. Mengubur apapun kenangan orang-orang tentang senyum manisnya yang selalu ia sunggingkan.

Rashya yang periang digantikan oleh jiwa terluka, kasar, dan selalu membenci dunia sekitar.

***

"Heh! Anak panti asuhan kayak lo itu harusnya gak usah banyak gaya!" cetus Tiana sambil menjambak rambut panjang Rashya yang sedang menikmati alunan lagu Banda Neira menggunakan Walkman miliknya. "Berani lo ya deketin Mika, ha?!" tukasnya lagi.

Rashya yang tidak terima mendorong Tiana paksa sampai tubuhnya terjatuh. Melepaskan headset dari telinganya dan menaruh benda itu di bawah pohon bersama dengan Walkman berwarna abu-abu muda itu.

"Maksud lo apa? Jangan kira karena lo anak orang kaya di sini, gua bakal takut ya!" Rashya menggulung lengan bajunya hingga sepundak. Dia sudah siap untuk menghajar Tiana dan dua temannya. Tapi Tiana justru menyeringai.

Dari belakang, tiba-tiba gerombolan yang sudah Tiana persiapkan langsung menarik dua tangan Rashya. "Eh apa-apaan nih!" pekik Rashya ketika cowok-cowok yang ternyata sudah disogok uang duaratus ribu itu menyergap Rasha. Mengabaikan rontaan tubuh Rashya. "Lepasin gak!"

Tiana bertepuk tangan ria. Berjalan mendekat lalu memainkan jarinya di wajah Rashya. "Ini akibatnya kalo lo berani lawan Tiana!" tukasnya tajam penuh intimidasi. "Abisin geng!" perintah Tiana pada dua cewek yang sudah menyeringai membawa gunting.

Dua teman Tiana langsung mengarahkan gunting tajam itu dan membabat asal rambut Rashya. Mereka tertawa menikmati suara Rashya yang berteriak meminta tolong. Tapi sayang, tidak ada yang mendengar. Mereka berada di taman belakang sekolah yang jaraknya cukup jauh dari keramaian.

Priceless [One Shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang