Tulus↪ Windi

3 2 0
                                    


“Ra awaassss” pekiku saat melihat  sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arah Dara,dan menghantamnya sebelum aku sempat menuju ke arahnya.

Braaakkkk!!!!

Aku melihat tubuhnya terpental ke aspal yang keras, darah mengucur di sekitar kepalanya.
“Daraaaaaaaaaa”

Aku terbangun dengan peluh yang mengucur di sekitar dahiku, nafasku tersengal seperti habis berlari.

Ah mimpi itu lagi

Ku alihkan pandanganku menuju jam weker yang ada di nakas, pukul 07.15.

Aku bangkit dari ranjang lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Semalam aku baru terlelap pukul 2 pagi karena harus menangani pasien pasien ku di ruang operasi.

Setelah selesai membersihkan diri, aku bergegas mengganti pakaian ku dengan pakaian formal tak lupa dengan jas putih kebesaranku.

Tanpa berpikir untuk sekedar mengisi tenaga dengan sarapan, aku langsung menuju ke rumah sakit tempat ku bekerja.

Baiklah perkenalkan namaku Windi  Atmajaya,umurku 25 tahun, aku adalah seorang spesialis bedah ,hampir separuh hidupku ku habiskan do dalam ruang operasi.

Aku mendapatkan gelar spesialis ku di umurku yang masih di bilang belia yaitu 21 tahun.

Setelah sampai aku, berjalan melewati koridor koridor di rumah sakit ini, bukan rahasia publik lagi bahwa aku selalu menjadi pusat perhatian, bukannya sombong namun sudah banyak dokter,suster bahkan pasien wanita datang padaku untuk menyatakan perasaannya, namun aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

Aku tak bisa melupakan peristiwa di masa laluku yang masih menyisakan luka dan rasa bersalah di hatiku. Dan masa lalu itu juga yang menjadikan ku seorang pria dingin yang acuh tak acuh pada lingkungan sekitarku. Entahlah,aku hanya ingin sendiri dan menebus dosaku di masa lalu.

“Dok, dokter punya dua pasien pagi ini yang harus segera menjalani operasi” ucap asistenku yang baru muncul di balik pintu.
Aku hanya menganggukan kepalaku,lalu menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakaian ku dengan setelan khusus,lalu bergegas ke ruang operasi untuk menyelamatkan nyawa manusia yang berada di dalam sana, semoga apa yang aku lakukan dapat menebus dosa ku padanya

❄❄❄❄

I often close my eyes
And i can see your smile

Lagu itu menggema di dalam mobilku.

Tanganku dengan lancar mematikan musik tersebut, lagu itu hanya mengingatkanku padanya. Dan aku benci itu.

Ku arahkan mobilku menuju ke sebuah pemakaman,aku sering memimpikannya akhir akhir ini mungkin karena aku jarang mengunjunginya.

Ku parkirkan mobilku di depan pagar besi ber cat hitam yang menjulang tinggi di depanku.

Ku langkah kan kakiku menuju area pemakaman ini,tak sedikit pun rasa takut yang hinggap di benaku.

Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini.

Langkah kakiku terhenti di sebuah nisan

“hai,apa kabar??”

“maaf akhir akhir ini aku sibuk, karena itu aku jarang mengunjungimu”

“maaf, semoga kamu tenang di sana” ucapku beranjak pergi.

Aku tak ingin berlama lama ada di tempat ini, aku benci hal yang akan mengingatkanku padanya, karena semakin aku mengingatnya semakin aku merasa bersalah dan semua itu membuat ku merasa tak nyaman.

Aku berusaha mengalihkan pikiran ku dari kejadian itu dengan cara bekerja dan terus bekerja, entah kapan tepatnya aku menjadi seorang workaholic, dengan wajah datar dan sifat yang dingin.

TulusWhere stories live. Discover now