"Aku sayang mama, mama jaga kesehatan ya. Sampai ketemu minggu depan! Aku akan menjemput papa dan mama di bandara hehe. Dah~"
Doyeon menjauhkan ponsel pintarnya dari telinga dengan cepat, kemudian menatap satu persatu diantara kami berlima dengan tatapan bahagianya.
Saat ini aku, Doyeon, Phim, Yohan, Minhee dan kak Yuvin tengah berada di kantin fakultasku. Secara tiba-tiba Phim dan Doyeon menyeretku yang baru saja turun dari tangga yang menghubungkan antara lantai 1 dan lantai 2, kemudian menuju kantin fakultasku yang kebetulan cukup ramai hari ini.
Begitu sampai di kantin, kedua mataku dengan otomatis menemukan dua tubuh menjulang bak tiang listrik teman kecilku dan juga kakak tingkat dari fakultas belakang, juga bocah pirang yang dengan tidak tau malunya menggoda adik-adik tingkat ku yang tengah duduk santai di meja kantin yang jaraknya tak begitu jauh.
"Papa dan Mama Kim kapan sampai? Aku tak sabar untuk bertemu mereka!" tanya Phim dengan semangat menggebu, gadis itu bahkan sampai menggebrak meja tempat kami berada. Phim sangat dekat dengan Papa dan Mamanya Doyeon karena Phim dan Doyeon sendiri termasuk orang yang mudah bergaul sehingga kedua keluarga sudah saling kenal.
"Bagaimana jika kita jemput saja bersama? Sekalian kita home tour di rumah Doyeon?" kak Yuvin tergelak melihat wajah cemberut Doyeon. Gadis bermarga Kim itu seperti tau saja kebiasaan kakak tingkat kami itu soal bertamu ke rumah orang.
Kalau tidak mengacau ya. . . mengotori rumah dan amat sangat disarankan untuk tidak mengajak teman seperti kak Yuvin. Merepotkan.
"Boleh juga tuh! Jam berapa kak Doyeon akan menjemput Papa dan Mama Kim? Aku ikut!" teriak Minhee, si bocah pirang yang kini menempeli ku 一memeluk lengan kiri ku dengan manja. Sebagai gantinya ku usap kepala bocah itu.
"Jam 9'nan mungkin, tapi tergantung aku bangun jam berapa sih hehe." Beberapa plastik kecil berisikan makanan ringan nampak melayang ke arah Doyeon yang hanya tertawa lebar, benar-benar anak yang ceria.
"Eum, sorry guys." Lima manusia yang berada di sekitarku itu mengalihkan atensi mereka padaku, ku hela nafas pelan dan ku tatap Doyeon dengan pandangan menyesal, "Sepertinya aku tidak bisa ikut menjemput. Minggu depan aku ada tugas lapangan dan aku tidak bisa untuk tidak mengerjakannya. I'm so sorry, Doyeon-ah."
"Bolos saja kak!" Minhee dan mulut serobotnya yang menyebalkan, bocah pirang itu menarik-narik tanganku, merengek, "Kalau kak Hangyul tidak ikut, aku tidak mau ikut!"
"Benar-benar tidak bisa ditinggal Hangyul-ah? Papa dan Mama tentu ingin melihatmu juga." aku tersenyum sedih mendengar nada sedih tersebut, ku tepuk kepala dengan surai hitam legam Doyeon pelan, "Aku akan datang ke rumahmu, jangan khawatir. Kalau sudah selesai, aku akan langsung ke rumah mu kok Nona Kim."
"Tugas lapangan? Dimana?" tanya Yohan, teman kecil ku itu menatapku penuh selidik. Kubuka mulut ku untuk menjawab pertanyaannya, belum juga bersuara, kak Yuvin menyela dengan cepat, "Sekelompok dengan siapa? Ada berapa orang?"
Aku berdecak pelan mendengar pertanyaan dua manusia di depanku.
Phim justru terkekeh pelan, "Kalian berdua sudah seperti Ayah yang mengintrogasi anak perawannya saja."
"Kalian berdua sungguh berisik, aku hanya mengerjakan tugas bukan menjadi pencuri yang merampok bank, okey?" ujarku sedikit kesal, ku jauhkan pula kepala yang penuh dengan rambut sewarna margarin yang sedari tadi mengusal lenganku. "Sudah ya? Setelah ini aku masih ada urusan penting, jadi aku harus pulang dulu."
Minhee, bocah pirang yang kepalanya ku jauhkan itu justru beralih memeluk pinggangku. Tidak mau lepas setelah kutarik-tarik lengannya yang sekeras beton. "Minhee, lepaskan. Aku sibuk oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[⏯] Inside of Me
Fanfiction"Apa yang kalian lihat dari diriku, tentu berbeda dengan apa yang kulihat." "Sekalipun kalian ada disampingku, yang kurasakan hanyalah. . . kehampaan, kesendirian dan terabaikan." "No one can understand me.. No one care about me.." . . . . . . This...