sang pembebas Al-Quds

106 6 0
                                    

Pada tanggal 2 Oktober 830 tahun lalu, tinta sejarah telah mencatat peristiwa besar dalam peradaban Islam, khususnya bagi negara Palestina. Peristiwa besar tersebut adalah pembebasan kota suci Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha oleh sang ksatria Islam Shalahuddin Al-Ayyubi.

Latar belakang Shalahuddin Al-Ayyubi

Dilansir dari aspacpalestine.com, Shalahuddin Al-Ayyubi bukanlah berasal dari keturunan bangsa Arab, melainkan bangsa Kurdi. Ia bernama asli Yusuf bin Najmuddin Ayyub, lahir di wilayah Tikrit, sebuah wilayah di Kurdi, utara Irak.

Pengalaman hidupnya banyak dihabiskan di medan perang, dimulai usia 14 tahun Shalahuddin Al-Ayyubi telah turut berangkat ke Damaskus sebagai tentara Sultan Nuruddin penguasa Baghdad saat itu. Karirnya mulai melejit ketika ia menaklukan Dinasti Fathimiyah (dinasti Syiah) karena menolak tunduk pada Dinasti Abbasiyyah.

Kemudian perhatiannya tertuju pada Baitul Maqdis, yang seharusnya menjadi kota ibadah yang damai, sejak Khalifah Umar bin Khattab membebaskan kota tersebut untuk pertama kalinya. Namun, peristiwa pembantaian berdarah terhadap penduduk Muslim di sana, telah mencoreng sejarah pembebasan Umar dan kejayaan Islam.

Pembebasan Al-Quds dan Al-Aqsha oleh Shalahuddin Al-Ayyubi

Pembebasan Al-Quds dan Al-Aqsha oleh Shalahuddin Al-Ayyubi terjadi pada tanggal 2 Oktober 1187 bertepatan dengan 27 Rajab 582 H atau pada malam peringatan Isra' dan Mi'rajnya Rasulullah SAW. Pembebasan tersebut tidak serta merta terjadi begitu saja, ada perjalanan panjang yang harus dilaluinya untuk mampu membebaskan keduanya. Dimulai dengan perang Hittin dan segala peristiwa yang menguras tenaga dan pikirannya dalam memenangkan perang tersebut.

Peristiwa pembebasan Al-Quds dan Al-Aqsha yang saat itu dikuasai kaum Salibis terjadi tanpa adanya pertumpahan darah yang besar, seperti yang dilakukan kaum Salibis terhadap kaum Muslim ketika merebut Yerusalem dari tangan Muslim. Saat Al-Quds ditaklukan, dengan penuh kearifan dan kebijaksaan Shalahuddin Al-Ayyubi memberikan jaminan keselamatan untuk seluruh penduduk kota tersebut.

Dan kepada kaum Salibis yang kalah perang, Shalahuddin Al-Ayyubi tidak menghabiskan seluruh pasukan kaum tersebut, akan tetapi hanya meminta mereka membayar Jizyah (pajak). Bahkan itu hanya dikenakan kepada mereka yang memiliki kemampuan harta saja. Serta toleransi tinggi yang ditunjukkannya kepada kaum non-Muslim, dengan mempertahankan tempat-tempat peribadatan mereka.

Selain kecerdasan strategi perangnya, kharismatik wibawanya dalam memimpin kaum Muslim hingga dapat membebaskan Al-Quds dan Al-Aqsha. Ada hal yang paling mendasar yang ada dalam diri Shalahuddin Al-Ayyubi hingga mampu mencatatkan namanya dalam sejarah sosok yang luar biasa dalam peradaban manusia, yakni keyakinan dan keteguhan hatinya pada Allah SWT yang menjadi kunci utama keberhasilannya.

Hikmah dari sepenggal kisah Shalahuddin Al-Ayyubi

Uraian di atas hanyalah sepenggal kisah perjalanan dari Sang Ksatria Islam Shalahuddin Al-Ayyubi, banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah beliau. Terlebih dalam dunia pendidikan Islam, yang dipastikan setiap diri menginginkan keturunan yang hebat layaknya beliau.

Hikmah dari kisah beliau dalam penerapan pendidikan pada anak, antara lain:

Menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT (Tauhid),Mengajarkan toleransi kepada anak,Memberikan contoh kesabaran pada anak,Dan menanamkan pada anak perjuangan untuk meraih segala impiannya.

Semoga apa yang dipaparkan di atas dapat menjadi pelajaran dan penyemangat bagi setiap diri untuk mendidik anak-anaknya agar mengukir prestasi gemilang layaknya Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sejarah-sejarah IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang