DESTINY

250 31 6
                                    

Sungmin memasuki ruangannya dengan sedikit tergesa-gesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungmin memasuki ruangannya dengan sedikit tergesa-gesa. Semalam ia memang harus menyelesaikan beberapa proposal yang rencananya akan ia ajukan di depan klien siang ini. Itulah sebabnya Sungmin harus begadang semalaman hingga akhirnya harus terlambat datang.
Terdengar suara ketukan pintu.
“Masuk.” Sungmin meletakkan berkas proposalnya di atas meja. Ia lalu meletakkannya tasnya di sisinya.
“Nona Lee, Tuan Cho meminta memundurkan jadwal pertemuannya nanti malam,” ucap Nicole, sekretarisnya di dalam kantor.
“Baiklah. Di mana? Apa untuk tempat pertemuan masih sama sesuai dengan perjanjian?” tanya Sungmin sambil menyesap teh beraroma chamomile kesukaannya.
“Mengenai tempat pertemuan juga berubah. Tuan Cho meminta Anda menemuinya di club XS.” Terdengar suara Nicole yang sedikit memelan saat mengucapkan tempat perjanjian yang baru.
Tepat seperti dugaan Nicole, setelah mengucapkannya, seketika membuat Sungmin tersedak.
“Apa?! A-apa kau tidak salah mendengar, Nicole?” tanya Sungmin ragu. Pasalnya, ini pertama kali dalam sejarah hidupnya selama bekerja, jika ada seorang pimpinan yang meminta pertemuan untuk presentasi pengajuan proposal di sebuah club malam.
Nicole menatap Sungmin penuh sesal dan menggelengkan kepalanya pelan. “Sayangnya tidak.”
Sungmin menggigit bibirnya ragu. Walau saat ini ia sudah berumur dua puluh lima tahun, tidak pernah sekalipun ia pernah memasuki tempat laknat itu.
“Bagaimana, Nona? A-apa kita akan membatalkan pertemuan ini?” tanya Nicole. Ia dapat menangkap raut keraguan dalam wajah atasannya itu.
“Cho Corps adalah sebuah perusahaan besar, dan aku rasa membatalkan perjanjian dengan perusahaan itu pasti akan membawa dampak buruk bagi kelangsungan perusahaan kecil kita,” ucapnya.
Memang, perusahaan Sungmin yang bergerak dalam bidang jasa event organizer ini baru dibuka sekitar tiga tahun lalu, namun berkat kegigihan dan kerja kerasnya, perlahan namun pasti, nama perusahaannya, MinniEO mulai diperbincangkan oleh beberapa perusahaan ternama. Dan salah satunya adaah Cho Corps yang dua hari lalu menghubungi sekretarisnya untuk membuat janji temu dengannya.
Nicole sejenak terdiam lalu mengangguk setuju.
“Baiklah, apa kau bisa pergi menemaniku menemui mereka?”
Nicole menggigit bibirnya dengan takut. “Maafkan aku, Nona. Tapi ...”
Sungmin menghela napasnya dan mengangguk paham. “Baiklah. Tidak apa-apa. Aku akan meminta Daniel untuk menemaniku,” putus Sungmin. ia tahu, jika Nicole tidak mungkin bisa pulang di luar jam kantor, mengingat ia meninggalkan putrinya yang masih kecil berusia sekitar tiga tahun di apartemennya. Dan karena seorang pria brengsek yang dengan mudah meninggalkannya ketika hamil, membuat Nicole harus bersusah payah menghidupi putrinya sendirian.

Sesungguhnya Sungmin bertemu dengan Nicole ketika Nicole menggendong bayinya dan berjalan ke sana kemari mencari pekerjaan yang tentu saja hampir semua menolaknya. Saat itu, Sungmin baru saja merintis usahanya, dan jaminan kesuksesan sama sekali belum terlihat di depan mata, namun dengan penuh terima kasih Nicole menyanggupinya.
Di awal tahun pertama, setiap kali Sungmin merasa lelah dan ingin menyerah, ia selalu melihat Nicole dan memikirkan putrinya jika usaha yang dirintisnya ini gagal. Karena itu, kini setelah tiga tahun berjalan dan usahanya mendapat banyak pemasukan, Sungmin memberi gaji yang berlebih pada Nicole. Bahkan ia juga yang mencarikan seorang pengasuh untuk putri kecil Nicole. Bukan karena ia tidak suka jika gadis kecil itu berkeliaran dikantornya, namun, ia merasa kasihan setiap kali melihat wajah lelah dan bosan saat harus menunggu ibunya menyelesaikan pekerjaannya.
“A-apa tidak apa-apa jika Anda pergi bersama Tuan Daniel?” tanya Nicole sekali lagi. Ia merasa khawatir karena ia mengenal Sungmin. dan selama ia mengenal wanita yang berhati baik itu, ia yakin jika Sungmin bukanlah tipe wanita yang menyukai tempat seperti itu.
Sungmin tersenyum dan menggeleng. “Tidak apa-apa, Nic, kau jangan mencemaskanku. Baiklah, kembalilah keruangan mu. Kita harus menyelesaikan beberapa proyek lainnya.”
Nicole sedikit membungkukkan badannya ke arah Sungmin lalu segera berbalik keluar.
Tepat setelah Nicole menutup pintu ruangannya. Sungmin segera meraih ponselnya yang berada di atas meja kerja dan mencoba menghubungi Daniel, sahabatnya sejak ia memutuskan untuk pindah ke London.
Dalam dering kedua terdengar suara serak seorang pria di seberang sana. “Halo? Ya, honey? Ada apa?” Daniel memang sudah terbiasa memanggil Sungmin dengan sebutan honey sejak dulu, dan Sungmin sama sekali tidak keberatan akan hal itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang