Terkadang aku ingin sekali menjadi seperti Milea yang beruntung dapat bertemu dengan Dilan. Laki-laki yang mampu membuatnya tersenyum setiap harinya.
Tapi itu hanya khayalan yang terlintas dalam benak bodohku.
Pada kenyataannya, aku mencintai seseorang yang tak pernah sama sekali menginginkan diriku disisinya.
Merindukan seseorang yang belum tentu merindukan ku juga. Mendambakan seseorang seperti mendambakan sosok Bulan, jauhh.
Entah apa yang ada didalam benak ku. Kata "bodoh" mungkin pantas untuk menjadi julukan ku. Bagaimana tidak? Jika memang sudah tidak berhasil untuk apa berjuang kepada seseorang yang sama sekali tidak memiliki rasa bahkan secuil pun tidak.
Tapi aku menginginkan nya dan selalu berharap jika dia membalas perasaan yang ku punya. Walau saja itu sulit.Cinta memang menyesakkan tapi Cinta juga sangat mengasyikan. Aku selalu tersenyum karenanya bahkan adrenalin yang ku rasakan saat bertemu dengan seorang yang ku cinta itu sangat mendebarkan apalagi jika bertemu dengan matanya.
Aku selalu tersenyum tanpa tahu apa arti luka.
Aku selalu tertawa tanpa tahu arti sedih, bahkan aku selalu menyembunyikan tangisan ku kepada semua orang karenanya.
Dia berhasil membuaku jatuh cinta saat berada disekitarnya. Melihatnya tersenyum saja sudah menjadi obat untuk luka yang dia buat sendiri.
Tawanya yang selalu membuatku tersenyum bahagia.
Dia adalah seseorang yang selalu membuat ku tersenyum manis setiap harinya.
My First love Dafian.
~0~
PrologRia memutar bola matanya kesal menunggu temannya yang saat ini sedang cekakak-cekikik tidak jelas. Dia sedang berada didepan gerbang sekolah menunggu sahabatnya. Athira Aufa Rizki. Siapa lagi kalau bukan dia gadis cantik yang otaknya agak miring sedang senyum-senyum tidak jelas sambil melihat goodie bag yang berisi makanan.
“Ra gue rasa lo udah gak waras gara-gara si Dafian my Prince Kodok lo itu.” Ketus Ria.
Orang yang diajak bicara mendelik sebal dan kembali menatap goodie bag tersebut. “Pake acara bawain makanan lagi, lo kira si pangeran kodok lo itu anak TK?” Ria kembali berucap dengan nada sebal. Ira hanya menatap Ria dengan sinis dan menaikan ujung bibirnya.
“Ria ku yang baik lo tuh kenapa sih? Lagi pms? Marah-marah mulu. Nih ya Ri----”
“Tuh Pangeran kodok lo udah dateng!” Potong Ria saat melihat dari kejauhan sosok yang sedang ditunggu mereka berdua sudah datang. Dafian Akmal Putra. Ira merapihkan pakaiannya yang sudah sangat rapi dan berjalan menatap Dafian dan teman-temannya.
Gadis itu tak hentinya tersenyum manis dihadapan pria itu. Sadar akan Ira dia memasang wajah datar dihadapan gadis itu padahal Ira tahu jika sebelumnya dia tengah tertawa seperti orang gila bersama teman-temannya.
“Daf ada Ira tuh wkwk” ejek salah satu temannya disambung dengan cengiran dari beberapa temannya. Dia Febian.
“Hai?” sapa Ira dengan senyum merkah yang bisa membuat seseorang meleleh seketika karena Ira memang sangat manis dia memiliki Lesung dikedua pipinya.
Yang disapa tidak menghiraukan dan malah melenggang pergi. “Dafian!” teriak Ira. Dafian menoleh menatap Ira yang sudah ancang-ancang akan mengucapkan sebuah kalimat.
“Nih ambil, buat lo jangan lupa dimakan.” Ucap Ira menyodorkan goodie bag itu kepada Dafian. Dafian menatap goodie bag tersebut dengan cukup malas, tangannya terangkat untuk mengambil barang tersebut.
Mata Ira sudah tidak bisa digambarkan lagi dia tersenyum bangga karena itu. Dafian mengambil goodie bag tersebut dan…
Pluk
Lemparan yang mulus. Goodie bag yang berisi makanan itu dengan mulus masuk kedalam tong sampah.
Ira membulatkan matanya. Ria pun kaget dengan apa yang dilakukan oleh Dafian. Temannya? Sudah hafal betul akan sikap Dafian. Dafian pun pergi tanpa mengupakan kalimat apapun kepada Ira.
DAVIRA
Hey hey guys baru permulaan nih hehe. Oke jangan lupa vote and komen dan rekomendasiin buat castnya okee.
See youuu💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFIRA
Teen FictionMencintai seseorang tanpa memiliki perasaan yang sama memang berat dan menyakitkan. Tapi aku selalu percaya jika perjuangan tidak dapat mengkhianati hasil. Dafian. Laki-laki absrud yang membuatku jatuh cinta. Kelakuanya yang petakilan itu membuatku...