02 Dua

15 0 0
                                    

Aku selalu berterimakasih pada siapapun yang selalu berhasil membuat ku menjadi seseorang yang spesial di dunia ini.

~o~

Ira duduk tepat di Halte dekat sekolahannya. Dia memainkan handphonenya itu untuk menghubungi mamahnya untuk menjemputnya karena tidak mungkin Ira menaiki angkutan umum sungguh dia sudah kapok menaiki angkutan umum itu sudah empet-empetan terkadang ada juga yang mencari-cari kesempatan untuk meraba paha perempuan.

Ira pernah beberapa kali menaiki angkot waktu pulang sekolah tapi saat dia menaiki angkot yang terakhir kalinya sampai saat ini ia tidak ingin menaiki angkutan umum itu. Kamu harus tahu saat dia sedang duduk sangat desak-desakan dan saat itu pula ada laki-laki yang mencoba mengelus paha Ira dan mengelus tangan Ira takada hentinya sampai membuat Ira bergidik ngeri dan sampai saat itu dia ogah menaiki angkutan umum.

"Huh.. kalo aja gue boleh bawa kendaraan sendiri pasti gak bakal kaya gini. Pasti sekarang gue udah leha-leha nonton Tv dirumah." Ucap Ira dengan sangat kesal dia terus menatap jam yang ada di handphonenya itu pukul 15.30. Sudah hampir setengah jam dia menunggu mamahnya tapi tetap saja tak ada tanda-tanda kedatangan mamahnya itu.

Treng.. Teng.. Teng.. Teng.. Teng.. Teng

Suara lantunan gitar yang memang sangat tidak asing ditelinga Ira itu suara petikan gitar yang menjadi nada dering handphonenya. Ira menatap layar tersebut menampilkan nama "Mamah" yang ada dilayar tersebut dengan cepat ia menggeser ke arah tombol hijau itu dan meletakkan ditelinganya.

"Halo" Ucap Ira disusul dengan sahutan disebrang sana,

"hah.. Ira udah nungguin tau ma, cepet ah Ira gak mau naik angkot atau apalah itu pokoknya gak mau." Omel Ira kepada orang yang dipanggilnya mamah itu. Lalu setelah tidak terdengar lagi ucapan dari sebrang sana Ira langsung mematikan telephone tersebut.

Dia kesal sangat kesal karena mamahnya tidak bisa menjemputnya karena sedang ada acara arisan ibu-ibu. Dia beranjak dari tempat yang ia duduki setengah jam yang lalu, dia dengan sangat tidak enak hati mengikuti kata mamahnya yang menyuruhnya untuk naik angkot ke rumahnya itu.

Kalau saja tadi Ria tidak ada urusan eskul pasti dia pulang dengan Ria dan tak masalah jika dia harus naik angkutan umum toh itu denga Ria.

Dari kejauhan Ira terkejut melihat seseorang yang sangat ia kenal itu.

"Eh itukan Dafian, uhh ganteng banget sih kalo lagi naik motor ahh jadi makin cinta hehe." Ucapnya seperti orang yang benar-benar tidak tahu malu.

"Dia kok malah kewarung depan sih gak pulang? Huh dasar cowo."

Tesss

Satu tetesan air hujan itu sukses membuat Ira kalang kabut. Dia belum pulang dan sekarang hujan walau lebih tepatnya masih gerimis.

"Ahh ngeselin banget sih, padahal gak mendung eh tiba-tiba hujan. Suee" gerutu Ira sangat kesal.

Dia menghela napas dan yang tambah kesal adalah tidak ada angkutan yang lewat. Jika saja angkutan sebelumnya tidak penuh pasti Ira sudah sampai rumah tapi sedari tadi angkutannya sudah ramai dan penuh, tidak mungkin jika Ira akan masuk jika sempit seperti itu.
Ira komat-kamit tidak jelas seperti orang meminta doa. Tapi dilihat dari prilakunya seperti orang gila yang sedang menggrutu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang