Bab 2 - Lubang

726 40 11
                                    

Mataku masih terpejam walau kesadaranku sudah kembali. Aku mulai membuka mataku sedikit demi sedikit. Dengan mata setengah terbuka aku melihat cahaya dari lampu yang terang berwarna putih. Sepertinya aku sedang dibawa dengan tempat tidur yang memiliki roda oleh 2 wanita dan 1 laki-laki. Mereka memakai pakaian serba putih. Aku sudah tidak asing dengan warna putih dan aku tahu mereka tinggal disini.
Setelah sampai di depan pintu sebuah ruangan, dengan masih berpura-pura tidur, badanku diangkat oleh 3 orang itu dan aku ditempatkan dalam sebuah ruangan yang sangat gelap. Apa apaan mereka ini? Apa salahku sehingga aku ditempatkan di ruangan ini? Aku hanya sedang bermain di luar dan mereka menempatkan diriku disini?
Aku sangat tidak suka kegelapan. Di dalam kegelapan terdapat banyak sekali orang yang membenciku. Tiba-tiba dalam kegelapan muncul wajah dari orang-orang yang telah aku potong kepalanya. Mereka tidak suka dengan keberadaanku.
Daripada semua itu, aku lebih khawatir dengan ruangan ini. Ini benar-benar gelap dan sangat sunyi. Aku bisa mendengar detak jantungku yang agak keras di ruangan ini dengan telingaku. Aku tidak melihat apa apa selain kegelapan. Aku mulai berlutut dan menyentuh lantai karena takut. Lantainya seperti batu. Aku mulai mundur sedikit demi sedikit dan saat itu aku menyentuh dinding. Aku penasaran dengan luas ruangan yang gelap ini.
Aku mulai mengikuti dinding dengan berjalan dan menyentuh dinding. Aku menyusuri dinding itu dengan sangat lama. Sepertinya ruangan ini sangat luas. Setelah beberapa saat kemudian aku muai mencapai sudut ruangan ini. Menurut perkiraanku itu berlangsung selama 5 menit. Aku pun melanjutkan hal yang sama dengan dinding selanjutnya. Benar benar lama,kira kira itu berlangsung selama 7 menit. Berarti ruangan ini memiliki dinding yang berbeda ukurannya.
Karena merasa takut berjalan ke tengah ruangan, aku berdiam diri di sudut ruangan dan berbicara dengan beberapa wajah yang muncul dalam kegelapan. Mereka mengatakan bahwa ruangan ini berbahaya dan ini sebagai hukuman untukmu karena bermain diluar tanpa izin. Aku kira hal itu ada benarnya.
Tanpa ada pemberitauan tiba-tiba sebuah benda misterius masuk kedalam ruangan ini melalui lubang yang aku lupa ada dimana karena pola di semua dinding ruangan ini sama. Aku penasaran dengan benda misterus itu karena aku tidak bisa melihat dengan kegelapan yang luar biasa ini. Setelah kusentuh baik-baik, ternyata itu adalah roti dan sayangnya hanya ada satu roti. Aku mulai memakannya. Teksturnya sangat keras dan susah ditelan. Entah bagaimana akhirnya aku menghabiskan roti itu walaupun agak keras.
Aku pun segera melanjutkan penelitianku dengan ruangan aneh ini.  Aku mulai merangkak sedikit menuju tengah ruangan ini. Kali ini akan aku beranikan diriku. Selang berapa lama aku menemukan hal ganjil pada lantai ini. Ini mirip sebuah lubang tapi aku tidak dapat melihat bagaimana rupa lubang tersebut baik itu sedikit maupun secara keseluruhan.
Aku mulai memegang ujungnya lalu menempatkan tanganku pada benda yang mirip lubang itu. Dari besarnya dan dalamnya , lubang ini sangat mirip dengan sumur. Tapi lubang ini sepertinya hampir seluas ruangan ini karena 10 menit tadi aku hanya mengikuti sisi lubang ini. Aku juga bertambah takut dengan kedalaman lubang tersebut yang masih belum jelas dan sepertinya sangat dalam.
Aku mendengar suara tikus dalam kegelapan. Matanya merah menyala dalam kegelapan dan terlihat sedang memakan sisa makananku. Saat dia mulai berjalan kearah lain, tiba-tiba ia terjatuh ke lubang tadi dan setelah itu aku tidak pernah mendengar suaranya lagi. Hal itu semakin memperjelas bahwa lubang itu sangatlah berbahaya untuk didekati.
Aku pun berpikir bagaimana aku bisa dimasukkan keruangan ini karena aku benar benar tidak  bisa melihatnya dalam kegelapan yang luar biasa ini. Aku mulai kembali menyusuru dinding ruangan ini  dengan merasakan dinding ruangan ini dengan kuku jariku yang panjang. Mungkin saja aku akan menemukan garis celah yang membentuk pintu disini. Akan tetapi, aku sama sekali tidak dapat menemukannya.  Ruangan macam apa ini? Bagaimana mereka bisa menempatkanku  disini?
Aku mulai ketakutan. Mungkinkah ini mimpi buruk yang tak berujung? Apakah ini dunia setelah kematian? Aku benar-benar tidak tahan. Seluruh anggota tubuhku meneriakkan kalimat “kau telah mati” secara terus menerus. Karena kesal aku mulai berteriak dan menggigit anggota tubuh diriku yang bisa kugigit. Huuuuaaaaaaaaa!!!!!! Rasa sakit yang luar biasa setelah aku merasakan cairan yang mengucur dari tangan yang telah kugigit. Aku mulai membenturkan kepalaku ke dinding hingga aku mulai hilang keseimbangan. Dari kesunyian ruangan ini aku bisa mendengar detak jantungku yang keras dan itu sangatlah mengganggu.
Aku mulai bangun dan berjalan dengan sisa tenagaku menuju ke tempat lain di ruangan ini. Mungkin setelah ini aku akan mati. Tiba tiba aku terpeleset dan terjatuh kedalam lubang besar tersebut dan aku merasa kehilangan semuanya.

                           *****

Dokter dengan jubahnya menuju ke ruang cctv untuk memeriksa rekaman dari ruang maut buatannya. Dengan cahaya night vision dia melihat rekaman beberapa waktu yang lalu.
“Ternyata dari sini dapat disimpulkan bahwa kegelapan dan kesunyian mampu memunculkan halusinasi yang sangat mengganggu.” Jelas oleh sang dokter diakhiri oleh suara tawa yang membahana setelah melihat pasiennya terjatuh kedalam lubang dari ruang mautnya.

SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang