Ini aku. Iya aku. Bernama Asifa, hanya Asifa tidak ada kepanjangannya. Lahir dengan darah sunda, di kota Bandung namun aku tinggal dipekampungan. Perempuan dua puluh tahun yang tengah kehilangan diri sendiri. Aku tidak tahu apa yang aku inginkan, apa yang aku cita-citakan. Aku tidak tahu.
Aku bercermin, dan melihat wajahku disana tampak menyedihkan. Mata merah dengan air mata yang kering, rambut terikat tak beraturan. Masih memakai baju tidurku yang berwarna abu-abu karna ini masih pukul 8.20 AM.
Aku bekerja disalah satu gerai apotek besar. Aku tidak tahu apakah aku membutuhkan pekerjaan ini atau tidak. Tapi tiba-tiba saja aku meninggalkan kota tersayangku, Bandung dan pergi kesini dengan pikiran kosong. Aku pikir aku butuh uang, atau aku hanya berlari?
Aku baru seminggu disini. Seminggu yang berat. Yeah aku masih trainee kerja. Kerjaanku tidak mulus lalu setengah uangku dicuri oleh teman satu kost-an. Miris. Disaat aku setengah hati pergi kesini aku mengalami kejadian seperti ini.
Aku ingin pulang! Ya Tuhan aku lelah aku ingin pulang. Ini adalah kalimat yang selalu hatiku teriakkan.
Sebelum pergi kesini tepatnya diperjalanan (saat naik gojek) aku dicegat ular hitam. Sedikit aneh. Ditengah ramainya kota ada ular menyebrang menghalangi jalanku. Pikiranku tidak karuan. Sungguh. Aku ingin pulang.
Aku menelpon orang tuaku dan menceritakan semuanya.
"Ayah aku kehilangan uang, aku mengalami kejadian buruk dijalan, aku nggak tau disini aku akan betah atau nggak"
"kalau sekiranya kamu tidak betah. Pulang saja jangan memaksakan diri seperti dulu-dulu" ucap ayah. Lalu mama menyambung kalimatnya
"katanya kamu bener-bener pengen kerja. Sekarang kamu yang gak betah"
"Ma, disini sistem kontrak. Aku mau kuliah tahun ini dan kerja disini tuh gak dibolehin kuliah, masa aku nunda-nunda kuliah terus. Kan sayang waktunya"
"kenapa harus kuliah sih? Udah fokus aja kerja nggak usah kuliah" kata mama.
Aku terdiam. Badmood sekali mendengar ucapan mama yang seperti itu. Lalu kami lanjut ngobrol seperti biasa tanpa menyinggung soal kuliah.
Ya, aku ingin kuliah. Sangat ingin. Aku memang tidak begitu pintar. Tapi aku ingin kuliah. Salahkah?
Lagipula kadang aku ini bodoh ya. Aku tahu orang tuaku bukan tempat untuk berkeluh kesah yang tepat tapi aku masih saja bercerita.
Aku ingin begini. Aku ingin begitu. Halah tapi aku sadar semua hanya angan-angan. Lalu air mataku jatuh lagi.
Diusiaku yang ke dua puluh, aku merasa mentalku semakin buruk. Aku takut bersosial, aku sulit merasa nyaman, aku takut bermimpi. Takut akan banyak hal. Selalu takut. Karena kadang aku selalu merasa sendirian. Teman semakin berkurang, sahabat? Ntahlah, aku tidak punya siapa-siapa disini. Aku, bahkan tidak mampu membela diriku sendiri disaat semua orang semena-mena padaku. Aku tau ini menyedihkan aku sadar, tapi sangat sulit merubah semuanya.
Dunia ternyata seluas ini, hati orang ternyata begitu beragam hingga aku tidak tahu mana yang tulus dan asli. Menakutkan, sangat menakutkan.
Mama, papa. Dukung aku tolong. Aku tidak bisa mandiri rasanya. Semangati aku siapapun.
Aku ini belum dewasa, aku ini masih pengecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left or Right
Non-FictionHidup itu soal pilihan kata orang. Ada puluhan bahkan ribuan jalan yang bisa kita pilih. Tapi kemanakah aku harus melangkah? Aku selalu merasa tersesat, selalu merasa mengambil jalan yang salah. Ketika aku memaksakan diri sendiri; aku sakit lalu tid...