13 Komitmen

156 15 3
                                    

Jam digital di atas meja belajar menunjukkan pukul 20.47. Bumi berguling-guling di atas kasur. Tidak bisa menjalankan rutinitas malam hari membuatnya gelisah. Sudah tak ada sarana untuk menyalurkan hobi menonton video-video asusila itu. Tak mungkin memakai smartphone.

Dia teringat saat tragedi tersebarnya video porno sepasang remaja terjadi, sekolah benar-benar kacau. Alat komunikasi semua siswa diperiksa. Semua video dan gambar berbau mesum dihapus. Sebagian besar siswa dihukum, termasuk dirinya.

Para orang tua atau wali juga dipanggil. Mereka diajak menyaksikan para siswa yang meloncat-loncat dengan satu kaki terangkat ke belakang, mengelilingi lapangan upacara. Setiap orang tua atau wali mendapat kuasa untuk menghentikan hukuman anak masing-masing. Bumi dan Fajar yang paling terakhir dihentikan—oleh Sultan—setelah berkeliling tiga puluh tiga kali.

Berdasarkan kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua, dibuatlah peraturan baru. Semua perangkat komunikasi harus disimpan di dalam loker saat jam pelajaran berlangsung, termasuk pada waktu istirahat.

Sekolah juga menyarankan para orang tua untuk memasang software pengintai pada smartphone dan komputer rumah. Tentunya atas kesepakatan orang tua dengan anak. Ayah dan ibu Bumi termasuk orang tua yang meng-install software tersebut di smartphone anak-anaknya.

Begitu banyak jalan menuju neraka dan Bumi menemukan jalan itu dengan mudah. Smartphone yang terpenjara tidak menjadi penghalang untuk memenuhi keingintahuan yang semakin besar. Dia berhasil tahu dan semakin tahu. Namun, itu menghancurkan pelan-pelan. Dia kini menyadarinya.

Daya mengingatnya semakin payah. Kreativitas tidak terasah. Prestasi bermasalah. Dia pun semakin tersiksa dengan khayalan demi khayalan yang menimbulkan rasa bersalah.

Bunda. Dia bangun dan duduk bersila. Teringat sang ibu yang berkorban untuknya dengan mengundurkan diri dari pekerjaan.

Mila pernah berkata, "Kalau hasrat itu muncul, coba absen satu-satu. Apa Allah ada? Malaikat Raqib ada? Malaikat Atid ada? Setan hadir? Saat Bumi ingin mengusir setan, bacalah ta'awudz."

Bumi berucap dengan keras, "A'uudzu billaahi minas-syaitaanir-rajiim!" (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.)

# # #

Pythagoras sangat kesal kepada ketiga anaknya yang tidak pernah rukun. Si sulung yang bernama Garing sangat serakah, selalu mau yang terbesar, termahal, terpanjang, sedangkan Siku1 dan Siku2 harus selalu mengalah. Garing adalah panggilan singkat, sedangkan nama panjangnya Garis Miring. Kedua adiknya, Siku1 alias Sisi Siku 1 dan Siku2 alias Sisi Siku 2 adalah saudara kembar yang kadang sama tingginya, kadang berbeda. Entah kenapa. Itu sangat misterius.

Di rumah Pythagoras, tubuh Garing paling panjang kalau sedang berbaring. Siku1 dan Siku2 lebih pendek, tetapi panjang tubuh Siku1 dan Siku2 kalau digabung lebih panjang daripada si Garing. Ketiganya sedang berebut posisi tidur di atas sebuah karpet. Mereka tidak punya kasur karena semua kasur rusak setelah sering diompoli si Garing.

"Aku gak mau tidur sejajar sama kalian. Gak level, ya," ujar Garing yang hanya bisa tidur dengan posisi diagonal.

"Sapa juga yang mo tidur sejajar sama kamu," sahut Siku1.

"Trus, kita tidurnya gimana nih?" tanya Siku2.

Garing menyeringai. "Kalian tidur di dapur aja sono! Ini wilayah kekuasaanku."

"Mestinya yang lebih tuir ngalah dong!" protes Siku1.

"Sorry ye, yang lebih pendek ngalah."

Math Class (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang