PROLOG.

41 9 3
                                    

"Mau jalan-jalan nggak?" Tanya Claretta pada lelaki didepannya yang sedang sibuk mengerjakan tugas kelompok mereka.

"Emang mau kemana?" Lelaki didepannya itu menjawab pertanyaan Claretta tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari layar laptop.

"Sekali-kali bikin aku bahagia dong, Dan."

Daniel pun menghela nafas kemudian berkata, "Ret, tugas ini dikumpulin besok. Kamu tau sendiri gimana Bu Anin-" omelan Daniel terhenti saat pandangannya terarah ke Claretta, perempuan didepannya ini sedang menahan air matanya agar tidak jatuh. "Kamu... kenapa?"

Claretta memilih untuk menundukkan kepalanya ketimbang menjawab pertanyaan Daniel, isakan kecil pun mulai terdengar dari bibirnya. Daniel segera menghampiri Claretta yang sedang terisak itu sembari menampakkan wajah khawatir dan agak takut.

"Ret, jangan nangis. Nanti kalau saya dimarahi sama mama kamu giaman?"

Claretta melirik Daniel kemudian bibirnya mengembang membentuk senyuman. "Gimana kali, bukan Giaman. Giaman tuh satpam sekolah."

Daniel yang notabene-nya masih baru di Indonesia, tentu saja belum fasih berbicara bahasa Indonesia akibatnya dia kadang salah mengucapkan bahasa Indonesia yang benar, sehingga membuat orang-orang yang mendengarkannya tertawa.

"Maafin saya ya, saya belum fasih bicara bahasa Indonesia."

∆∆∆

"Kenapa kamu ngajak saya kesini? Tugas kita kan belum selesai." Daniel menatap Claretta dengan bingung, karena tiba-tiba Claretta menarik tangan Daniel dan membawanya ke sebuah taman didepan komplek perumahan Claretta.

"Bisa nggak berhenti omongin tugas kelompok? Lagian kalau dihukum, masa bodo."

"Ret."

"Apa?"

"Masa bodo itu apa? Setau saya, itu nggak ada di kamus bahasa Indonesia yang saya punya dirumah."

"Denger-denger kamu bisa nyanyi ya?" Claretta memilih untuk melontarkan pertanyaan dibanding menjawab pertanyaan Daniel yang Claretta tahu akan berujung debat tidak penting.

"Bisa."

"Masih inget lagu-nya Judika yang aku beritahu kamu waktu jam istirahat kemarin?"

"Masih. Yang judulnya 'Aku Yang Tersakiti' itu, bukan?"

Claretta mengangguk. "Nyanyiin aku bagian reff-nya bisa nggak?"

Daniel melihat sekeliling taman kemudian berbisik, "Saya malu."

"Aku nangis lagi, nih."

"Iya-iya ini saya nyanyi lagunya."

Tak pernahkah kau sadari
Akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu
Yang telah kau ingkari

Belum selesai menyanyikan reff-nya, wajah Claretta sudah berlumuran air mata dan dengan spontan Claretta memeluk erat lelaki disampingnya yang baru saja menyanyikan lagu permintaan Claretta.

"Apa saya ngelakuin kesalahan? Saya nggak hafal liriknya, jadi saya minta maaf kalau salah lirik. Jangan nangis, kamu dilihatin orang-orang."

Tak peduli omongan Daniel, Claretta malah mengeraskan suara tangisnya hingga semua perhatian terpusat kepada Daniel dan Claretta.

"Tadi waktu di sekolah, aku lihat Adrian kasih bunga ke Feby anak bahasa. Aku sakit hati banget, Dan."

Entah mengapa, mendengar pernyataan Claretta membuat hati Daniel memanas. Ia tidak terima jika seorang lelaki seperti Adrian membuat perempuan yang diam-diam ia kagumi itu menangis. Daniel kemudian membalas pelukan Claretta dan mengelus rambut Claretta.

"Nanti biar saya yang kasih kamu bunga, biar nggak nangis lagi kaya gini. Tunggu ya?"

•••

Hello, long time no see! Aku kembali sambil bawa fanfiction ini. Jangan lupa vote dan comment, berarti banget buat aku hehehe.

Anyway, kalau peminatnya banyak aku bakalan lanjutin ini (I'm serious). So- kindly vote and comment my fanfic.

Google, Do I Like Her ? • Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang