1| Kembali Bertemu Rindu

81 14 6
                                    

Kuedarkan pandanganku ke setiap penjuru rumah terletak tepat disebelah rumahku, rumah yang menyimpan sejuta kenangan Indah didalamnya. Penghuninya yang sangat kurindukan, penghuni yang membuatku berjanji untuk tumbuh beriringan dengannya, namun saat ini aku hanya bisa menyaksikan tubuhku tumbuh sendiri tanpa adanya sosokmu. Aku merindukanmu, aku juga ingin melihat bagaimana tubuhmu tumbuh.

"Huuuh" erangku.
air mataku selalu menetes saat melihat rumah itu, air mataku seakan tak ingin berhenti turun saat aku mengingatnya.

"Apa lo inget dia lagi.? "Cetus seseorang, sontak aku terkejut dan mendapati Devan disana, lebih tepatnya dialah pemilik suara yang mengejutkanku. Lalu aku menyengka air mataku yang turun.

"Apa lo yakin dia bakal balik lagi.? "Tanyanya.
Kugelengkan kepalaku, seakan mataku kembali tertuju untuk kembali memandangi rumah kosong itu. Devan, dia sahabatku. Devan juga mengetahui semua yang berhubungan dengan ku, termasuk seseorang yang selalu ku tunggu kedatangannya.
Aku mendongak menatap langit yang berwarna keabu-abuan itu, seakan langit itu juga mengerti tentang apa yang sedang kurasakan saat ini.

"Gue nggak tau van,,yang pasti ada sesuatu yang terus ngebuat gue kesini dan nggak bosen buat mandangin rum...." jawabku.

"Terus lo nangis" Potongnya cepat.

"Apa lo nggak bosen.? apa lo nggak ada kerjaan lain selain nginget dia, apa lo nggak ada kerjaan lain selain liatin tuh rumah terus lo bakal nang....."

"Cukup!!!!! " Bentak ku dengan keras, kemudian aku berbalik.

"Gue tau lo peduli sama gue,, tapi lo tuh nggak ngerti perasaan gue van..." ujarku sambil menatapnya tajam kemudian aku berlalu pergi meninggalkannya.
Aku tau dia peduli kepada ku tapi aku sangat benci ketika dia mengatakan sesuatu yang menyangkut tentang sahabat lama ku

Sahabat yang selalu ku nanti kehadirannya...

"Kalo lo terus kaya gini,, lo tuh cuma bakal ngebuat orang yang peduli sama lo ikut sedih!! " Teriaknya ketika kakiku telah melangkah pergi tak jauh darinya.

"Berhenti peduli sama gue" Ucapku, kemudian berlalu pergi. Kemudian tak jauh kaki ku melangkah aku mendengar dia mengerang.

Sejujurnya aku merasa bersalah setelah mengatakan hal tersebut,, namun bukan hatiku yang ingin berkata seperti itu tapi emosional ku yang menuntut untuk mengatakannya...

Emosional ku yang selalu bermain saat ada seseorang mengatakan hal menyangkut tentang sahabat kecilku itu...

Aku merindukannya

Sangat...

REMEMBRANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang