-AUTHOR-
SMA Tuna Bangsa, perempuan cantik itu sedang berjalan terburu-buru karna melihat waktu yang terus berputar dan ia berharap segera berhenti.
"Awss, sorry" ucap perempuan itu menoleh dengan orang yang baru ia tabrak.
"Lo!"
"Sumpah gue gak ada waktu buat debat sama lo." ucapnya segera berlalu.
"Sial" umpat pria yang ditabrak ini.
Tok.. Tok..
"Ckck."
"Kamu tahu ini jam berapa?." ucap Guru ini seolah mengintrograsi.
"Maaf bu," cicitnya
"Kali ini saya maafkan Syifa Alprillya!" ucapnya dengan mata tajam.
"Makasih bu." balasnya semangat dan berjalan kearah sahabatnya.
Tak lama ia mendengar Guru itu ngedumel lagi pada sessorang yang ia yakini karna perbuatannya, terlambat.
"Kamu!" kata Guru ini kesal.
"Selalu saja. Niat sekolah nggak sih!" Bentaknya.
"Ck, Boleh masuk nggak?" Tanya pria itu santai.
"ALI! Terserah, saya sudah capek." ucap sang Guru itu lalu lanjut mengajar.
Pria bernama Ali berjalan menuju kursinya lalu matanya menatap perempuan bernama Prilly itu dengan tajam.
Setelah beberapa lama berdiam dikelas karena mengikuti pelajarannya, suara bel istirahat pun berbunyi.
"Li?"
"Hm,"
"Lo cabut bareng Prilly ya? Kok bisa barengan sih." tanya sahabatnya.
"Nah, kok bisa jalan bareng cewek dingin ntu?" tanya sahabatnya yang berbeda.
"Enggak! gue sendiri, orang abis nganter Clara." Balasnya cuek,
"Yaela masih satu sekolah aja dianterin," ucap Vano sahabatnya yang tak menyukai perempuan yang diantar sahabatnya.
"Biarin aje." kata Dafa sahabatnya.
"Prilly cantik Li, sayang ya dia jutek." tambah Dafa yang melihat Prilly lewat bersama sahabatnya.
"So?" balas Alo yang ikut mengalihkan pandangan pada Prilly, perempuan yang tadi pagi menabraknya.
"Taruhan kalo lo bisa dapetin cewek jutek yang dingin itu, gue beliin lo mobil keluaran terbaru?" Dafa berkata menantang.
"Nantangin?" balas Ali sinis.
"Dalam tiga bulan. Deal?"
"Gila! Lo gila Daf." Vano berkata yang sedari tadi hanya menyimak.
"Deal!" Ali beruvap lantang.
"Clara?" tanya Dafa tanpa mengubris ucapan Vano.
"Dafa! Dia perempuan bro, comeon. Sama aja lo nyakitin mother lo." balas Vano tak suka dengan pikirannya.
"Sekali-sekali, jangan lebay lo." balas Dafa tak senang.
"Kita mulai permainannya besok!" Ali berucap sinis
***
Hari ini adalah hari membahagiakan bagi Ali dan kawan-kawan, karena semua guru tidak masuk karna ada pertemuan penting dengan yang kepala Yayasan.
"Ali,, ayolah jangan chilldish." Vano berkata.
"Lo kalo nggak suka tuh diem!" kata Ali mengendus sebal dan berjalan menghampiri Prilly yang sibuk dengan novelnya.
"Hai Prill," ucap Ali yang berada disampingnya.
Terdengar ada yang mengusik, Prilly pun menoleh malas.
"Novel itu lebih tertarik ya ketimbang gue?" Kata Ali terkekeh miris.
"Apa?" balas Prilly menatapnya tajam.
"Minta nomer Whatsapp lo dong atau Idline?" pinta Ali pada Prilly yang memutar bola matanya.
"Gak!"
"Pelit banget sih lo, bukannya bersyukur dipinta cogan!" kesal Ali namun berusaha ditahan.
"So?" ucap Prilly dengan nada dingin dan ingin beranjak namun ditahannya.
"Pulang bareng gue ya!"
"Siapa lo?"
"Eh, sialan." umpat Ali dan mengejar Prilly hingga sejajar.
"Ayolah, gue punya sesuatu buat lo." bujuk Ali memohon.
"Clara tuh!" balas Prilly mendorong kecil bahu Ali yang menghalangi jalan.
"Gue udah putus!" ucap Ali santai.
"Terus gue perduli?" ucap Prilly menatap tajam.
"Nggak mau tau gue, lo harus pulang bareng gue! Atau--"
"Terserah lo." ucap Prilly dan berlari kencang.
***
Teng.. Teng..
Tiba didepan gerbang tangan Prilly langsung dicekal pria yang tak lain adalah Ali lalu menyeretnya masuk kedalam mobil Ali.
"Maksa lo!" bentak Prilly marah.
"Bodo, siniin hape lo?" ucap Ali merampas paksa lalu menelfon seorang.
"Hallo, maaf saya Ali temannya Prilly. Izin hari ini Prilly saya yang antar pulang."
Klik.
"Ali lo apa apaansi? Gue nggak suka cara lo begini!" balas Prilly menatap Ali tajam namun tak ditanggapi.
Dan tak lama Ali mengotak-atik hape Prilly lalu misscallnya yang Prilly tau ia sangat licik dan egois.
"Licik."
"Kabarin gue kalo ada apa-apa, gue siap antar jemput lo." ucap Ali saat sudah sampai di depan rumah Prilly.
"Hape gu-" ucapan Prilly terpotong.
Cup!
Ali mencium keningnya sambil mengasihi hapenya ke tangan Prilly.
"Gak sopan!" teriak Prilly yang sempat terpakau, Ali pun hanya terkekeh.
"Makasih."
Brak.
'Gue bakal buat lo jatuh cinta sama gue dan permainan ini belom seberapa gurl!' batin Ali berucap dengan senyuman miring.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness. [TAMAT]
FanfictionGue nggak nyangka lo sejahat itu. -Syifa Alprillya. - Bahkan gue sendiri terjebak sama permainan yang gue perbuat. -Alfraliano Alexsandre